Dengan lesu Kevin bertutur tentang tantangan dan kegagalan yang dialaminya selama tiga tahun ini sebagai pembimbing kelas. Dia benar-benar memahami bahwa anak-anak yang lepas kontrol dan disiplin berkaitan dengan guru pengajarnya, tetapi dirinya sendiri tidak bisa menimbang masalah dengan adil, sehingga keadaannya menjadi kacau dan tidak bisa diatasi.
Selama ini, Kevin sangat aktif di sekolah, juga memberikan usulan dan masukan. Dia juga penuh keyakinan dan semangat tinggi. Masa-masa awal menjadi mentor, sering kali dia menggerutu dan mengeluh. Kami sendiri juga belum lama saling mengenal, sehingga hubungan dengannya juga biasa-biasa saja, interaksi sehari-hari hanya saling menyapa secara santun, tidak pernah berdiskusi secara mendalam. Terkadang ada pembicaraan santai, namun kebanyakan saya hanya berperan sebagai pendengar saja. Kali ini, tiba-tiba dia mengutarakan kekhawatiran dan ketakutan hatinya, barulah kita selangkah lebih maju dalam hal menyentuh topik cara mengasihi.
Kevin bersikap profesional dalam membimbing belajar. Karena dia lincah dan penuh humor, semua siswa menyukainya. Tetapi, semenjak dia ditugaskan sebagai guru pembimbing, dia selalu mondar-mandir diantara dua jabatan, tidak bisa menyeimbangkan peran dan tugas, yaitu sebagai penerima yang bermurah hati tanpa batas, ataukah sebagai pengawas yang tegas dalam peraturan.
Akhirnya dia berterus terang mengakui, karena takut kehilangan dukungan dan disenangi oleh para siswa, maka dia memilih menjadi penerima yang bermurah hati. Tidak disangka, ada sebagian siswa menjadi manja karena terlalu disayang, tidak tahu diri, hingga sampai pada taraf berbuat sesuka hati dan kelewat batas, membawakan kegagalan yang sangat besar dalam kariernya sebagai pengajar.
Usia saya sama dengan Thomas, dalam hal bersikap dan bergaul. Kami sering bertukar pendapat. Pertama-tama, kita membenarkan jerih payah dan usaha keras Kevin yang tanpa lelah selama tiga tahun ini. Selanjutnya, menyinggung masalah pandangan terhadap cara mengasihi. Menerima dan bermurah hati itu adalah semacam kasih. Bukankah 'menuntut dengan ketat' juga adalah kasih ? Terutama menghadapi para remaja pembangkang yang semaunya sendiri dan egois, jadi harus menuntutnya dengan ketat. Kalau tidak mencapai 100%, barulah bersikap bermurah hati. Jika hanya dilepas dan dibiarkan, akan berakibat fatal.
Perkataan penyair Tiongkok, Ji Bolun, bagus untuk disimak: "Seperti cinta memberikan Anda penobatan, dia juga memaku Anda di atas kayu salib. Walaupun dia bisa menjaga dan melindungi pertumbuhan Anda, sama saja dia akan menggunting untuk merapikan Anda."
Saya tidak tahu apakah nasehat ini bisa dirasakan Kevin atau tidak? Terakhir, saya mengatakan: "Jangan putus asa! Anda sudah berusaha sekuat tenaga, walaupun ada kesalahan, juga adalah kesalahan yang indah, saya yakin lain kali pasti bisa lebih baik." Selesai mengatakan, saya berpamitan pulang ke rumah.
Keesokan hari, Kevin masih belum puas, kita melanjutkan diskusi cara mengasihi. Saya beranggapan, yang terpenting adalah cara kita mengasihi pihak lawan, dan bukan pihak lawan yang menyukai cara kita mengasihi. Karena yakin, ada sebagian anak akan tumbuh menjadi dewasa, kematangan mereka cukup untuk memikirkan kandungan makna dan arti yang tidak pernah diucapkan keluar. Apalagi terhadap 'tanggapan' Ji Bolun tidak pelit untuk mengajarkan bahwa "…kasih itu bukan memiliki, juga bukan dimiliki, Karena cinta itu adalah kasih, sudah cukup."
Terhadap mereka yang tidak berperasaan, tidak memahami, sebaiknya menggunakan syair Xu Zhimo untuk menghibur. Syair itu mengatakan: "....Saya dan Anda berjumpa di atas lautan pada malam hari, Anda mempunyai milik Anda sendiri, saya mempunyai arah saya sendiri. Biarpun Anda bisa mengikat, lebih baik Anda lupakan, itu merupakan pancaran cahaya masing-masing ketika saling bertemu."
Antara manusia, jodoh timbul jodoh habis, mengikuti takdir, saling mengucapkan selamat, tidak perlu terlalu dipaksakan. Kevin sangat menyetujui pendapat saya, kemudian, kami saling tersenyum tanda saling memahami, sebagai kata-kata penutup. [Olivia Li / Bandung] Sumber: Epochtimes
PESAN DARI ADMIN
Mari kita dukung kiriman artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan ke dalam halaman facebook, twitter & googleplus Anda, serta pastikan Anda juga bisa mengirim artikel berita kegiatan / kejadian tentang Tionghoa di kota tempat tinggal Anda atau artikel bermanfaat lainnya ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id