Saya berteriak memanggilnya, dan bertanya apakah dia sedang berjalan pulang. Saya berniat mengantarnya pulang. Lily menjawab, dia mau makan di salah satu resto cepat saji. Saya tertawa, langsung mengundangnya makan siang bersama di rumah. Lily menyetujuinya dengan gembira. Dia dengan gesit masuk dan duduk di mobil. Akhir-akhir ini, kami berdua memang sibuk sekali, kesempatan untuk berbincang bersama menjadi berkurang.
Sesampainya di rumah, Lily masuk ke dapur mengikuti saya. Tak lama kemudian makan siang sudah siap. Walaupun menunya sederhana, tetapi kami makan dengan gembira, sambil makan sambil ngobrol.
Saya bertanya kepada Lily, rok bermotif bunga yang dia pakai sekarang ini kapan belinya, mengapa dulu tidak pernah melihatnya memakai rok ini. Berbicara mengenai rok, Lily mengeluarkan keluh kesah yang panjang.
Selama ini dia sangat suka membeli rok, seleranya dalam memilih rok sangat bagus, lagipula harganya tidak mahal. Meskipun begitu, rok pilihannya itu bila dilihat dari motif maupun kualitasnya boleh dikata termasuk kelas atas. Beberapa tahun belakangan ini, di almari pakaiannya sudah ada lebih dari tiga puluh stel. Yang disayangkan, kebanyakan rok yang dia beli tidak pernah dipakai, hanya di gantung begitu saja di lemari pakaian.
Alasannya sangat sederhana, Lily sangat memperhatikan pendapat suaminya. Asalkan suaminya bilang rok mana yang tidak disukainya, maka Lily pasti bersikeras tidak mau memakai rok tersebut. Hingga baru-baru ini dia baru menyadari, dandanan dan cara berpakaian dirinya sepertinya dikendalikan oleh selera suaminya. Apresiasi keindahan suaminya itu monoton, dia senang jika Lily mengenakan rok polos berwarna tua. Tetapi kadang kala, Lily benar-benar ingin mengenakan rok yang bermotif warna-warni atau terang.
Akhirnya, Lily membuat suatu perencanaan. Dia memutuskan dalam waktu satu bulan, harus mengenakan seluruh rok yang ada di lemarinya, segala warna dan motif, satu hari ganti satu stel. Mendengar penuturannya, tak tertahankan saya tertawa geli, kehidupan dia cukup "bervariasi". Lily juga tertawa, dan bilang dia telah sadar, hari-hari dilewatkan demi diri sendiri, begitu juga dengan busana, walaupun ada sebagian busananya tidak disukai sang suami, tetapi dia sendiri senang, mungkin orang lain juga bisa mengagumi.
Saya menganggukkan kepala, menyetujui tindakan Lily. Hidup di dunia fana ini, bukan hanya demi seseorang saja. Andai kata segala sesuatu hanya berkeliling di seputar satu orang saja, kalau begitu dunia kita sendiri sungguh terlalu terbatas.
Dunia ini sebenarnya bercorak dan bervariasi, sama seperti setiap orang memiliki watak dan pandangannya sendiri tentang keindahan. Mungkin harus memperhatikan "orang budiman akur tetapi tidak sama", mempertahankan watak diri kita sendiri, memiliki keberadaan beraneka ragam, maka dunia ini akan lebih menarik. [Winda Zhang / Flores]
***
Mari kita bersama-sama dukung Tionghoanews dengan cara kirim berita & artikel tentang kegiatan & kejadian Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id