Pada saat itu, anaknya baru berumur 12 tahun, setelah mendengar perkataan ayahnya, dia terdiam beberapa saat, tidak segera memberi jawaban kepada ayahnya. Setelah berhenti beberapa saat, anaknya perlahan-lahan berkata, "Ayahku, sawah leluhur kita sudah terjual berapa tahun?" Ayahnya menjawab, "sudah terjual 30 tahun."
Anaknya bertanya lagi, "Ada berapa keluarga yang membeli tanah tersebut?"
Ayahnya menjawab, "Semuanya ada 20 keluarga miskin yang bergabung membelinya."
Anaknya berkata lagi, "Sekarang menurut hukum kerajaan Ming, sawah nenek moyang yang sudah digadaikan selama 5 tahun, tidak dapat ditebus kembali lagi. Kenapa ayah tidak mematuhi peraturan pemerintah?" Ayahnya tidak bisa menjawab. Pada saat itu dirumah mereka ada seorang tamu, tamu tersebut mendengar perkataan ayah dan anak ini lalu menjawab, "Menebus kembali sawah nenek moyang adalah sebuah kebanggaan!"
Anak ini sambil mencela tamu tersebut berkata, "kamu hanya tahu pemujaan buta kepada nenek moyang, tetapi tidak tahu hukum! Apakah ayah yang seorang pejabat, membeli sawah yang baru bukan kebanggaan? Kenapa harus menebus kembali sawah-sawah tersebut!"
Ayahnya berkata, "Jika saya bersikeras membeli kembali sawah-sawah tersebut, mereka tidak berani membantah!"
Anaknya menjawab, "Saya khawatir adalah karena mereka takut kepada kekuasaan ayah, terpaksa menjual kepada ayah, perbuatan tersebut adalah perbuatan yang tidak baik, yang menciptakan karma."
Ayahnya setelah mendengar perkataan anaknya, berpikir sejenak, "Anak kecil seperti kamu sudah mengerti perbuatan baik dan kebajikan itu adalah hal yang baik, kalau begitu saya akan menambah sedikit biaya administrasi untuk mereka!"
Anaknya menjawab, "biaya administrasi adalah masalah kecil, keluarga kita jika ingin membeli sawah baru adalah hal yang gampang, tetapi mereka rakyat miskin hendak membeli sawah adalah hal yang sulit; misalnya mereka sekeluarga tergantung kepada 10 ha sawah tersebut untuk biaya hidup sekeluarga, sekarang kita menebus kembali sawah tersebut. Mereka hendak membeli sawah yang baru dengan harga sawah sekarang, mereka hanya dapat membeli 5 ha, bagaimana kita tega melihat mereka sekeluarga hanya dengan sawah yang setengah ini akan membuat mereka setengah tahun kelaparan?" lalu dia membujuk ayahnya, jangan menebus kembali sawah nenek moyangnya, kumpulkan kebajikan demi anak cucu.
Ayahnya berpikir sampai lama, lalu menjawab, "Anakku! Perkataanmu sangat masuk akal. Tetapi sawah 18 hektar di samping kuburan nenek moyang kita saya harus menebusnya kembali!"
Anaknya memohon kepada ayahnya, harus dengan nilai harga tanah yang sekarang membeli kembali, dengan demikian baru adil terhadap kaum miskin. Akhirnya ayahnya menerima saran anaknya.
Para keluarga miskin pemilik sawah setelah mengetahui perbuatan anak 12 tahun ini, pergi ke kuil berdoa untuk keselamatannya. Akhirnya anak tersebut ketika berusia 18 tahun, lulusan ujian kerajaan, diangkat oleh kerajaan menjadi menteri.
Pada hari dia akan diangkat menjadi menteri, sambil menunggang kuda pergi menyambut titah raja tersebut, disebuah jembatan, kudanya terpeleset, dia dan kudanya terjun kedalam sungai, pada saat genting tiba-tiba seorang dewa menariknya dan membawanya kembali keatas jembatan. Pada saat itu dia menyadari hal ini adalah berkat doa para penduduk pemilik sawah.
Akhirnya, anak tersebut hidup sampai 80 tahun, ayahnya juga setelah mendengar saran anaknya, selalu berbuat amal membantu orang lain, mereka sekeluarga hidup dengan sehat dan panjang umur. [Susi Ng / Balikpapan] Sumber: Mingxin
PESAN DARI ADMIN
Mari kita dukung kiriman artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan ke dalam halaman facebook, twitter & googleplus Anda, serta pastikan Anda juga bisa mengirim artikel berita kegiatan / kejadian tentang Tionghoa di kota tempat tinggal Anda atau artikel bermanfaat lainnya ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id