Rio hanya dengan kalem mendengar, sambil tersenyum.
Setelah pertemuan pertama, Rio sudah memutuskan, tidak mau bertemu lagi dengan Maria. Didalam hatinya berpikir, saya hanya ingin mencari seorang istri, bukan seorang wanita karier.
Tetapi kelihatannya Maria sangat menaruh perhatian. Pada suatu hari, Maria bahkan berkunjung ke rumahnya, karena sudah di depan rumahnya dia terpaksa menyambutnya dengan sopan, mengajaknya masuk, duduk dan mengobrol. Setelah itu, Maria beberapa kali lagi datang, mereka dapat mengobrol dengan akrab, mereka kelihatannya mempunyai hobi dan topik yang sama, tetapi hatinya masih tidak bisa menerimanya. Saat Maria datang, dia menyambutnya karena sopan santun mengajaknya mengobrol, tetapi dia sendiri sama sekali tidak pernah mencarinya. Pernah sekali Maria menawarkan diri memasak untuknya, ia menolak.
Hari terus berganti, dia merasa Maria adalah seorang wanita yang baik hati. Pada suatu hari ada seorang nenek yang meminta sedekah, dia memberinya uang, bahkan memberi nenek tersebut makan. Maria pernah bertanya kepada Rio, apakah dia mempunyai pakaian bekas yang sudah tidak dipakai, dia mengatakan di kampung halamannya terjadi bencana banjir, dia ingin menyumbangkan baju-baju bekas kepada korban banjir. Setelah kedua kejadian tersebut, hatinya mulai berubah, dia mulai bisa menerima Maria, terkadang dia akan pergi mencarinya, mengajaknya keluar.
Pada suatu hari salah seorang bekas teman sekolahnya mengunjunginya, setelah saling bercerita dia menceritakan Maria yang bekerja di suatu departemen menanyakan kepada bekas teman sekolahnya, apakah mengenal Maria. Temannya bekerja itu di departemen komunikasi, meminta nomor telepon kantor Maria akan membantunya menyelidiki tempat kerja Maria, dengan demikian bisa memberi Maria kejutan.
Setelah teman sekelasnya menyelidiki berkata, "Apakah engkau tahu dimana dia bekerja?" dia menjawab "Setahuku ia bekerja di departemen sosial, tapi bagian apa persisnya saya tidak pernah bertanya kepadanya."
Teman sekelasnya berkata, "Bukan departemen sosial, dia bekerja di rumah sosial, ini adalah nomor telepon rumah sosial." Dia tidak percaya, terbengong disana beberapa jam.
Jika memang bekerja di rumah sosial kenapa Maria tidak pernah berterus terang kepadanya.
Mulai saat itu perasaannya kembali kepada awal perkenalan, walaupun Maria baik, tetapi dia tidak bisa menerima keadaannya. Akhirnya, dia memutuskan akan berpisah dengannya. Tentu saja Maria tidak bisa berkata apapun, dia hanya bertanya, "Dimana kekurangan saya coba engkau katakan. " Dia berpikir sampai lama tetapi tidak bisa menjawab.
Beberapa lama kemudian Rio melamar Maria. Setelah menikah mereka hidup bahagia dan damai. Mereka mempunyai seorang putra.
Pada suatu hari, Maria bertanya kepadanya, "Engkau tidak bisa menerima saya, bahkan akhirnya memutuskan berpisah dengan saya, tetapi kenapa engkau akhirnya masih datang mencari saya?"
Dengan tertawa dia berkata, "Apakah engkau ingat, hari itu setelah saya mengatakan berpisah denganmu, engkau berjalan pergi, saya mengikuti kamu dari belakang, ada seekor burung pipit yang terjatuh dari atas pohon, engkau tanpa berpikir memungutnya dan mengobatinya di rumah...."
"Hanya demikian sederhana."
Dia mengangguk-anggukkan kepala mengiyakan.
Takdir diantara manusia demikian ajaib, setelah berkenalan lama kita akan memahami kebaikan dan keburukannya, dan tanpa sadar mencintainya. [Lena Lim / Kisaran]
***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id