Ketika temannya mengetahui dia menangis, temannya menyangka telah terjadi sesuatu, lalu segera datang kehadapannya dan bertanya kepadanya, "Kenapa engkau menangis sampai demikian sedih?"
Lu Ying membuka matanya yang penuh air mata, memandang kepada sahabatnya lalu berkata, "Pada siang hari saya mendengar cerita orang, pangeran dari negara Wei mempunyai karakter yang tidak baik, suka berperang, tidak ada belas kasih, ketika mendengar perkataan itu hati saya sangat tidak nyaman. Ketika tadi kita sedang mengobrol, tiba-tiba saya teringat kepada hal tersebut, oleh sebab itu saya menjadi sedih, tanpa sadar saya menangis."
Pada saat itu, teman-teman yang lain juga sudah datang mengelilinginya dan mereka semua membujuknya, "Pangeran dari negara Wei mempunyai karakter yang tidak baik, apakah ada hubungannya dengan negara Lu kita? Walaupun perang, itu adalah perebutan kekuasaan antara negara, engkau ini hanyalah seorang putri dari rakyat biasa. Buat apa engkau khawatir dengan hal-hal yang tidak relevan dengan kita?"
Lu Ying setelah mendengar kata-kata temannya, menjadi semakin gelisah dan berkata, "Pemahaman saya berbeda dengan kalian. Sampai sekarang saya masih ingat dengan jelas, beberapa tahun yang lalu, ada seorang utusan dari negara Song yang kalah berperang, mengungsi ke negara kita, kudanya menghancurkan kebun sayur di kebun kami, membuat keluarga kami mengalami kerugian besar. Tahun yang lalu, Raja Ye demi membalas dendam lalu menyerang negara Wu, raja negara Lu untuk mengambil hati raja Ye, memilih gadis-gadis cantik rakyat jelata dipersembahkan kepada raja Ye, kakak saya terpilih. Abang saya karena rindu kepada kakak saya pergi ke negara Ye menjenguknya, ditengah perjalanan bertemu dengan prajurit-prajurit yang sedang bertempur sehingga dia terbunuh...."
Bercerita sampai disini, Lu Ying tidak dapat lagi melanjutkan ceritanya dia menangis dengan sedih, teman-teman yang mengelilingi dia setelah mendengar ceritanya hanya bisa menundukkan kepalanya. Setelah beberapa saat Lu Ying baru berhenti menangis dan melanjutkan perkataannya, "Dari dua hal tersebut saya menjadi mengerti, jika terjadi peperangan tidak ada lagi batasan negara, dan yang menderita adalah rakyat jelata seperti kita ini. Sekarang, pangeran negara Wei sangat suka berperang, sedangkan sekarang saya hanya memiliki seorang adik lelaki, mungkin pada suatu hari malapetaka ini akan segera menimpa kami berdua. Oleh sebab itu saya menjadi sangat takut dan khawatir."
Kemalangan yang menimpah keluarganya membuat Lu Ying menyadari hal di dunia ini saling berhubungan dan setiap kebenaran filosofis saling berhubungan, untuk membuat penilaian berdasarkan pada arah pengembangan yang tidak berdasar. Semuanya telah ditakdirkan manusia hanya bisa berbuat lebih baik untuk dapat terhindar dari mala petaka. [Imelda Goh / Jakarta]
--
Berita | Internasional | Budaya | Kehidupan | Kesehatan | Iptek | Kisah | Kontak
BACA DIBAWAH INI
Di bagian bawah artikel ini kedepan akan ditampikan iklan-iklan baris Maksimal 100 huruf dengan tarif Rp.5.000,- per artikel (Min.100 artikel) dan bagi yang berminat bisa kontak email: tionghoanews@yahoo.co.id