Saat masih kecil, saya pernah bertamasya ke sebuah pulau bersama keluarga. Dalam sejarah, pernah terjadi peperangan di pulau itu, hingga saat ini masih menyisakan bekas benteng meriam.
Berdiri di samping laras meriam yang sudah berkarat, dalam hati selalu merasakan suatu kesedihan yang tidak bisa diutarakan. Melihat ada banyak sekali turis dengan berbagai macam gaya, dengan senyum berdiri di pinggir benteng untuk berfoto sebagai kenangan, dalam hati saya muncul lebih banyak kesedihan.
Waktu telah berlalu ribuan tahun, sulit untuk membayangkan bagaimana tak berdayanya orang-orang yang memiliki cita-cita luhur ketika itu. Mereka memiliki segudang kecerdasan dan siasat strategi, kejujuran dan kesetiaan, oleh karena negara yang korup tidak berdaya memulihkan negara. Sejarah berjalan hingga saat itu, sepertinya sudah suratan takdir membuat mereka gagal. Rancangan dari setiap alur cerita, semua menuju dan mendekat sedikit demi sedikit kearah akhir yang demikian.
Kisah di pulau ini, sering kali dijadikan film dan ditayangkan dalam layar besar. Mungkin dalam lubuk hati yang terdalam ini masih selalu menaruh perhatian terhadap sepotong sejarah dan kisah cerita itu, maka setiap film yang berkaitan dengan kisah itu tak pernah saya lewatkan. Setiap kali mengurutkan perkembangan dari jalan cerita mengenang semua peristiwa yang terjadi ketika itu, selalu tak tahan untuk tidak mengeluhkan perkembangan sejarah itu semuanya di luar kontrol kita.
Kesedihan dan kegembiraan sebabak demi sebabak semua ini bisa disimpulkan dalam kata "nasib". Yang membuat orang bersyukur adalah, walaupun orang baik disaat itu kehilangan banyak sekali, disiasati oleh orang lain, banyak menderita, menanggung berbagai fitnahan dan dikambing hitamkan, tetapi mereka menyisakan nama harum dalam sejarah. Orang zaman sekarang menggunakan berbagai macam cara untuk memperingatinya, maka pengorbanan mereka saat itu masih tetap bernilai, mungkin inilah yang disebut sebagai pengaturan nasib.
Hari-hari telah dilewatkan dengan tanpa suara, peristiwa yang terjadi pada hari ini juga bisa menjadi sejarah bagi hari esok. Sejarah itu tidak sempurna, tetapi mengajarkan kepada kita banyak sekali prinsip. Banyak sekali keberhasilan dan kegagalan dari suatu peristiwa tidak sesuai dengan kemauan kita, tetapi dalam prosesnya dengan sikap hati bagaimana kita melakukan, dan dengan taraf moral yang bagaimana kita melakukan, orang di generasi mendatang akan melihat hal itu dengan jelas.
Maka dari itu, tidak peduli kapan saja dan melakukan apa saja harus tanpa rasa sesal dalam hati, baru tidak sampai meninggalkan nama buruk dalam sejarah, dan mengalami cacian orang lain. [Susanti Lim / Pontianak]
***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id