Di bawah ranjang itu berbaring 10 tas lama yang telah rusak, mereka menjadi saksi bahwa ayahmu seorang sales yang tekun dan bekerja keras. Suatu hari nanti ketika engkau telah dewasa, baru bisa tahu dari pengalaman bagaimana menjadi seorang sales yang sopan dan baik. Ketika berada diluar terasa lebih sepi dan sendiri, bahkan ayah tidak tahu apa yang bisa dikerjakan kecuali rindu padamu dan rumah, terkadang bahkan ayah lupa waktu dan tanggal, ketika mengetahui penghuni hotel yang ayah tinggali sepi, ayah baru menyadari hari ini adalah hari libur.
Liburan tiba, ayah masih belum mendapatkan pesanan untuk perusahaan, tidak mendapatkan pembeli berarti tidak bisa menyelesaikan tugas, tidak bisa mendapatkan bonus, berarti tidak bisa membeli mainan baru untukmu, dan membelikan kebutuhan hidup sehari-hari.
Semula ayah kira bisa seperti seekor serigala, ketika ruang lingkup disekitar menjadi sempit, persaingan ketat, ketika tidak bisa lagi mendapatkan mangsa yang lebih banyak, seharusnya berjalan keluar kampung, mencari ladang baru, memburu mangsa lebih banyak lagi, atau seperti seekor burung membawa kayu dan rumput dengan patuknya pulang ke sarang untuk disimpan. Tetapi ayah tak menyangka semakin jauh dari rumah, jalan untuk pulang semakin sulit, beban diatas pundak semakin berat, terkadang bukan hanya tidak membawa uang bagi keluarga, malah sering pulang dengan pikiran risau yang penuh luka menyakitkan.
Dalam benak ayah sering muncul seekor serigala, menyeret makanannya pulang dengan susah payah, perjalanan semakin jauh dari mulut goa, makanan yang dia bawa rasanya semakin berat, bahaya disepanjang perjalanan pulang semakin banyak, luka diatas tubuhnya juga semakin banyak..
Ketika ayah berpikir sampai disini, sering kali tersenyum pahit, memeluk erat-erat tas bawaan dan berjalan menuju ke terminal bis. Rumah, selalu muncul sayup-sayup di depan mata, barang yang ada di dalam tas ayah tidak berharga, kebanyakan adalah buah-buahan yang murah di bagian selatan tetapi jarang ditemukan di bagian utara, berat tetapi tidak mahal. Ketika ayah melihat kalian sangat menikmati buah-buahan itu, hati ayah merasakan kemanisannya melebihi apapun juga. Terkadang ayah bisa terdiam selama beberapa hari, seperti seekor serigala terluka, lalu ayah akan mencari sebuah sudut sepi untuk menjilati luka di badan. Ayah tidak ingin mencemari sedikit pun kesepian ini ke dalam matamu yang polos...
Anakku, ketika ayah pulang dan bisa menjemputmu pulang dari sekolah, setiap kali melihatmu memanggul tas yang besarnya hampir separuh tubuhmu, berlari menuju ayah dengan pakaian dingin yang tebal, larimu yang terhuyung-huyung persis seperti seekor penguin yang berkaki pendek, membuat ayah tertawa tak tertahankan, tetapi dalam suara tawa itu selalu membawa kesedihan.
Ayah tidak senang dengan sistim pendidikan masa sekarang, ayah berharap engkau bisa seperti masa kanak-kanak ayah dulu, bermain layang-layang di lapangan, menangkap ikan dan mencari jangkrik, sepuas-puasnya menikmati kegembiraan masa kecil, tetapi ketika melihatmu tiada hentinya mendengarkan pelajaran, dan selalu ada saja pekerjaan rumah yang tak kunjung habis, dengan tanpa ayah sadari selalu membuat mengerutkan kening…
Anakku, lekaslah tumbuh dewasa, ayah tidak akan memedulikan bagaimana dirimu belajar. Dikemudian hari akankah mencapai kesuksesan, ayah hanya berharap engkau bisa menjadi diri sendiri yang hebat, tidak peduli engkau melakukan apa, engkau adalah anakku. Ayah berharap dirimu kelak bisa menjadi orang baik yang selamanya sehat dan bahagia, tidak peduli pejabat atau tentara atau pedagang. Tidak peduli kaya raya, biasa-biasa atau miskin.... Semua ini tidak ayah perdulikan, ayah hanya berharap dirimu bisa hidup demi diri sendiri dengan kaya, bersamaan juga bisa selalu memikirkan orang lain, ayah percaya seseorang jika beretika, mengerti prinsip dan dihormati oleh orang lain, Tuhan tidak akan membuat orang tersebut berlama-lama miskin. Terkadang Tuhan akan memberikan sedikit cobaan, adalah berharap orang tersebut bisa menyadari hidup ini lebih baik lagi, kaya akan keadilan, miskin tetapi berprinsip.
Anakku, ayah akan memberitahumu selangkah sebelum mencapai keberhasil-an, adalah harus lebih dulu bisa mengasihi orang lain, menyayangi orang lain, mainan dan makanan yang engkau miliki bisa kamu nikmati bersama dengan teman-teman di sekitarmu. Ketika orang lain terjatuh, pertama-tama engkau harus mengulurkan tanganmu untuk menolong, dengan demikian ketika engkau mengalami masa sulit orang lain juga akan berbondong-bondong menolongmu.
Yang paling ayah kuatirkan bukan pelajaranmu, tapi melainkan watakmu yang menyendiri dan berpikiran sempit. Kamu tidak bisa berinisiatif saat bermain dengan temanmu. Sekolah hanya mendoktrinmu dengan ilmu pengetahuan yang belum pernah engkau alami sendiri, tetapi tidak pernah memberitahumu bagaimana prinsip menjadi manusia, sedangkan kita sekarang ini benar-benar hidup dalam masyarakat yang perasaannya sudah memudar. Kebenaran sudah tidak bernilai, moral sudah jadi bejat, semua orang mementingkan uang, kekuasaan, orang kerdil mendapatkan kesempatan sedang orang bijak tidak lagi dihiraukan.
Akan tetapi ayah akan menasehatimu dengan serius, kesemuanya ini hanyalah sementara dan tidak otentik. Keberhasilan di masa mendatang adalah peperangan moralitas, siapa yang bermoral akan bisa bertahan dalam masyarakat, kalau kesuksesan kecil mengandalkan kecerdasan, kesuksesan besar harus mengandalkan moralitas, orang bijak dan arif di Tiongkok yang mengalami kritikan, suatu hari nanti akan memancarkan sinar terangnya, muncul di dalam buku-buku pelajaran, teori filosofi mereka suatu hari pasti akan termuat lagi dalam sejarah, ketika itu peradaban akan kembali lagi, sinar terang akan mengusir segala kejahatan dalam kegelapan.
Demikianlah dunia ini, langit kita ini kadang kala bisa muncul awan hitam, hujan lebat dan badai, tetapi semuanya ini tidak akan lama. Sinar kebenaran nan adil akan mengusir semuanya ini, maka dari itu anakku, ayah ingin engkau menjadi orang baik, engkau boleh tidak sukses, tetapi engkau tidak boleh tidak cemerlang.
Cepatlah tumbuh dewasa, anakku...suatu hari nanti ayah akan memberitahumu, ayahmu ini, persis seperti apa yang dikatakan sendiri, adalah orang yang tidak pernah kalah, di dalam persaingan pasar yang sengit dan kejam ini, ayah adalah seorang pejuang mengharukan yang berprestasi. Ketika menjadi seorang sales mengatur pasar dengan hidup dan dramatis, ketika namanya tenar dan pahalanya mengetarkan hati majikan, beberapa kali disikut karena iri hati rekan sejawat tapi berbeda bagian, ketika menjadi inspektur kepala pemasaran dan beberapa kali berhasil dalam mengomando perencanaan, ayah pernah difitnah oleh majikan karena dia takut merealisasikan janjinya kepada ayah, buka usaha sendiri tapi dikorupsi oleh partner kerja, tetapi ayah selalu mempertahankan prinsip ayah sendiri, yakni tidak berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan hati nurani ayah, walaupun masih sedemikian miskin.
Anakku, jika suatu hari nanti, ayah telah tiada lagi, tidak peduli Anda pergi ke kota mana pun di negeri ini, asalkan Anda membawa catatan koneksi ayah, mengetahui nama dan alamat mereka dan sudah menghubunginya, mereka pasti akan datang menjemputmu. Anakku, waktu itu engkau akan merasakan betapa baiknya mereka terhadapmu, di atas meja perjamuan, mereka akan bercerita kepadamu tentang hal-hal yang mereka alami bersama ayah. Mereka kebanyakan adalah rekan kerja, pelanggan dan anak buah ayah, asalkan bisa membantu, mereka pasti akan membantu Anda, mungkin ini satu-satunya dalam hidup yang bisa ayah tinggalkan untukmu.
Anakku, ayah ingin memberitahu betapa besar kasih sayang ayah kepadamu yang tidak bisa ayah ungkapkan. Saat dirimu baru berusia satu bulan, ayah sudah pergi meninggalkanmu, setiap kali pulang selalu melihatmu tumbuh besar, ibumu juga semakin tua.... Setiap kali ketika ayah pergi lagi dengan diam-diam, pasti membawa serta kesedihan, kepedihan yang tiada tara, ketika engkau masih belum berusia dua tahun, ayah membelikan banyak sekali mainan untukmu. Ketika sudah berusia 12 - 13 tahun, semua orang dalam keluarga mengatakan ayah bodoh, tetapi tidak seorang pun dari mereka yang mengetahui pemikiran ayah. Ayah pikir, jika sekiranya suatu hari nanti ayah sudah tidak ada di dunia ini, maka anak ayah masih mempunyai mainan, walau ayah jadi setan pun tidak ingin dirimu mengalami kemiskinan, dihina oleh anak-anak lain.
Maafkanlah anakku, ayah sebenarnya ingin tinggal di rumah dan tidak meninggalkanmu lagi, tidak ingin merantau ke tempat yang jauh lagi, ayah beberapa kali bermimpi pada hari yang cerah berjalan-jalan bersamamu dan ibu, membayangkan ketika tidur di malam hari, lengan sebelah kiri memeluk ibumu, dan lengan sebelah kanan menjadi bantalmu, di sebelah kaki kita sedang berbaring kucing putih besar yang cantik dan wangi. Malam hari setelah lampu dipadamkan, dinding kamar penuh dengan tempelan bintang-bintang metalik yang ayah beli dari selatan, masih ada sebuah bulan sabit yang bisa memancarkan sinar lembutnya. Walaupun dalam rumah hanya memiliki perabotan yang sederhana dan kasar serta beratus buku bacaan, tetapi ayah selama ini tidak merasakan ketidak-puasan, ayah berpikir suatu hari nanti bisa bersama denganmu dan pasanganmu, inilah impian dan angan-angan yang paling ayah dambakan.
Demi memberikan tambahan kehangatan, dan membelikanmu sebuah tas sekolah baru, ayah terpaksa sekali lagi pergi jauh. Anakku, ketika kereta ayah sedikit demi sedikit melebur kedalam kegelapan malam, dan berangsur-angsur melaju kearah sinar terang dengan berselimut cahaya ufuk, ayah mengusap-usap mata yang belum terpejamkan semalam suntuk, ketika ayah pergi dengan tergesa-gesa, tidak sempat melihatmu lebih lama. Benak selalu terpikir harus mengatakan sesuatu kepadamu, meninggalkan sesuatu untukmu, mengambil pena dan buku catatan harian : Selamat pagi, anakku. Kerinduan ayah kepadamu serasa tanpa batas. Biarkanlah kerinduan ayah ini berubah menjadi angin sepoi disampingmu, mengelilingimu dan membawakan keberuntungan tanpa terbatas..... Semoga setelah kembali ke rumah kali ini, tidak akan meninggalkanmu lagi. [Merry Huang / Menado]