KEHIDUPAN | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Rabu, 11 Juli 2012

AIR JERNIH DARI LANGIT

Seorang teman bercerita kepada saya tentang mimpinya, dia memberitahu saya, kebahagiaan semacam itu sangat sulit dihayati dalam kehidupan nyata, membuat dia sangat sulit untuk melupakan.

Dalam mimpi itu terdapat cerita... Antara manusia dan segenap materi di alam ini sepertinya saling melebur, hubungan antar manusia sangat akrab, tetapi keakraban itu bukan Qing (sentimen), dalam benak sama sekali tidak ada konsep dalam kenyataan, bahkan memori pun tidak ada, yang ada hanya murni kegembiraan dan kesederhanaan.

Yang paling sulit dilupakan, senyuman orang di dalam mimpi itu, tak dapat dikatakan betapa indah dan cemerlang, dan ketika mereka berbicara, penuh dengan kelembutan dan kepolosan, indah seperti sajak dan musik.

Mendengarkan gambaran yang dia tuturkan, saya juga menjadi sangat terharu. Saya pikir, jiwa yang sederhana, murni dan bahagia, senyuman bagai bunga yang bermekaran, keheningan harmonis dari kehidupan yang berada dalam langit dan bumi yang sangat luas ini, bukankah semua ini merupakan hal yang paling alamiah ? Seperti burung yang terbang di atas angkasa, ikan yang berenang dalam air, mentari dan rembulan menyinari alam semesta dengan tanpa pamrih.

Sekarang, kehidupan telah mengalami perjalanan yang panjang sekali, perubahan dan pergantian terus-menerus dari ruang dan waktu, di dalam sungai panjang kehidupan yang tidak pernah berhenti ini, di manakah watak hakiki kita ? Apa yang menyebabkan jiwa manusia menjadi rumit dan tak lagi sederhana dan ringan ?

Pada hakekatnya kehidupan itu begitu murni, adalah konsep-konsep manusia setelah lahir serta segala memori yang begitu berat, membentuk debu dan kotoran yang sesungguhnya, membuat jiwa yang bersinar tertutupi oleh debu dan kotoran yang tebal, membuat mata bersinar terang berubah menjadi redup, senyuman yang cemerlang berubah menjadi tidak praktis dan tak berdaya.

Menengok kedalam diri sendiri, saya juga pernah mengalami kebingungan yang menyengsarakan, menghadapi alam semesta yang maha luas, tidak tahu harus bertanya kepada siapa. Mengapa saya ada ? Jiwa saya sebenarnya datang dari mana ?
Menembus polusi dari kehidupan demi kehidupan, membuat diri saya sudah kehilangan cahaya dan kemurnian seperti awal, berbagai macam nafsu dan keinginan pribadi bagai kabut hitam yang tebal, dan terendam di dalamnya, Keegoan sudah mendarah daging, telah menjadi bagian dari tubuh dan napas kita.

Walau diri ini masih terkurung dalam dunia fana yang kotor ini, saya telah memahami secara mendalam berbuat demi diri sendiri, dalam hati terbersit sedikit kegugupan dan tidak tenang. Itu adalah perasaan ketika mengejar segala macam keuntungan diri sendiri. Kesemuanya ini, sebenarnya adalah hal yang tidak terelakkan bagi sebuah jiwa yang berjalan menuju metaformosa dan kerusakan.

Namun sebuah jiwa setelah lahir sudah membawa semacam hati yang menuju kebaikan, mungkin adalah Dewa yang memendamkan hati kebaikan ini kepada manusia, merupakan harapan bagi manusia untuk bisa tertolong pada saat krusial.

Di dalam dambaan dan penantian, mendadak terdengar suara percikan air, seketika itu mencuci bersih jiwa dan raga, tak tertahankan air mata mengalir deras, merasakan kegembiraan dan kebahagiaan yang maha besar itu. Seperti ada sepasang tangan besar yang menembus alam semesta, menyangga diri saya dalam kehangatan dua tangan besar yang tiada tara, begitu maha besar, begitu welas asih, saya merasakan diri saya sudah melebur.

Dia adalah Sejati, Baik, Sabar, hukum dasar dari alam semesta, adalah sumber kehidupan dari segenap makhluk hidup.

Ketika saya menggunakan sebuah hati yang paling rendah dan takzim, untuk berasimilasi dengan Sejati, Baik, Sabar, saya menemukan dunia saya berubah total, sawah hati yang sudah mengering, sekejab saja menjadi penuh vitalitas hidup, angin semi bertiup, air jernih bergelombang, teratai nan putih bersih bermekaran, menari-nari riang dalam sinar. Saya benar-benar telah menghayati, melebur didalamnya, seluruh jiwa dan raga serta otak berada pada keadaan yang sama sekali hening dan kosong, lupa akan diri sendiri, indah dan bebas, sulit diucapkan dengan kata-kata.

Kehidupan sudah mendapatkan kesempatan untuk dicuci bersih dan diluruskan oleh Dafa (Maha Hukum), asalkan Anda berjumpa dengan Dafa, itu adalah Dewa dan Buddha yang sedang menyelamatkan jiwa Anda, karena asalkan jiwa Anda bisa hidup sampai hari ini, maka Anda sangat berharga, patut diberikan pertolongan. [Christine Lim / Ambon]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA