Pada siang hari kami harus bekerja keras selama 14 jam, terkadang di kebun, terkadang di dapur, terkadang di sawah. Hari demi hari berlalu, selama setahun tidak pernah ada hari libur, hanya pada hari natal kami di liburkan 1 hari.
Pada hari itu setiap orang akan mendapat sebuah jeruk manis, sebagai merayakan kelahiran Yesus. Jeruk manis inilah satu-satunya kado kami, tidak ada permen, tidak ada mainan. Sedangkan jeruk manis ini hanya diberikan kepada anak-anak yang selama setahun itu tidak pernah berbuat kesalahan, yang taat, dan yang rajin yang boleh mendapatkan jeruk manis ini.
Jeruk manis hadiah natal ini adalah harapan kami selama setahun penuh. Natal sudah akan tiba, tetapi pada natal tahun ini bagi saya adalah bagaikan hari kiamat. Ketika setiap anak berbaris menuju tempat kepala panti asuhan menerima jeruk manis, saya hanya berdiri di sebuah sudut kamar memperhatikan mereka, ini adalah hukuman saya karena pada musim panas yang lalu, saya mencoba melarikan diri dari panti asuhan.
Setelah beberapa saat kemudian, saya mendengar suara langkah memasuki kamar, ada sebuah tangan yang menarik selimut yang menutupi wajah saya, saya mengangkat kepala melihat, ada seorang anak yang bernama Willy berdiri di hadapan tempat tidur saya, tangan kanannya memegang jeruk diulurkan kepada saya. Saya tidak mengerti apa yang terjadi, darimana bisa lebih satu jeruk manis? Saya memandang ke Willy kemudian memandang ke arah jeruk, saya sungguh bingung. Ini pasti ada hal yang khusus.
Kemudian saya menjadi mengerti, jeruk ini sudah tidak ada kulitnya lagi, ketika saya memandang dengan teliti, semuanya menjadi jelas, mata saya penuh dengan airmata. Ketika saya mengulurkan tangan mengambil jeruk manis ini, saya harus dengan kedua tangan saya menerimanya, jika tidak maka jeruk ini akan terjatuh. Kenapa bisa begitu? Rupanya ada 10 anak berkumpul dihalaman membahas dan memutuskan, membiarkan saya juga memiliki sebuah jeruk manis merayakan natal.
Setiap anak mengupas jeruknya, dan menyisakan satu bagian kemudian dengan hati-hati digabung menjadi satu sehingga seperti sebuah jeruk manis yang utuh, manis dan cantik, jeruk manis ini adalah hadiah natal paling berharga seumur hidup saya, mereka membuat saya mengerti arti persahabatan yang tulus dan berharga. [Kelly Chang / Jogjakarta / Tionghoanews]