KEHIDUPAN | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Selasa, 20 Desember 2011

PEMBANTU SINTERKLAS

Saya masih ingat ketika masih kecil, natal pertama saya lewatkan bersama dengan nenek. Pada saat itu saya mengendarai sepeda dengan kecepatan tinggi pergi ke rumah nenek mencari nenek. Karena kakak saya mengatakan kepada saya, "Sinterklas itu tidak ada" perkataannya sangat mengejutkan saya, dia masih mengejek saya, "Bahkan orang bodoh saja mengetahui hal ini."

Nenek saya adalah seorang yang periang, dia tidak pernah berbohong, hari ini saya mengendarai sepeda dengan cepat ke rumahnya, karena saya tahu dia akan menceritakan fakta yang sebenarnya kepada saya.

Nenek berada di rumah, sedang memanggang roti, rotinya masih mengepulkan asap, saya mengambil sebuah roti yang baru keluar dari oven, hangat dan lembut terlihat sungguh enak sambil menggigitnya, sambil menceritakan apa yang disampaikan kakak.

"Tidak ada sinterklas?" dia menaikkan hidungnya menjawab, "Omong kosong, jangan percaya kepada perkataannya. Rumor ini sudah beredar puluhan tahun, membuat saya hampir gila, sekarang pakai mantelmu, ikut saya."

"Pergi kemana nenek?" saya bertanya, sementara roti kedua saya masih belum habis saya makan.

Kami pergi ke department store, itu adalah toko satu-satunya di kota kami, kami berjalan sampai di depan toko, nenek memberikan kepada saya uang 10 dollar. Pada saat itu 10 dollar sudah sangat besar, "Ambil uang ini, belilah hadiah kepada orang yang memerlukan hadiah darimu, saya menunggu kamu di mobil." Setelah berkata demikian nenek membalikkan badan berjalan ke mobilnya meninggalkan saya sendirian disana.

Pada saat itu saya hanya berumur 8 tahun, walaupun saya sering mengikuti nenek berbelanja, tetapi saya tidak pernah sendirian berbelanja, di dalam toko sangat besar dan ramai, semua orang sibuk membeli hadiah natal. Selama beberapa saat, saya hanya berdiri terbengong-bengong disana, di tangan saya memegang uang 10 dollar, di dalam otak memikirkan apa yang harus dibeli, membeli hadiah untuk siapa?

Saya mengingat orang yang saya kenal, keluarga saya, teman-teman sekelas, juga teman gereja. Tiba-tiba saya teringat kepada Bobby, saya mempunyai ide, dia adalah teman sekelas yang duduk d ibangku belakang saya, dia adalah seorang anak yang rambutnya selalu berantakan, dan mempunyai bau mulut, Bobby Decker tidak mempunyai mantel, dia tidak pernah keluar ruangan ketika cuaca dingin. Ibunya menulis surat mengatakan dia demam, tetapi semua anak-anak mengetahui dia tidak demam, hanya dia tidak mempunyai mantel.

Ditangan saya ada 10 dollar, saya berjalan memasuki toko, saya akan membeli sebuah mantel untuk Bobby Decker. Saya memilih sebuah mantel bertopi yang berwarna merah, kelihatannya sangat hangat, Bobby pasti akan menyukainya.

"Hadiah natal untuk temanmu?" saya meletakkan uang 10 dollar di meja kasir, kasir dengan senyum ramah bertanya.

"Benar." Saya menjawab "Hadiah untuk Bobby."

Kasir yang cantik itu tersenyum kepada saya, lalu membungkus mantel yang saya beli, lalu mengucapkan selamat hari natal kepada saya.

Pada malam itu, nenek membantu saya membungkus mantel tersebut dengan kertas dan pita kado yang cantik, lalu diatasnya tertulis, "Untuk Bobby dari Sinterklas."

Nenek berkata sinterklas selalu menyerahkan kado dengan rahasia, kemudian dia menyetir mobilnya membawa saya ke rumah Bobby, dia menjelaskan dengan demikian saya akan menjadi pembantu sejati sinterklas untuk masa depan.

Nenek menghentikan mobilnya di pinggir jalan di rumah Bobby, bersembunyi disemak-semak didekat rumahnya, setelah memperhatikan sekelilingnya, nenek berkata, "Pergilah sinterklas."

Aku menarik nafas panjang, berlari ke teras rumahnya meletakkan kado dan membunyikan bel pintu, lalu dengan cepat lari kembali ke semak-semak tempat nenek bersembunyi, kami menunggu di kegelapan, pintu terbuka, Bobby keluar dan berdiri disana, melihat hadiah dari sinterklas dengan terkejut, yang tak bisa kulukiskan dengan kata-kata. Ia membuka bungkus hadiah dengan kecepatan secepat kilat, dan memakai mantel merah itu sambil meloncat tertawa gembira.

Waktu telah berlalu 40 tahun, tetapi perasaan menunggu dengan deg-deg-an dan luapan kegembiraannya pada saat itu masih membekas sampai sekarang. Pada malam itu saya menyadari bahwa rumor tentang tidak ada sinterklas adalah omong kosong. Sinterklas tidak hanya ada, bahkan hidup dengan sehat, dan kami adalah pembantunya. [Paoline Zheng / Jakarta / Tionghoanews]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA