KEHIDUPAN | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Selasa, 28 Mei 2013

TULISAN DALAM BUKU HARIAN

Buku harian Ayah bukan buku harian yang indah atau yang disepuh dengan emas, juga bukan buku catatan kecil yang ringkas dan sederhana, melainkan sebuah kalender bulanan yang tergantung ditembok ruang tamu.

Di antaranya mencatat tentang kapan membayar tagihan air, listrik, kapan gas LPG telah diganti, dan yang paling mencolok adalah masalah potong rambut pada setiap senin di Minggu ke-empat. Di usia uzur, yang diperhatikan para lansia hanya tinggal masalah kebutuhan sehari-hari dan urusan pribadinya, sudah pasti hal tersebut adalah suatu kebahagiaan yang besar!

Saya baru memerhatikan perilaku ayah ini, disebabkan karena saat akan memasak nasi telah kehabisan LPG, bergegas menelepon ke toko untuk memesannya. Setelah itu, mendengar ayah mengomel didepan kalender catatan hariannya yang eksklusif itu, barulah saya menemukan ada 'rahasia' di tembok itu. Kemudian saya mencari kesempatan untuk menyelidiki kalender catatan itu dengan saksama.

Sore hari ketika kedua orang tua keluar rumah untuk berolahraga, saya mempertimbangkan dengan teliti informasi yang tergantung diatas tembok, dari lingkaran yang sederhana dan kata-kata yang ditulis, telah menghayati alur pikiran ayah yang dalam kecerobohan disertai ketelitian.

Mula-mula yang masuk dalam pikiran saya adalah dia melingkari semua hari memangkas rambut dalam satu tahun, semua hari diberi tanda lingkaran, setiap empat minggu sekali, dan semuanya jatuh pada Hari Senin, tidak ada perkecualian. Kalau dipikir kembali, kedisiplinan terhadap jadwalnya sangat bagus sekali, hampir boleh dikatakan angin dan badai tidak bisa menahan, tidak pernah absen. Jelas terlihat masalah tersebut sangat penting baginya.

Yang lain ada dalam catatan itu adalah tentang pembayaran, menampakkan gayanya yang sederhana dan hemat secara konsisten. Setiap kali ketika pengeluaran membengkak, selalu akan terdengar stereotip yang tak kenal lelah dari generasi ke generasi, yakni irit air dan listrik, sedangkan yang mendengarkan menganggapnya sepi, akhirnya sudah tentu pendirian sangat jelas, masing-masing menempuh jalan sendiri-sendiri.

Kalau dibandingkan dengan buku harian ayah yang sederhana dan jelas, catatan punya saya itu nampaknya lebih rumit, lebih kecil dan sepele. Setiap hari, setiap minggu, setiap bulan melakukan menurut aturan yang ada, melakukan menurut catatan, selalu merasa capai sekali karena mondarmandir, sibuk bukan main.

Melalui kesempatan ini, saya pertimbangkan lagi berulang-ulang bukan hanya mawas diri: Apakah harus demikian? Jawaban yang saya dapat agak ragu-ragu. Pengejaran akan jasa besar, ingin cepat berhasil adalah ketamakan hati yang tidak dapat dipungkiri, banyak bicara sedikit tindakan adalah kepasrahan yang tidak bisa dipungkiri. Berpikir sampai disini, jika dibandingkan dengan catatan ayah yang sederhana, jelas, dan dipertahankan hingga akhir, malah merasa sangat malu sekali!

Biksu Daci zaman Dinasti Tang mengatakan: "Daripada bilang mendapatkan satu meter, lebih baik melakukan dan mengambil 30 centi. Daripada mengatakan mendapatkan 30 centi, lebih baik melakukan dan mengambil 3 centi."

Yang dimaksud disini adalah tempat yang sangat kecil, harus merealisasikan prinsip-prinsip tersebut dari yang paling renik atau rinci, baru bisa benar-benar bermanfaat. Merealisasikan itu adalah daya melaksanakan, dan hal yang paling berharga dari pelaksanaan itu adalah "mempertahankan".

Keuletan yang sepanjang perjalanan tetap terjaga dari awal hingga akhir, dan tidak melupakan maksud semula, keberanian untuk berjuang dengan segenap tenaga, semuanya ini adalah kunci-kunci keberhasilan yang tidak bisa dikurangi. Jika dilihat menurut standar, apa yang dapat dilakukan oleh ayah, saya sulit menandinginya.

Pernah menganggap diri saya benar, menganggap ayah keras kepala dan berat sebelah, berpandangan dangkal dan pendek, adalah sosok orang yang "tidak bisa diajak berembuk". Selama bertahun-tahun saya memegang prinsip "pendapat tidak sama, tidak bisa kerjasama", dengan sikap dingin memandang segala perilakunya. Walau pun dalam hati tidak setuju, tetapi kita berdua juga biasa-biasa saja tanpa pertengkaran.

Namun, di hari ini, dengan melihat dan membandingkan catatan harian dan daya pelaksanaan dari masing-masing pihak, tidak bisa disangkal - yang menggapai sesuatu diluar jangkauan dan berkepala udang itu tepat adalah diri saya sendiri. [Sutedjo Tjiang / Sidoarjo]

***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA