KEHIDUPAN | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Jumat, 04 Januari 2013

TIMBANGAN YANG TIDAK ADIL

Zhao Defang adalah ayah dari tiga putra. Dia hidup pada akhir Dinasti Qing dan menikmati kehidupan yang sangat makmur. Semua anak-anaknya menikah. Ketika Zhao merayakan ulang tahunnya yang ke-60, ia mengaku kepada ketiga anaknya bahwa ketika ia pertama kali mendirikan bisnis keluarga, ia sengaja mengubah  timbangannya untuk menipu pemasok dan pelanggannya. Setiap kali dia membeli sesuatu, skala akan menunjukkan berat yang lebih rendah, dan setiap kali dia menjual sesuatu untuk pelanggan, skala akan menunjukkan berat yang lebih besar.

"Itulah alasan mengapa pria penjual kapas bangkrut setelah saya membeli ribuan kilogram kapas darinya. Dia berusaha keras untuk menyelamatkan bisnisnya, tetapi meninggal karena tifus 20 tahun yang lalu. Sampai sekarang saya masih merasa kasihan kepada pria penjual kapas itu".

"Ada juga penjual obat-obatan yang meninggal setelah saya menipunya dengan timbangan. Tentu saja ada beberapa orang lainnya, tapi kedua kasus ini adalah yang paling serius. Meskipun saya sekarang menikmati banyak kekayaan dan kehidupan yang bahagia, setiap kali saya memikirkan orang-orang yang meninggal karena perbuatan saya, saya merasa sangat bersalah dan saya tidak bisa tidur nyenyak pada malam hari ".

Ia melanjutkan: "Untuk mendapatkan kedamaian, saya sekarang telah memutuskan untuk menghancurkan timbangan ini di depan kalian semua, dan saya bersumpah bahwa saya akan berperilaku jujur mulai ​​dari sekarang".

Semua anak-anaknya menyambut baik keputusannya. Mereka menjawab dengan gembira: "Ayah, itu adalah jalan yang benar. Kami semua mendukung keputusan Ayah". Jadi,  Zhao memecahkan timbangan jahatnya segera dan menepati janjinya untuk berperilaku jujur ​​dan melakukan perbuatan baik sejak saat itu.

Namun, tidak lama setelah itu, keluarga Zhao tertimpa kemalangan. Pertama, putra sulungnya meninggal karena penyakit mendadak. Kemudian putra keduanya juga meninggal karena penyakit misterius, dan istri anak-anaknya pergi dengan pria lain. Kemudian putra ketiganya tiba-tiba jatuh sakit dan meninggal tidak lama setelah itu. Istri putra ketiganya sedang hamil pada saat itu.

Mengalami semua kemalangan bertubi-tubi ini, Zhao sangat sedih dan bingung. Dia mengeluh, "Ketika saya menipu orang lain, saya menjalani hidup yang bahagia dengan semua anak-anak hidup bersama saya. Sekarang saya sedang berusaha yang terbaik untuk menjadi orang baik, namun semua kemalangan ini datang satu per satu. Tampaknya pepatah Tiongkok kuno 'perbuatan baik akan mendapat balasan baik dan kejahatan akan mendapat ganjaran' benar-benar salah ". Semua tetangganya merasa kasihan kepada Zhao dan keluarganya.

Suatu hari, menantu Zhao yang bungsu menjalani persalinan. Namun, setelah tiga hari diupayakan, bayi masih juga belum keluar. Bidan mencoba satu per satu, namun mereka semua tidak berdaya dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Zhao menjadi semakin frustrasi.

Saat itu, seorang biksu mengunjungi rumah mereka mencari sedekah. Pengurus rumah Zhao mencoba untuk mengusir biksu itu pergi, tapi biksu tersebut mengatakan bahwa ia memiliki obat khusus untuk keluarga Zhao. Biksu itu segera diundang sebagai tamu kehormatan. Biksu itu berkata kepada Zhao: "Saya seorang biksu pengembara, saya pergi ke mana nasib membawa saya". Biksu itu menunjukkan obatnya kepada Zhao, dan Zhao meminta pembantu segera memberi obat tersebut kepada putri menantunya. Beberapa menit kemudian, dilaporkan bahwa menantunya telah melahirkan seorang anak laki-laki setelah meminum obat tersebut. Zhao sangat senang. Dia mengucapkan terima kasih kepada biksu itu dan mengadakan pesta besar untuk menghormatinya pada malam itu.

Ketika mereka sedang menikmati makan malam, Zhao bertanya kepada biksu itu: "Guru yang terhormat, bolehkah saya menanyakan sesuatu yang telah membuat saya bingung untuk sekian waktu".

Biksu itu menganggukkan kepalanya. Sambil menarik napas panjang, Zhao mengatakan kepada biksu itu: "Saya malu untuk mengatakan bahwa saya dulu berbisnis dengan menggunakan timbangan curang untuk menipu orang lain. Saya memutuskan untuk menjadi orang yang baik tahun lalu dan mematahkan timbangan itu. Namun segera setelah saya menghancurkan timbangan, saya telah mengalami kemalangan di atas kemalangan. Saya kehilangan tiga anak dalam waktu enam bulan, dan dua menantu saya telah meninggalkan kami. Tinggal hanya satu menantu dari anak ketiga yang memberi saya cucu ini. Saya punya keluarga yang bahagia ketika saya mencurangi lain, namun kenapa setelah saya memutuskan untuk menjadi orang baik, semua kemalangan ini datang ke rumah kami?"

Biksu itu tertawa setelah mendengar cerita Zhao. Ia berkata kepada Zhao, "Jangan hanyut dalam gemerlap kemewahan, Tuhan sebenarnya adil kepada kita. Anak tertuamu sebenarnya adalah reinkarnasi dari penjual kapas yang meninggal setelah kamu tipu, dan anak keduamu adalah reinkarnasi dari penjual obat-obatan itu. Anak ketigamu juga datang karena semua perbuatan buruk yang kamu kumpulkan dan ketiganya datang ke dunia ini untuk menghancurkan hidupmu dan keluargamu, sehingga kamu akan mati kelaparan di usia tuamu. Namun, karena kamu telah memutuskan untuk berbuat baik, para Dewa telah menunjukkan simpati kepadamu dan telah memanggil kembali ketiga putramu ke langit. Kamu telah berhasil menghindari nasib burukmu.

Setelah mendengar ini, Zhao merasa seolah-olah dia telah terbangun dari mimpi. Dia mengucapkan terima kasih kepada biksu yang telah menjelaskan keadaan ini kepadanya. Kemudian, ia bertanya kepada biksu apakah cucunya juga datang untuk menagih utang darinya. Biksu itu menjawab sambil tersenyum: "Semua hutangmu telah dibayar melalui rentetan kemalangan yang kamu alami. Cucumu ini akan membawa keberuntungan dan kebahagiaan untuk keluargamu. Dia akan sukses karena keputusanmu untuk berbuat baik bagi orang lain. Ini adalah hadiah yang kamu peroleh karena menjadi orang baik ". Zhao sangat puas dan menjadi lebih rajin untuk melakukan perbuatan baik selama sisa hidupnya.

Cerita ini mendukung pepatah Tiongkok kuno: "Jika sebuah keluarga yang baik mengalami beberapa kesengsaraan, mungkin mereka sedang membayar karma atau utang dari leluhur mereka. Setelah utang dibayar, mereka akan menikmati kehidupan yang bahagia ". [Anastasia Kang / Dumai]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA