Andrew kecil ketika teringat kematian tragis orang tuanya merasa sangat sedih dan putus asa dia sering menangis. Walaupun usianya masih kecil, tetapi dia sangat tahu orang-orang Yahudi yang berada di kamp konsentrasi ini tidak ada seorangpun dapat keluar dari sana dalam kondisi hidup-hidup.
Mereka jika tidak dikirim ke kamar gas tentu akan dikirim ke tiang gantungan akan di eksekusi, kematian hanyalah soal waktu saja. Oleh sebab itu dia merasa putus asa, dia ingin menyusul ibu ayahnya, tetapi pada kenyataannya, mati di tempat yang seperti neraka ini tidaklah mudah.
Pada suatu sore dimusim dingin, didalam kamp konsentrasi sangat dingin, baju Andrew yang tipis dan compang-camping sama sekali tidak bisa menahan angin yang menembus sampai ke tulang sumsum. Dia pergi ke lapangan rumput yang berada diselatan untuk berjemur matahari.
Pada saat ini dia melihat keluar dari pagar kawat berduri. Di jalan kecil ada seorang gadis yang berkepang dua sedang berjalan dan bernyanyi. Gadis kecil ini kira-kira seumuran 8-9 tahun. Bola matanya hitam dan besar, pipinya yang merah, bulu mata yang lentik, kelihatannya sangat cantik, ketika dia melihat Andrew kecil yang sedang gemetar, dia menghentikan langkah kakinya, matanya yang besar memandang Andrew dengan terkejut.
Andrew dipandang demikian menjadi malu, lalu menundukkan kepalanya, akan beranjak dari sana. Gadis kecil ini memanggilnya, "Hai, engkau dipenjarakan di tempat ini ? Andrew mengangukkan kepalanya.
Gadis itu berkata lagi, "Lalu dimana ayah ibumu?"
Bola mata Andrew menjadi merah, gadis kecil ini melihat gelagat tersebut tidak tahu harus berbuat apa, dengan tergesa-gesa dia segera menghibur, "Jangan menangis, jangan menangis, saya akan memberikan anda permen."
Sambil berkata demikian gadis kecil ini dari sakunya mengeluarkan sebuah permen diberikan ke tangan Andrew.
Keesokan harinya pada waktu yang sama, Andrew pergi ke pagar kawat berduri, dia melihat gadis itu telah berdiri disana menunggunya, ketika dia mendekat, gadis ini memberikan kepadanya sebuah permen. Seterusnya selama beberapa hari, gadis itu tetap berada disana menunggunya, memberikan kepadanya sebuah permen.
Ketika malam hari akan tidur Andrew dengan diam-diam dia akan memakan permennya, permennya terasa manis, manis sampai kedalam hatinya.
Walaupun sudah tertidur, didalam mimpinya dia bermimpi bertemu dengan gadis cantik yang bernama Annie ini. Seiring dengan waktu, di dalam hati mulai timbul rasa hangat yang belum pernah dirasakan, dia kembali mempunyai semangat hidup lagi, dia sering berkata kepada dirinya bahwa gadis kecil ini adalah seorang malaikat yang diutus Tuhan untuk menyelamatkan jiwanya.
Pada suatu malam, tiba-tiba Andrew terbangun dari tidurnya, dia melihat tentara NAZI mendorong mereka semua masuk ke dalam mobil truk, disekelilingnya suara tangisan membuat suasana sangat kacau.
Andrew lalu berpikir, gawat, mereka pasti akan digiring ke kamar gas atau tiang gantungan, hatinya sangat kalut, lalu dia melarikan diri, dia harus ke pagar, harus mengucapkan perpisahannya kepada malaikatnya. Tetapi hanya beberapa langkah dia berlari, dia telah dikejar oleh para tentara, serta dengan gagang senapang memukulnya hingga pingsan. Sangat beruntung ketika mereka sedang digiring ke mobil truk, tentara sekutu menyerang dan menyelamatkan mereka semua.
Tidak terasa 20 tahun telah berlalu, Andrew sekarang telah pindah ke Amerika, dan bekerja sebagai pengacara di sebuah biro hukum, berkat kerja kerasnya dia menjadi pengacara yang terkenal di New York. Yang mengherankan adalah walaupun dalam kariernya dia sangat sukses, tetapi sampai sekarang dia masih bujangan
Banyak orang yang memperkenalkan gadis-gadis kepadanya tetapi dia sama sekali tidak tertarik dan menolak, di dalam hatinya hanya ada gadis kecil Annie. Dia pernah ke kota kecil itu mencarinya, tetapi para tetangganya mengatakan dia telah pindah entah kemana.
Pada suatu hari Mrs Robert, istri bossnya ingin memperkenalkannya dengan seorang gadis. Dikarenakan tidak dapat menolak, dengan terpaksa dia pergi ke ruang tamu Mr. Robert dia melihat ada seorang gadis manis dengan senyum yang hangat sedang berada disana. Mrs. Robert memperkenalkan mereka, gadis ini bernama Jennifer, dia adalah seorang imigran dari Polandia, sekarang mengajar kimia di sebuah sekolah swasta di New York.
Andrew setelah mendengar gadis ini adalah imigran Polandia, hatinya tergetar. Mereka berdua mulai mengobrol. Kelihatannya Andrew dan Jennifer dapat mengobrol dengan akrab. Dua bulan kemudian Andrew mengundang Jennifer bertamu ke rumahnya.
Setelah Jennifer berada dirumah Andrew, Andrew membawa Jennifer mengelilingi rumahnya, ketika Jennifer duduk di ruang tamu, dia melihat ada sebuah album photo. Dia membuka album tersebut didalamnya tidak ada sebuah photopun yang ada hanya kertas permen yang berwarna-warni, dalam keadaan linglung Jennifer melihat album photo ini.
Andrew tiba dihadapannya dan mengambil album tersebut dengan perasaan yang mendalam, tangannya dengan lembut mengelus kertas-kertas permen tersebut. Lalu dengan lembut menceritakan kepada Jennifer tentang asal usul kertas-kertas permen tersebut. Dia berkata selama 20 tahun ini, dia selalu dalam mimpinya memimpikan malaikat di dalam hatinya ini. Dia juga bercerita dia pernah pergi ke kota kecil tersebut mencari Annie tetapi dia telah pindah dari sana.
Siapa tahu setelah mendengar cerita Andrew, dengan mata tercengang Jennifer memandang kepada Andrew serta berkata, "Apa, engkau adalah anak lelaki kecil yang berada di pagar kawat duri yang memandang keluar tersebut?" Jennifer berhenti sebentar, dengan wajah merona melanjutkan "Saya adalah gadis kecil yang bernama Annie tersebut, Annie adalah nama panggilan saya sewaktu kecil."
Sepuluh tahun yang lalu saya pindah dari kota kecil Polandia ke Amerika, saya masih ingat ketika itu engkau berdiri dipagar kawat berduri sedang menggigil kedinginan, oh Tuhan… engkau masih menyimpan kertas-kertas permen ini, saya sangat terharu."
Ucapannya ini membuat Andrew tergetar, lalu dia memegang kedua bahu Jennifer dan bertanya dengan suara gemetar, "Benarkah engkau Annie, malaikatku?" Jennifer mengangguk-anggukkan kepalanya, Andrew dengan terharu memeluk dengan erat Jennifer, airmatanya menetes dengan deras, dengan suara terbata-bata berkata, "Terima kasih Tuhan, akhirnya Engkau membiarkan saya menemukan malaikat saya!"
Segera, Andrew dan Jennifer menikah, setelah menikah mereka hidup dengan bahagia, atas dukungan Jennifer, karir Andrew makin sukses dan ia dapat membuka kantor pengacara sendiri. Beberapa tahun kemudian mereka mempunyai seorang anak yang lucu, mereka bertiga hidup dengan bahagia.
Tetapi kebahagiaan ini tidak lama, ketika Jennifer berumur 42 tahun dia menderita kanker yang dengan cepat menyebar ke seluruh tubuhnya. Ketika akan meninggal, dia memanggil Andrew ke tempat tidurnya.
Dia mengambil album yang berisi kertas-kertas permen itu dan memberikannya kepada Andrew serta berkata, "Sayangku, sebelum saya meninggal, ada satu hal yang perlu saya ceritakan kepadamu, walau apapun yang terjadi, engkau harus memaafkan saya, saya bukan malaikat kecilmu, walaupun saya berasal dari Polandia, tetapi saya tidak pernah pergi ke kota kecil itu, saya telah menipumu, tetapi itu bukan kemauan saya, saya telah jatuh cinta kepadamu pada pandangan pertama…."
Rupanya semua ini adalah ulah Mrs. Robert yang berniat baik, dia mengetahui cerita Andrew dan mengetahui mengapa Andrew tidak menikah, dia melihat Jennifer adalah seorang gadis Polandia yang baik, dapat membahagiakan Andrew, juga karena Jennifer mencintai Andrew. Oleh sebab itu mereka bisa bersatu.
Andrew melihat wajah Jennifer yang penuh penyesalan, wajahnya basah oleh air mata, Andrew memeluk dengan erat Jennifer serta menghiburnya, "Tidak, tidak, sayangku, engkau adalah malaikat dalam hidupku, jika tidak ada engkau, maka tidak ada saya yang sekarang ini, tidak ada keluarga bahagia seperti sekarang ini, bagaimana saya bisa menyalahkanmu? lagi pula, engkau telah memberikan kepada saya banyak permen yang manis, yaitu kehidupan yang bahagia selama bertahun-tahun ini. "
Setelah mendengar perkataan Andrew, perlahan-lahan Jennifer menutup matanya.
Ketika Jennifer dikuburkan, bersama-sama dengan album kertas permen itu, Andrew sering datang ke makamnya bersama anaknya yang mulai beranjak dewasa. Dia akan duduk disana selama berjam-jam. Didalam hatinya selalu bersyukur kepada Tuhan, dia merasa dirinya sangat beruntung karena Tuhan telah memberikan kepadanya dua malaikat yang sama yang murah hati. [Suzanna Lao / Jakarta / Tionghoanews]