Mereka dapat menjaga satu sama lain didalam pertempuran karena mereka berdua adalah teman karib dan berasal dari satu kampung yang sama. Mereka berdua dengan susah payah hidup didalam hutan, saling menjaga, saling menghibur. Setelah puluhan hari berlalu, mereka masih tidak dapat berkumpul kembali dengan kelompok mereka.
Sungguh mujur pada saat itu mereka dapat menangkap seekor rusa. Selama beberapa hari mereka bergantung dengan mengkonsumsi daging rusa untuk bertahan hidup. Mungkin karena perang, banyak binatang yang terbunuh, setelah itu mereka tidak pernah melihat binatang yang lain lagi. Persediaan daging rusa mereka mulai tipis, salah satu dari mereka memangkul sisa daging rusa untuk melanjutkan perjalanan.
Pada hari itu mereka berdua bertemu dengan musuh setelah bertempur dengan sengit, akhirnya mereka berdua beruntung dapat lolos dari serangan musuh. Ketika mereka berdua beranggapan sudah aman, terdengar suara letusan senapan. Tentara muda yang berjalan didepan terkena peluru di bahunya. Temannya yang berada dibelakang dengan ketakutan berlari kehadapannya, dia tidak dapat mengucapkan sepatahpun karena sangat ketakutan, dia memapah temannya yang tubuhnya penuh darah, dengan segera dia mengoyak bajunya membungkus luka dibahu temannya.
Pada malam hari, tentara yang tidak terluka tersebut sangat rindu kepada ibunya, dia tidak dapat memejamkan matanya ketika tidur. Mereka berdua beranggapan mereka berdua segera akan meninggal, daging rusa yang berada disamping mereka tidak ada yang menyentuhnya.
Mereka mengatakan dalam diri mereka bahwa hanya Tuhan yang tahu bagaimana mereka bisa melewatkan malam itu. Keesokan harinya tanpa diduga, pasukan penyelamat berhasil menemukan dan menyelamatkan mereka.
Kejadian ini telah berlalu 30 tahun, tentara terluka tersebut yang bernama Anderson menceritakan, "Saya tahu ketika itu siapa yang menembak saya, dia adalah teman saya. Dia telah meninggal tahun yang lalu. Ketika dia memeluk saya, saya tersentuh moncong senapannya yang masih panas, tetapi saya memaafkannya pada saat itu."
"Saya tahu dia hendak merebut daging rusa tersebut supaya dapat bertahan hidup, saya tahu dia bertahan hidup adalah demi bertemu dengan ibunya. Selama 30 tahun ini saya pura-pura tidak tahu kejadian tersebut, dan tidak pernah mengungkitnya," kenang Anderson.
"Perang sangat kejam, ibunya belum sempat menunggu dia pulang sudah meninggal, saya bersama-sama dengan dia pergi kekuburan ibunya memberi hormat. Dia berlutut dihadapan saya meminta maaf, saya tidak membiarkannya mengucapkan sepatah katapun. Dengan demikian kami dapat berteman lagi selama 20 tahun, saya tidak mempunyai alasan tidak memaafkannya," tutur Anderson. [Yenni Huang / Solo]