KEHIDUPAN | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Kamis, 02 Agustus 2012

JADILAH MANUSIA BERMARTABAT

Banyak dari kita mungkin menghabiskan waktu lebih banyak di tempat kerja daripada di rumah sendiri. Jadi bukankah masuk akal untuk membuat tempat kerja Anda senyaman seperti di rumah? Pikirkan tentang hal ini.

Berdiri tegak adalah standar hidup yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Merangkak adalah cara hidup yang dianugerahkan kepada hewan.

Berdiri dan merangkak, bukan saja dicerminkan oleh tubuh, terlebih lagi dicerminkan oleh semangat jiwa. Tuhan menganugerahi tubuh manusia agar manusia berdiri tegak secara bermartabat, bukannya merangkak bagaikan seekor hewan. Manusia disebut sebagai manusia, karena dia memiliki kode etik sebagai manusia. Bila tidak berpegang pada kode etik manusia, maka manusia tidak berbeda dengan hewan.

Kita sering menyebut orang-orang jahat sebagai: "sia-sia memiliki rupa sebagai manusia" atau "serigala yang bertopeng manusia", bukannya dia tidak berwujud sebagai manusia, melainkan moralnya telah bejat, sudah tidak lagi melakukan perbuatan manusia.

Bila yang dilakukan adalah hal-hal yang lebih tak bermoral, maka sebagai hewan pun bahkan sudah tak lagi layak, disebut sebagai pelaku kejahatan sangat besar yang tak dapat diampuni, yang menantinya adalah kemusnahan secara tuntas.

Baik di Dunia Timur maupun Barat, Tuhan telah menetapkan standar hidup yang serupa. Ajaran Konghucu di Dunia Timur meminta manusia menjalankan peri kemanusiaan, keadilan, akal sehat, kearifan dan dapat dipercaya, ajaran Buddha menganjurkan welas asih, aliran Tao menjunjung tinggi kejernihan hati dari nafsu keinginan dan kekhawatiran; agama Kristen dan Katolik menganjurkan manusia menjalankan ajaran Tuhan, mengasihi orang lain seperti mengasihi diri sendiri.

Sebenarnya semua itu adalah pola manifestasi kebenaran alam semesta "sejati, baik dan sabar" pada taraf dan dimensi yang berbeda, perbedaannya hanyalah terletak pada kebudayaan, daerah dan metode penyampaiannya.

Kita sering kali menyebut orang yang mempunyai kesusilaan tinggi sebagai orang budiman, pahlawan, pejabat yang setia, seperti halnya Yao dan Shun (nama raja legendaris di Tiongkok kuno), Yu (pendiri Dinasti Xia), Tang Taizong (Li Shimin, kaisar kedua Dinasti Tang), Kaisar Kangxi (Dinasti Qing), Sun Zhongshan (Sun Yi-xian, pendiri Partai Nasionalis Tiongkok - Kuomintang), seperti halnya Yue Fei (pahlawan bangsa yang dipuja masyarakat Tiongkok), Wen Tianxiang (pejabat setia masa akhir Dinasti Song), Baozheng (Hakim Bao), Hairui (pejabat pada Dinasti Ming yang terkenal karena kejujuran dan integritasnya), ketulusan, kebaikan dan kemurahan hati serta ketabahan mereka selamanya merupakan monumen moral yang berdiri tegak, mereka merupakan orang-orang yang berdiri tegak, mereka patut disebut sebagai model pengemban semangat maha besar dari Tuhan.

Adapun para Guru dan filsuf Agung seperti Sakyamuni (Buddha Sidharta Gautama), Laozi (pendiri aliran Tao), Konfusius (Konghucu), maupun Yesus adalah penyebar ajaran yang mengemban misi dari Tuhan, merupakan lambang semangat mulia umat manusia, merupakan para Sadar yang berdiri tegak dengan gagah perkasa.

Orang zaman dahulu mengatakan: tanpa nafsu egois akan membuat orang menjadi tabah. Orang-orang budiman, para pahlawan, pejabat setia, para Guru yang terhormat, para filsuf Agung dalam sejarah, mereka dapat terus berdiri tegak karena tidak memiliki nafsu egois, mereka berjiwa luhur. Sedangkan yang disebut orang hina, pejabat tidak jujur, penguasa lalim, dan penghianat rakyat, jiwanya bertekuk lutut pada nafsu egois, moralnya bejat, memiliki wujud manusia namun tidak berperikemanusiaan, selamanya akan dikutuk oleh umat manusia.
Berbuat baik bagaikan mendayung perahu dengan melawan arus, berbuat tidak baik bagaikan menaiki perahu yang hanyut terbawa arus.

Sejak zaman dahulu mengapa sangat jarang orang yang berdiri tegak dengan gagah perkasa, namun sangat banyak orang yang hidup hina dengan menjilat ? Karena nafsu egois bagaikan gelombang, untuk melawannya harus berupaya keras dan berkorban, sedangkan mengikuti arus terasa nyaman dan aman.

Jika tidak ada belas kasih dari Tuhan, jika tidak memiliki hasrat dan keberanian untuk berasimilasi dengan kesejatian, kebaikan dan kesabaran, manusia akan sulit untuk mengadakan pilihan yang tepat antara keuntungan dan keadilan, sedikit saja teledor akan runtuh diterjang oleh gelombang nafsu egois.

Sejarah bagaikan aliran sungai yang deras menggelora, gelombang nafsu mementingkan diri sendiri tiada hentinya mengikis, di dalam gelombang dunia yang fana sekarang ini, masih ada berapa orang kah yang berdiri tegak ? Dengan memandang sekeliling, saya melihat di dalam penganiayaan jahat yang meliputi langit dan menyelimuti bumi masih terdapat seratus juta orang yang tetap berdiri tegak dengan keyakinan terhadap Sejati-Baik-Sabar.

Di antara keuntungan dan kerugian, mereka telah memilih Sejati-Baik-Sabar; di dalam penjara, siksaan kejam, menjadi melarat dan tuna wisma serta kebebasan dan kenyamanan, mereka telah memilih Sejati-Baik-Sabar; di antara dusta penipuan dan mempertahankan kebenaran, mereka telah memilih Sejati-Baik-Sabar; di antara hidup dan mati, mereka masih tetap telah memilih Sejati-Baik-Sabar.

Tubuh mereka dihempaskan di atas bumi, semangat mereka masih tetap berdiri tegak selamanya; tubuh mereka telah dirampas dengan kejam, karakter mereka bersinar cemerlang bersama langit dan bumi; tubuh mereka dinodai kotoran, budi pekerti mereka suci bersih bagaikan bunga teratai; kebebasan mereka dirampas secara sewenang-wenang, jiwa mereka melayang-layang dalam alam semesta.

Rupa mereka biasa saja, kepribadian mereka bersinar cemerlang; yang mereka kerjakan seolah-olah biasa, makhluk yang mereka selamatkan tak terhitung jumlahnya; mereka seolah-olah merupakan manusia yang lemah, tekad mereka justru melebihi besi dan baja.

Mereka berdiri tegar dalam kesulitan, berjalan pantang menyerah, menghimbau dengan tulus dan penuh kasih, menyebarkan kebenaran Sejati-Baik-Sabar ke seluruh dunia, menyingkap kedok partai komunis Tiongkok, mengembangkan kebenaran langit bumi ke dalam pengadilan bermoral, pengadilan dunia, pengadilan hati manusia, menghadirkan keindahan masa yang akan datang kepada makhluk hidup... Orang yang mau mengakui dan memberikan dukungan kepada Sejati-Baik-Sabar, jiwa mereka juga berdiri tegak, masa depan mereka indah. Mereka yang menentang Sejati-Baik-Sabar, jiwa mereka adalah merangkak, dan terputar balik, masa depan mereka menakutkan.

Di saat-saat genting dalam sejarah, Tuhan sekali lagi memberikan ilham yang penuh kasih kepada manusia: berdiri tegak mendapatkan hidup kekal, merangkak akan menuai kemusnahan.

Berbuat baik dan berbuat jahat, berdiri tegak dan merangkak, ditentukan oleh sekilas pikiran manusia: mengenali kesejatian kebaikan kesabaran, berarti telah memilih berdiri tegak, akan mendapatkan masa depan yang baik; menuruti kepalsuan kejahatan kelaliman, berarti memilih merangkak, akan jatuh ke dalam jurang yang dalam.

Hai para makhluk hidup, untuk masa depan Anda sendiri yang abadi silahkan mengenali kesejatian kebaikan kesabaran! Pilihlah untuk menjadi manusia yang berdiri tegak, yang bermartabat! [Xiang Lien Mi / Jakarta]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA