Dahulu ada seorang pria telah mempersunting empat perempuan. Isteri yang keempat sangat mendapat kasih dari suaminya, tidak peduli dia sedang berdiri, bekerja ataupun beristirahat, suaminya selalu menyertai dia bagaikan bayangan yang tidak lepas dari bentuknya.
Setiap hari ketika dia mandi, sisir, bahkan ketika ganti baju, suaminya selalu bisa memperlakukan dia dengan baik. Asalkan dia senang dengan pakaian yang mana, suaminya mau membelikan untuknya. Tidak peduli kemana suaminya pergi, selalu akan pergi bersamanya. Suami itu selalu menuruti apa saja yang dia katakan, ia benar-benar sangat dimanjakan oleh suaminya.
Isteri yang ketiga melewati perjuangan yang susah payah baru bisa diperoleh, boleh dikata hampir sama dengan merebut dari tangan orang lain. Maka dari itu, suami sering kali berkata-kata manis dengan dirinya, tetapi tidak sama seperti isteri yang keempat, tetapi juga selalu dimanjakan.
Isteri yang kedua acap kali bertemu, saling menghibur, persis seperti sepasang teman karib yang bisa saling mempercayai sepenuhnya, saling bertukar pandangan, asalkan berkumpul menjadi satu bisa saling memuaskan, begitu berpisah, bisa langsung saling merindukan.
Dan isteri yang pertama, benar-benar seperti pelayan. Dia bertanggung jawab atas semua pekerjaan berat di dalam rumah tangga. Dia terjerumus dalam segala macam kerisauan, tetapi sama sekali tidak ada keluhan, membiarkan dirinya diperintah sesuka hati suaminya. Dia sama sekali tidak pernah mendapatkan belaian kasih dan sepatah kata yang menghibur hati dari suaminya, di dalam hati suaminya boleh dikata hampir tidak ada tempat untuk dirinya.
Suatu hari, pria tersebut harus meninggalkan kampung halaman, untuk pergi keluar negeri merantau dalam jangka waktu yang panjang, dia berkata dengan isterinya yang keempat, "Saya sekarang ada kepentingan dan harus segera keluar negeri, apakah kamu bersedia pergi bersamaku?"
Isterinya yang keempat menjawab, "Saya tidak bersedia ikut denganmu."
Dengan sangat heran dan penuh ketidak pahaman dia bertanya, "Yang paling saya kasihi adalah dirimu, saya menuruti semua kemauan selalu menuruti kemauanmu, demi membuat dirimu senang, saya telah mencurahkan segenap tenaga. Mengapa sekarang engkau tidak bersedia ikut denganku?"
"Tidak peduli berapa kasihmu terhadapku, saya tetap tidak bersedia menemanimu!" Dengan keras kepala isterinya yang keempat itu menolaknya.
Suami itu sangat menyesali sikap isterinya yang tidak tahu budi ini, dia lalu memanggil isterinya yang ketiga serta berkata, "Apakah engkau bersedia menemaniku?"
Isterinya yang ketiga menjawab, "Isteri keempat yang paling kau sayangi itu saja tidak bersedia menemanimu untuk pergi, mengapa saya harus menemanimu?"
Suaminya berkata, "Apakah kamu tahu dulu ketika aku sedang mengejarmu, telah mengeluarkan berapa daya upaya? Tidak peduli cuaca panas dan dingin, lapar dan kehausan semuanya sudah pernah kualami demi dirimu. Kadang kala demi dirimu, aku telah menghadapi bahaya dan kesukaran, berjumpa dengan perampok, bertengkar dengan orang lain, tubuh ini hampir saja hancur lebur, dan dengan sangat tidak mudah baru bisa memiliki dirimu. Mengapa sekarang engkau tidak bersedia ikut denganku?"
Tidak peduli bagaimana dia berkata, isterinya yang ketiga tetap saja bersiteguh, tidak mau ikut dengannya, "Itu karena engkau sendiri yang berusaha sekuat tenaga mengejar untuk mendapatkanku, bukan aku yang mengejarmu, sekarang engkau akan meninggalkan kampung halaman pergi merantau ke luar negeri, mengapa aku harus menemanimu menderita kesengsaraan di luar negeri?"
Suaminya ini juga menyesali sikap isterinya yang ketiga ini yang tidak mengenal kasihan, dengan terpaksa dia memanggil isterinya yang kedua dan berkata, "Apakah engkau bersedia menemaniku ke luar negeri?"
"Saya pernah menerima kebaikan hatimu, saya dapat mengantarmu hingga ke tapal batas kota. Tetapi jika dirimu meminta saya menemani ke luar negeri, maafkan saja saya tidak bisa mengabulkan permintaan itu."
Suaminya juga membenci isteri kedua yang tidak kenal kasihan ini, dia lalu memanggil isterinya yang pertama untuk diajak berbicara.
"Saya akan bertamasya ke luar negeri, apakah dirimu bisa menemaniku?"
Isteri pertamanya menjawab, "Saya meninggalkan orang tua saya, menyerahkan diri saya kepadamu, tidak peduli susah dan senang atau hidup dan mati, saya tidak akan meninggalkan dirimu. Tidak peduli kemana pun engkau pergi, dan seberapa jauh, saya pasti akan menemanimu."
Tiga isteri yang biasanya dia sayangi tidak ada satu pun yang mau menemani dirinya, dia barulah terpaksa mengajak isteri pertamanya yang sudah dapat dipastikan bukan idamannya, pergi meninggalkan kota.
Ini merupakan sebuah cerita kiasan. Luar negeri yang dimaksud di sini adalah dunia alam baka.
Isterinya yang ke empat, ibarat tubuh manusia. Manusia sangat menyayangi tubuh jasadnya, demi memuaskan nafsu materi tubuh ini, lalu kita berbuat apa saja yang bisa dilakukan. Keadaan ini tidak kalah dengan seorang suami yang mencurahkan segenap perhatiannya kepada isterinya yang ke empat.
Tetapi manusia tidak mengerti oleh karena pada dasarnya mengejar kepuasan jasmani untuk memenuhi keinginan material. Manusia dalam beberapa kali kehidupan telah berbuat berapa banyak dosa, tetapi tidak peduli di dunia ini Anda telah mendapatkan berapa banyak harta (materi), setelah meninggal yang bisa dibawa serta hanyalah dosa-dosa (karma) yang telah didapatkan karena telah mendapatkan materi tersebut, dan tubuh jasad yang sangat Anda sayangi tersebut, tidak akan bisa menyertai Anda untuk pergi.
Isteri yang ketiga, tidak ada bedanya dengan kekayaan di dalam dunia. Tidak peduli harta tersebut Anda kumpulkan dengan berjerih payah, ketika Anda meninggal dunia satu sen pun tidak akan bisa Anda bawa serta.
Isteri yang kedua ibarat handai taulan kita. Manusia hidup di dunia ini, sudah sepantasnya jika bisa saling memberikan perhatian. Tetapi acap kali manusia lupa akan norma-norma dasar sebagai manusia, bahkan mengatas namakan teman atau familinya sendiri berbuat kejahatan, sebenarnya tidak peduli manusia berbuat kejahatan apapun di dunia, juga tidak peduli demi siapa perbuatan jahat itu dilakukan, pada akhirnya dirinya harus membayar semua karma yang ditimbulkan atas perbuatan jahat yang telah dia lakukan.
Setelah dia meninggal dunia, handai taulan orang tersebut paling-paling hanya bersedih hati untuk beberapa saat. Tidak lama kemudian, handai taulan tersebut akan berangsur-angsur melupakan hal ini, mereka akan terjun kembali dalam kesibukan hidup masing-masing.
Isteri yang pertama ibarat jiwa (batin) dari manusia, dia menyertai kita bagaikan bayangan, hidup ataupun mati tidak akan berpisah. Dia berhubungan sangat erat dengan kita, akan tetapi kita paling mudah mengabaikan dia, sebaliknya malah mencurahkan segenap perhatian pada benda-benda materi.
Sebenarnya jiwa ini yang akan bersama-sama dengan kita untuk selamanya. Kita seharusnya lebih banyak memberikan perhatian kepada isteri pertama yang setia dan loyal.
Berikanlah air kecerdasan yang hidup kepada jiwa kita, dengan demikian kita bisa benar-benar menjadi seorang yang bijak. [Tang Yi Xuan / Jakarta]
Setiap hari ketika dia mandi, sisir, bahkan ketika ganti baju, suaminya selalu bisa memperlakukan dia dengan baik. Asalkan dia senang dengan pakaian yang mana, suaminya mau membelikan untuknya. Tidak peduli kemana suaminya pergi, selalu akan pergi bersamanya. Suami itu selalu menuruti apa saja yang dia katakan, ia benar-benar sangat dimanjakan oleh suaminya.
Isteri yang ketiga melewati perjuangan yang susah payah baru bisa diperoleh, boleh dikata hampir sama dengan merebut dari tangan orang lain. Maka dari itu, suami sering kali berkata-kata manis dengan dirinya, tetapi tidak sama seperti isteri yang keempat, tetapi juga selalu dimanjakan.
Isteri yang kedua acap kali bertemu, saling menghibur, persis seperti sepasang teman karib yang bisa saling mempercayai sepenuhnya, saling bertukar pandangan, asalkan berkumpul menjadi satu bisa saling memuaskan, begitu berpisah, bisa langsung saling merindukan.
Dan isteri yang pertama, benar-benar seperti pelayan. Dia bertanggung jawab atas semua pekerjaan berat di dalam rumah tangga. Dia terjerumus dalam segala macam kerisauan, tetapi sama sekali tidak ada keluhan, membiarkan dirinya diperintah sesuka hati suaminya. Dia sama sekali tidak pernah mendapatkan belaian kasih dan sepatah kata yang menghibur hati dari suaminya, di dalam hati suaminya boleh dikata hampir tidak ada tempat untuk dirinya.
Suatu hari, pria tersebut harus meninggalkan kampung halaman, untuk pergi keluar negeri merantau dalam jangka waktu yang panjang, dia berkata dengan isterinya yang keempat, "Saya sekarang ada kepentingan dan harus segera keluar negeri, apakah kamu bersedia pergi bersamaku?"
Isterinya yang keempat menjawab, "Saya tidak bersedia ikut denganmu."
Dengan sangat heran dan penuh ketidak pahaman dia bertanya, "Yang paling saya kasihi adalah dirimu, saya menuruti semua kemauan selalu menuruti kemauanmu, demi membuat dirimu senang, saya telah mencurahkan segenap tenaga. Mengapa sekarang engkau tidak bersedia ikut denganku?"
"Tidak peduli berapa kasihmu terhadapku, saya tetap tidak bersedia menemanimu!" Dengan keras kepala isterinya yang keempat itu menolaknya.
Suami itu sangat menyesali sikap isterinya yang tidak tahu budi ini, dia lalu memanggil isterinya yang ketiga serta berkata, "Apakah engkau bersedia menemaniku?"
Isterinya yang ketiga menjawab, "Isteri keempat yang paling kau sayangi itu saja tidak bersedia menemanimu untuk pergi, mengapa saya harus menemanimu?"
Suaminya berkata, "Apakah kamu tahu dulu ketika aku sedang mengejarmu, telah mengeluarkan berapa daya upaya? Tidak peduli cuaca panas dan dingin, lapar dan kehausan semuanya sudah pernah kualami demi dirimu. Kadang kala demi dirimu, aku telah menghadapi bahaya dan kesukaran, berjumpa dengan perampok, bertengkar dengan orang lain, tubuh ini hampir saja hancur lebur, dan dengan sangat tidak mudah baru bisa memiliki dirimu. Mengapa sekarang engkau tidak bersedia ikut denganku?"
Tidak peduli bagaimana dia berkata, isterinya yang ketiga tetap saja bersiteguh, tidak mau ikut dengannya, "Itu karena engkau sendiri yang berusaha sekuat tenaga mengejar untuk mendapatkanku, bukan aku yang mengejarmu, sekarang engkau akan meninggalkan kampung halaman pergi merantau ke luar negeri, mengapa aku harus menemanimu menderita kesengsaraan di luar negeri?"
Suaminya ini juga menyesali sikap isterinya yang ketiga ini yang tidak mengenal kasihan, dengan terpaksa dia memanggil isterinya yang kedua dan berkata, "Apakah engkau bersedia menemaniku ke luar negeri?"
"Saya pernah menerima kebaikan hatimu, saya dapat mengantarmu hingga ke tapal batas kota. Tetapi jika dirimu meminta saya menemani ke luar negeri, maafkan saja saya tidak bisa mengabulkan permintaan itu."
Suaminya juga membenci isteri kedua yang tidak kenal kasihan ini, dia lalu memanggil isterinya yang pertama untuk diajak berbicara.
"Saya akan bertamasya ke luar negeri, apakah dirimu bisa menemaniku?"
Isteri pertamanya menjawab, "Saya meninggalkan orang tua saya, menyerahkan diri saya kepadamu, tidak peduli susah dan senang atau hidup dan mati, saya tidak akan meninggalkan dirimu. Tidak peduli kemana pun engkau pergi, dan seberapa jauh, saya pasti akan menemanimu."
Tiga isteri yang biasanya dia sayangi tidak ada satu pun yang mau menemani dirinya, dia barulah terpaksa mengajak isteri pertamanya yang sudah dapat dipastikan bukan idamannya, pergi meninggalkan kota.
Ini merupakan sebuah cerita kiasan. Luar negeri yang dimaksud di sini adalah dunia alam baka.
Isterinya yang ke empat, ibarat tubuh manusia. Manusia sangat menyayangi tubuh jasadnya, demi memuaskan nafsu materi tubuh ini, lalu kita berbuat apa saja yang bisa dilakukan. Keadaan ini tidak kalah dengan seorang suami yang mencurahkan segenap perhatiannya kepada isterinya yang ke empat.
Tetapi manusia tidak mengerti oleh karena pada dasarnya mengejar kepuasan jasmani untuk memenuhi keinginan material. Manusia dalam beberapa kali kehidupan telah berbuat berapa banyak dosa, tetapi tidak peduli di dunia ini Anda telah mendapatkan berapa banyak harta (materi), setelah meninggal yang bisa dibawa serta hanyalah dosa-dosa (karma) yang telah didapatkan karena telah mendapatkan materi tersebut, dan tubuh jasad yang sangat Anda sayangi tersebut, tidak akan bisa menyertai Anda untuk pergi.
Isteri yang ketiga, tidak ada bedanya dengan kekayaan di dalam dunia. Tidak peduli harta tersebut Anda kumpulkan dengan berjerih payah, ketika Anda meninggal dunia satu sen pun tidak akan bisa Anda bawa serta.
Isteri yang kedua ibarat handai taulan kita. Manusia hidup di dunia ini, sudah sepantasnya jika bisa saling memberikan perhatian. Tetapi acap kali manusia lupa akan norma-norma dasar sebagai manusia, bahkan mengatas namakan teman atau familinya sendiri berbuat kejahatan, sebenarnya tidak peduli manusia berbuat kejahatan apapun di dunia, juga tidak peduli demi siapa perbuatan jahat itu dilakukan, pada akhirnya dirinya harus membayar semua karma yang ditimbulkan atas perbuatan jahat yang telah dia lakukan.
Setelah dia meninggal dunia, handai taulan orang tersebut paling-paling hanya bersedih hati untuk beberapa saat. Tidak lama kemudian, handai taulan tersebut akan berangsur-angsur melupakan hal ini, mereka akan terjun kembali dalam kesibukan hidup masing-masing.
Isteri yang pertama ibarat jiwa (batin) dari manusia, dia menyertai kita bagaikan bayangan, hidup ataupun mati tidak akan berpisah. Dia berhubungan sangat erat dengan kita, akan tetapi kita paling mudah mengabaikan dia, sebaliknya malah mencurahkan segenap perhatian pada benda-benda materi.
Sebenarnya jiwa ini yang akan bersama-sama dengan kita untuk selamanya. Kita seharusnya lebih banyak memberikan perhatian kepada isteri pertama yang setia dan loyal.
Berikanlah air kecerdasan yang hidup kepada jiwa kita, dengan demikian kita bisa benar-benar menjadi seorang yang bijak. [Tang Yi Xuan / Jakarta]
Silahkan klik menu kategori lain di bawah ini:
http://berita.tionghoanews.com
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com
Atau ngajak teman Tionghoa anda ikut gabung disini http://www.facebook.com/chinese.indo bersama ribuan teman Tionghoa lainnya.
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com
Atau ngajak teman Tionghoa anda ikut gabung disini http://www.facebook.com/chinese.indo bersama ribuan teman Tionghoa lainnya.