Pada suatu hari, di vila pegunungan tempat berlibur terlihat burung merak merentangkan ekornya, keindahannya sulit dilupakan. Ini mengilhami desain tersebut. Setelah mempersiapkan bahan, lalu mulailah dikerjakan, penyempurnaan dan pertimbangan serius dilakukan berulang-ulang.
Pada masa-masa kerja keras pendesainan, sering kali sampai mengalami kelelahan parah dan pusing tujuh keliling. Semakin berkeinginan menunjukkan keindahan dan keanggunan sang merak, hasilnya semakin runyam.
Setiap elemen yang digabungkan, semakin tidak memenuhi selera, sedangkan saya sendiri semakin keras memaksakan penggabungan berbagai unsur yang kompleks dan indah menjadi satu, berulang-ulang diusahakan.
Ketika rancangan mendekati final, contoh barang sangat kompleks, membuat kepala tak terasa jadi pening, contoh merak memang sangat indah, namun terasa ada yang tidak beres, unsur-unsurnya terlalu banyak, hiasannya membuat orang merasa terbebani, sepertinya ruang untuk bernapas pun sesak. Maka unsur-unsur tambahan itu dilepas satu persatu.
Secara tak disengaja, tiba-tiba mata terasa terang, bukankah ini merupakan miniatur dari merak tersebut ? Setelah menanggalkan hiasan yang kompleks indah dan mewah, ternyata hati ini tidak lagi terbebani, kepala juga tidak lagi pening, contoh barang yang tampil di depan mata sangat bersih menyegarkan dan sangat sederhana, namun membuat suasana hati terasa melegakan, dimensi pikiran yang semula tersumbat, juga berubah menjadi terang dan lapang.
Tak terasa saya menghela napas, ternyata kesederhanaan adalah sedemikian indah, ternyata kesederhanaan merupakan unsur artistik terbaik untuk memperbaiki dan meningkatkan taraf spiritual, ternyata hanya sikap hati sederhana yang tidak mempersulit manifestasi kebijakan.
Ketika saya memeras otak ingin menampilkan keindahan merak yang merentangkan ekornya, saya dikelilingi dengan pemikiran-pemikiran yang resah karena mengejar waktu, produksi masal, promosi, menghasilkan uang sebanyak-banyaknya.
Oleh sebab itu, beban dalam hati sepenuhnya termanifestasikan ke dalam contoh barang. Sekalipun setiap unsur semuanya indah menakjubkan, namun setelah dikombinasikan tidak dapat membuat orang bernapas lega untuk mengaguminya.
Saya segera mengerti skema akhir desain suatu suvenir, contoh barang rancangan final, sekalipun hanya merupakan sebuah benda seni, namun penampilan burung merak sangatlah hidup.
Perubahan yang diakibatkan oleh keindahan kesederhanaan, membuat saya menjadi sangat hambar untuk mengejar keuntungan, namun sesungguhnya telah mengerti, bahwa setelah dipasarkan, suvenir tersebut akan memperoleh hasil yang terbaik. [Susi Ng / Balikpapan]