Terangilah keluarga, masyarakat dan setiap orang yang berhubungan dengan mu, seperti cahaya bulan yang sejuk dan menyegarkan. Batin ini seperti cermin; meskipun bayangan yang dipantulkan selalu berubah-ubah, permukaan cermin tetap tidak berubah. Lingkungan sekitar kita berubah, tetapi batin tak pernah berubah.
Apabila batin terus menerus berpaling pada dan mengikuti kondisi-kondisi di luar, seseorang dapat tergoyahkan hanya karena gosip, dan kehilangan kendali dirinya. Ketika cermin digunakan untuk melihat bayangan suatu benda, cermin dan benda itu harus ditaruh dalam suatu jarak tertentu agar bayangan yang dihasilkannya nampak dengan jelas. Jika jaraknya terlalu dekat atau terlalu jauh, atau cermin itu tertutup debu tebal, maka cermin yang paling bagus pun tidak dapat memantulkan bayangan benda itu dengan jelas.
Hubungan antara manusia dan pikirannya seperti benda dan sebuah cermin. Di satu pihak kita membutuhkan kearifan dan kemampuannya untuk mengenali fakta dan hukum-hukum alam; tapi di lain pihak kita juga perlu mengambil jarak dari pikiran kita sendiri, jika tidak ingin dikuasai olehnya. Mereka yang lengah akan tercemar oleh pikirannya sendiri, sedangkan yang mengambil jarak akan memperoleh pandangan terang.
Batin kita seperti cermin; ketika di hadapannya ada gunung, nampak bayangan gunung, ada air, nampaklah air. Apabila ada debu tebal di permukaannya, kita jadi tidak mengetahui apa yang ada di hadapan. Jika kita dapat menjaga batin agar suci dan bersih, maka apapun yang ada disekitar kita akan selalu nampak indah dan baik. Batin manusia seperti air, lemah dan lembut nampaknya, tapi mengandung kekuatan besar yang tidak terkira.
Batin juga seperti tanah lapang. Jika ditanami benih unggul, engkau akan mendapatkan hasil panen yang baik. Jangan takut pada surga dan neraka, karena surga dan neraka diciptakan oleh perbuatan (karma) kita sendiri… (Upah dari perbuatan kita) Yang harus lebih ditakuti adalah kemerosotan batin. Pengendalian diri akan menjaga batin agar tidak tercemar oleh pikiran yang buruk. Jika batin bersih, kejahatan tidak akan menghampiri.
Apabila pikiran baik, setiap hari dalam hidupmu akan menjadi hari baik. Jika setiap saat dijalani dengan penuh perhatian, maka setiap waktu, arah, dan tempat menjadi penuh makna. Tekad yang sesuai dengan jalan harus dikembangkan dan diperdalam.
Jika tidak, maka penelaahan yang mendalam atas Sutra (kitab suci) dan teori filsafat hanya akan menghasilkan bayangan bulan didalam air, bunga didalam cermin, bayang-bayang semu yang tidak nyata (kosong) Andaikan setiap jalan menghantar ke kedamaian abadi, orang yang kurang bersemangat, labil, hanya mencari kesenangan, dan pikirannya tidak terpusat, tetap saja tidak akan mencapainya. Batin ini terombang-ambing ke atas dan kebawah, tenggelam dan terapung tiada henti.
Ia "tenggelam" saat kita membuang-buang waktu dengan percuma, dipenuhi energi-energi negatif seperti kemarahan, kemalasan, gemar tidur, dan enggan melatih kesucian. Ia "terapung" dalam gelombang pikiran-pikiran buruk yang tiada henti. Tanpa melepaskan dua keadaan batin ini, tertutup jalan menuju batin yang hening. Ketimbang gelisah dan bersedih, gunakanlah potensi batinmu secara positif. Penyakit jasmani mudah diobati; tapi penyakit batin sungguh menakutkan. Si sakit tidak dapat merasa tenang ketika berjalan, berdiri, duduk ataupun berbaring. Sekujur tubuhnya terasa tidak nyaman, sukar baginya untuk memejamkan mata dan tertidur.
Penyakit jasmani bagi orang kaya dan berkuasa, adalah rasa takut "kehilangan" apa yang mereka miliki; sedangkan bagi orang miskin dan lemah, adalah rasa haus untuk memperoleh "apa yang tidak mereka miliki". Baik takut kehilangan maupun kehausan untuk memperoleh, keduanya sama membuat kita menderita. Jika engkau tidak terikat pada suatu apapun, maka batinmu tidak akan terbelenggu oleh konsep untung rugi yang menyertainya – dan dengan sendirinya terbebas dari belenggu dan noda. Demikianlah batin orang bijaksana, tujuan dari mereka yang menempuh Jalan.
Bila engkau melihat sesamamu dengan mata batin "KASIH", setiap orang adalah "KASIH". Bila kau melihatnya dengan batin "PERBEDAAN", setiap orang adalah "BERBEDA". Batin orang awam membeda-bedakan masa lalu, kini dan yang akan datang. Dalam berlatih, orang awam menginginkan hal-hal gaib dan besar, karena itulah batin mereka semakin kacau; mereka hanya mondar-mandir didepan pintu gerbang "KESUNYIAN".
Sesungguhnya mudah saja memperoleh batin yang hening; cukup dengan melenyapkan noda keserakahan. Batin yang awam terbelenggu, ternoda, dan terikat pada banyak hal.
Batin yang bersih tanpa noda memungkinkan tumbuhnya benih "KASIH". Benih KASIH sama dengan Hakikat batin semua makhluk.
Dalam gelap orang menyalakan lampu, tapi terang yang sejati ada didalam batin. Untuk itu engkau tidak perlu menyalakan lampu didepan altar Budha; terangilah batinmu sendiri. [Angelina Lim / Medan]