Karena lokasi pabrik itu merusak pemandangannya terhadap kota Potsdam, Kaisar William mengirim seseorang untuk bernegosiasi dengan pemilik pabrik untuk membeli pabrik itu, yang rencananya akan dibongkar setelah dibeli. Namun, si pemilik menolak untuk menjualnya.
"Pabrik ini warisan keluarga saya, yang telah diturunkan dari generasi ke generasi," jelas pemilik pabrik dengan sabar. "Saya tidak bisa membiarkannya untuk dibongkar, tidak peduli berapa banyak uang yang Anda tawarkan kepada saya."
Setelah mendengar bahwa si pemilik menolak tawarannya, sang kaisar menjadi marah. Dia mengirim pengawalnya dan secara paksa membongkar pabrik tersebut.
Setelah pabriknya dirobohkan, si pemilik mengajukan gugatan terhadap kaisar. Anehnya, sang kaisar kalah. Pengadilan memutuskan bahwa sang kaisar harus membangun kembali pabrik di tempat semula, dan memberikan kompensasi kepada pemilik pabrik atas kerugian ekonominya. Kaisar dipaksa untuk mematuhi keputusan pengadilan kerajaan.
Bertahun-tahun kemudian, setelah Kaisar William I dan pemilik pabrik itu meninggal, putra pemilik pabrik menemukan dirinya di ambang kebangkrutan, akibat pengelolaan uang yang buruk. Karena itu ia menulis surat kepada kaisar berkuasa saat itu, Kaisar William II, menawarkan untuk menjual pabriknya.
Setelah menerima surat itu, Kaisar Wilhelm II menjadi geram. Ia merasa kisah pabrik tersebut melambangkan kebebasan peradilan negara dan keadilan, yang mana harus dipertahankan selamanya.
Ia kemudian membalas surat putra pemilik pabrik tersebut dan memintanya untuk menjaga pabrik, sehingga dapat diwariskan kepada generasi penerusnya sendiri. Selain itu, Kaisar menyumbangkan 6.000 mark Jerman untuk membantu pemilik pabrik menyelesaikan utang-utangnya. Setelah menerima balasan, si pemilik sangat tersentuh. Dia memutuskan untuk tidak menjual pabrik, sehingga dapat berfungsi sebagai peringatan tentang sejarah pabrik.
William Pitt, Perdana Menteri Inggris di pertengahan abad ke-18, pernah berkata, bahkan orang yang paling miskin sekalipun memiliki hak untuk menentang otoritas seorang kaisar yang kuat, demi melindungi rumahnya sendiri.
Meskipun mungkin kediamannya lusuh, dan mungkin tak mampu menahan angin kencang ataupun hujan deras, namun sang kaisar tidak mampu untuk mendobraknya masuk.
Dari kisah di atas dapat kita petik kesimpulan bahwa milik pribadi seseorang, baik itu rumah atau bisnisnya, haruslah dilindungi dari segala kekuasaan tirani negara, dan di atas segalanya. [Yolanda Li / Banjarmasin]
PESAN KHUSUS
Silahkan dicatat dan klik alamat kategori dibawah ini, sebelum diganti pesan baru:
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com
Jangan lupa ngajak teman Tionghoa anda ikut gabung disini http://www.facebook.com/chinese.indo bersama ribuan teman Tionghoa lainnya.