Dunia ini benar-benar aneh, ada berbagai macam nasib terjalin bersama yang tak terbayangkan oleh kita. Mungkin, suatu hari di saat inspirasi terbuka dan jodoh pertemuan telah matang, memori kita akan teringat sesuatu hal, tiba-tiba dapat saja menemukan orang-orang asing di jalanan itu pernah menjadi penyelamat kita di dalam kehidupan yang lain. Pertemuan unik yang sepertinya tak berarti, kebenaran yang tidak mampu dijelaskan dengan gamblang atau dalam ilusi, telah membawa sentuhan indah bagi jiwa manusia.
Ini kisah nyata. Di akhir pekan, penulis bersama seorang teman sambil berbincang santai pergi ke pantai melihat pemandangan. Saat melewati sebuah galeri lukisan, teman bersikeras memasuki galeri itu. Namun jika dikatakan galeri lukisan, pada kenyataannya hanya tergantung sebuah lukisan, yaitu lukisan beberapa ekor gajah besar.
Wanita pemilik toko dengan tersenyum memperkenalkan lukisan ini kepada kami. Lukisan yang indah, sangat hidup, terutama mata para gajah itu terlihat sangat nyata, seolah sedang curhat. Teman setelah melihat sejenak, tanpa ragu sedikit pun membeli lukisan tersebut. Ketika keluar dari pintu, saya baru menyadari teman itu sambil memegang lukisan sambil terus menangis. Sebaris air mata terhapus, airmata baru menetes lagi.
Melihat teman begitu terharu dan tidak dapat mengatasi emosinya, saya benar-benar merasa aneh. Dia tidak mempunyai bakat seni, dan jarang tertarik pada seni, hari ini secara tak dinyana, dia telah membeli sebuah lukisan, dia tetap saja menangis di sepanjang jalan laiknya tiada orang lain selain kami, benar-benar diluar nalar.
Ketika teman telah benar-benar tenang, baru mengerti permasalahannya. Teman saya ketika membeli lukisan tersebut tiba-tiba teringat suatu kejadian ketika di India. Sebuah desa di zaman India kuno, seringkali diserang oleh sekawanan gajah dan terjadi tragedi yang membahayakan jiwa. Banyak cara telah dipikirkan untuk mengatasi para gajah liar tersebut tapi gagal, oleh sebab itu banyak orang memilih melarikan diri dari tempat yang menjadi kutukan kawanan gajah tersebut. Namun demikian, masih ada banyak orang tidak ingin pergi. Karena di situ terdapat cerita dan kenangan mendalam pewarisan leluhur, kampung halaman yang tak dapat begitu saja ditinggalkan.
Suatu kali, ketika gerombolan gajah liar lagi-lagi menyerang desa, seorang bocah lelaki melihat gajah liar telah menghancurkan rumah kayu kecil yang telah ia bangun dengan jerih payah, ia lantas menjadi marah. Maka tanpa menghiraukan segalanya ia berlari keluar dari tempat persembunyian dan mengambil sebatang dahan dari tanah hendak menghajar gajah besar itu. Gajah ganas melihat bocah lelaki ini dengan tidak takut berdiri di sisinya, seketika ia ingin memberi pelajaran kepadanya. Maka si bocah lelaki itu menjadi bulan-bulanan si gajah.
Akhirnya, gajah yang bosan bermain ini, mengangkat kakinya hendak menginjak tubuh si anak, tiba-tiba muncul seekor gajah putih yang dengan sigap membawa pergi si bocah lelaki itu. Maka si gajah liar bertarung dengan si gajah putih. Setelah melalui pertarungan berdarah, dengan badan berlumuran darah bekas luka si gajah putih akhirnya mengalahkan gajah liar dan mengatakan kepadanya: "Kamu benar-benar tidak boleh menyakitinya. Kelak ia akan menjadi seorang kultivator dan memiliki kekuatan supranatural. Jika kamu membunuhnya, akan berbuat dosa besar, sehingga generasi demi generasi engkau akan tersiksa oleh penderitaan."
Kata-kata sang gajah putih seperti siraman air sumber yang jernih dan seketika telah memadamkan keganasan si gajah liar. Lumpuh terduduk di atas tanah dan tergerak oleh sebuah kekuatan tak tampak, si gajah liar pecundang larut dalam perenungan mendalam. Kawanan gajah lain melihat raja gajah kalah telak dan duduk bersimpuh, mereka pun lantas berduyun-duyun perlahan-lahan menirunya. Maka, kekacauan dan amukan kawanan gajah, benar-benar telah berhasil dikuasai oleh sang gajah putih pemberani.
Akhirnya, teman dengan terharu mengatakan: "Tahukah engkau, wanita pemilik toko tersebut dimasa lalu adalah si gajah putih yang yang telah menyelamatkan jiwaku!" Setelah mendengar penjelasan teman, tanpa terasa saya menghela napas akan kegaiban dunia. Sebagai seorang pemeluk Buddhisme, saya tidak menyangkal tentang teori reinkarnasi. Sekarang ini di dunia telah banyak beredar literatur dan penelitian ilmiah mengenai reinkarnasi, keberadaan fenomena reinkarnasi sudah menjadi realita yang diakui oleh kalangan ilmu pengetahuan Timur maupun Barat.
Realitas cerita ini, membuat saya merenung ulang. Sejarah sedang mencatat aktivitas kehidupan yang pernah kita lakukan, dan kita juga sedang mendengarkan gema dari sejarah serta membawa keharuan hati ini kepada dunia. Seseorang yang sama sekali asing, telah memberikan tindakan adil kepada kita yang tidak mampu lagi mengingat perjalanan hidup masa demi masa ini. Ketika si pemilik toko lukisan datang ke dunia ini dan ketika pada saatnya bertemu dengan teman saya tersebut, memori yang terlalu lama berselang telah mengaburkan wajah satu sama lain. Tetapi sejarah telah membawa kembali gema yang jauh, mengingatkan kembali kisah menyentuh hati yang dulu pernah terjadi.
Terkesannya suatu kehidupan, bukan lantaran ia bisa meninggalkan berapa banyak harta dan kemegahan, melainkan ia selalu dengan cara gema istimewa, memungkinkan kita menyadari jodoh (takdir pertemuan) antara manusia, sehingga kita memiliki kesempatan untuk mendengarkan: satu per satu individu di jalanan yang nampaknya asing bagi kita, namun di dalam proses kehidupan yang teramat panjang ini, demi kita mereka pernah meninggalkan kemuliaan, demi kita mereka pernah berdedikasi besar. Orang-orang yang nampaknya asing itu, barangkali di dalam mata mereka eksis sosok kehidupan masa lalu kita, menunggu pesan dari kita dan menunggu perjumpaan kembali dengan kita. [Fernando Ang / Surabaya] Sumber: Epochtimes
Ini kisah nyata. Di akhir pekan, penulis bersama seorang teman sambil berbincang santai pergi ke pantai melihat pemandangan. Saat melewati sebuah galeri lukisan, teman bersikeras memasuki galeri itu. Namun jika dikatakan galeri lukisan, pada kenyataannya hanya tergantung sebuah lukisan, yaitu lukisan beberapa ekor gajah besar.
Wanita pemilik toko dengan tersenyum memperkenalkan lukisan ini kepada kami. Lukisan yang indah, sangat hidup, terutama mata para gajah itu terlihat sangat nyata, seolah sedang curhat. Teman setelah melihat sejenak, tanpa ragu sedikit pun membeli lukisan tersebut. Ketika keluar dari pintu, saya baru menyadari teman itu sambil memegang lukisan sambil terus menangis. Sebaris air mata terhapus, airmata baru menetes lagi.
Melihat teman begitu terharu dan tidak dapat mengatasi emosinya, saya benar-benar merasa aneh. Dia tidak mempunyai bakat seni, dan jarang tertarik pada seni, hari ini secara tak dinyana, dia telah membeli sebuah lukisan, dia tetap saja menangis di sepanjang jalan laiknya tiada orang lain selain kami, benar-benar diluar nalar.
Ketika teman telah benar-benar tenang, baru mengerti permasalahannya. Teman saya ketika membeli lukisan tersebut tiba-tiba teringat suatu kejadian ketika di India. Sebuah desa di zaman India kuno, seringkali diserang oleh sekawanan gajah dan terjadi tragedi yang membahayakan jiwa. Banyak cara telah dipikirkan untuk mengatasi para gajah liar tersebut tapi gagal, oleh sebab itu banyak orang memilih melarikan diri dari tempat yang menjadi kutukan kawanan gajah tersebut. Namun demikian, masih ada banyak orang tidak ingin pergi. Karena di situ terdapat cerita dan kenangan mendalam pewarisan leluhur, kampung halaman yang tak dapat begitu saja ditinggalkan.
Suatu kali, ketika gerombolan gajah liar lagi-lagi menyerang desa, seorang bocah lelaki melihat gajah liar telah menghancurkan rumah kayu kecil yang telah ia bangun dengan jerih payah, ia lantas menjadi marah. Maka tanpa menghiraukan segalanya ia berlari keluar dari tempat persembunyian dan mengambil sebatang dahan dari tanah hendak menghajar gajah besar itu. Gajah ganas melihat bocah lelaki ini dengan tidak takut berdiri di sisinya, seketika ia ingin memberi pelajaran kepadanya. Maka si bocah lelaki itu menjadi bulan-bulanan si gajah.
Akhirnya, gajah yang bosan bermain ini, mengangkat kakinya hendak menginjak tubuh si anak, tiba-tiba muncul seekor gajah putih yang dengan sigap membawa pergi si bocah lelaki itu. Maka si gajah liar bertarung dengan si gajah putih. Setelah melalui pertarungan berdarah, dengan badan berlumuran darah bekas luka si gajah putih akhirnya mengalahkan gajah liar dan mengatakan kepadanya: "Kamu benar-benar tidak boleh menyakitinya. Kelak ia akan menjadi seorang kultivator dan memiliki kekuatan supranatural. Jika kamu membunuhnya, akan berbuat dosa besar, sehingga generasi demi generasi engkau akan tersiksa oleh penderitaan."
Kata-kata sang gajah putih seperti siraman air sumber yang jernih dan seketika telah memadamkan keganasan si gajah liar. Lumpuh terduduk di atas tanah dan tergerak oleh sebuah kekuatan tak tampak, si gajah liar pecundang larut dalam perenungan mendalam. Kawanan gajah lain melihat raja gajah kalah telak dan duduk bersimpuh, mereka pun lantas berduyun-duyun perlahan-lahan menirunya. Maka, kekacauan dan amukan kawanan gajah, benar-benar telah berhasil dikuasai oleh sang gajah putih pemberani.
Akhirnya, teman dengan terharu mengatakan: "Tahukah engkau, wanita pemilik toko tersebut dimasa lalu adalah si gajah putih yang yang telah menyelamatkan jiwaku!" Setelah mendengar penjelasan teman, tanpa terasa saya menghela napas akan kegaiban dunia. Sebagai seorang pemeluk Buddhisme, saya tidak menyangkal tentang teori reinkarnasi. Sekarang ini di dunia telah banyak beredar literatur dan penelitian ilmiah mengenai reinkarnasi, keberadaan fenomena reinkarnasi sudah menjadi realita yang diakui oleh kalangan ilmu pengetahuan Timur maupun Barat.
Realitas cerita ini, membuat saya merenung ulang. Sejarah sedang mencatat aktivitas kehidupan yang pernah kita lakukan, dan kita juga sedang mendengarkan gema dari sejarah serta membawa keharuan hati ini kepada dunia. Seseorang yang sama sekali asing, telah memberikan tindakan adil kepada kita yang tidak mampu lagi mengingat perjalanan hidup masa demi masa ini. Ketika si pemilik toko lukisan datang ke dunia ini dan ketika pada saatnya bertemu dengan teman saya tersebut, memori yang terlalu lama berselang telah mengaburkan wajah satu sama lain. Tetapi sejarah telah membawa kembali gema yang jauh, mengingatkan kembali kisah menyentuh hati yang dulu pernah terjadi.
Terkesannya suatu kehidupan, bukan lantaran ia bisa meninggalkan berapa banyak harta dan kemegahan, melainkan ia selalu dengan cara gema istimewa, memungkinkan kita menyadari jodoh (takdir pertemuan) antara manusia, sehingga kita memiliki kesempatan untuk mendengarkan: satu per satu individu di jalanan yang nampaknya asing bagi kita, namun di dalam proses kehidupan yang teramat panjang ini, demi kita mereka pernah meninggalkan kemuliaan, demi kita mereka pernah berdedikasi besar. Orang-orang yang nampaknya asing itu, barangkali di dalam mata mereka eksis sosok kehidupan masa lalu kita, menunggu pesan dari kita dan menunggu perjumpaan kembali dengan kita. [Fernando Ang / Surabaya] Sumber: Epochtimes
Berita | Internasional | Budaya | Kehidupan | Kesehatan | Iptek | Kisah
PESAN KHUSUS
Ingat ! Anda juga bisa mengirim berita kegiatan/kejadian yang berhubungan dengan Tionghoa tempat tinggal anda atau artikel-artikel bermanfaat ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
PESAN KHUSUS
Ingat ! Anda juga bisa mengirim berita kegiatan/kejadian yang berhubungan dengan Tionghoa tempat tinggal anda atau artikel-artikel bermanfaat ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id