Beberapa tahun telah berlalu, pada suatu hari keluarga kakek difitnah orang, sengaja meletakkan mayat pengemis didepan rumahnya, supaya polisi datang memeriksanya. Keesokan harinya pagi-pagi buta, pencuri dahulu yang ditolong kakek datang kerumah kakek ingin mengucapkan terima kasih dan membalas budi. Begitu dia tiba didepan rumah kakek, dia melihat mayat tersebut, dan berpikir ada mayat disana pasti akan membawa masalah bagi sang kakek, Oleh sebab itu dia memindahkan mayat pengemis tersebut ke tempat lain, lalu dia menggantungkan ikan asin yang dibawanya didepan pintu kakek tersebut, karena perbuatannya ini membuat keluarga kakek terhindar dari bencana.
Cerita ini sangat sederhana, tetapi makna yang terkandung didalamnya sangat dalam. Pada awalnya karena toleransi kakek yang tidak mengharapkan balasan, tetapi kebaikan hatinya telah menciptakan pahala baik. Jika saat itu dia seperti anaknya ingin memukul pencuri tersebut maka akan menciptakan karma jahat, saling dendam tiada habisnya apa gunanya.
Hanya dengan sebuah kebaikan hati menghadapi orang lain, maka akan mendapat balasan yang baik. Seperti pencuri ini, dia juga adalah manusia, karena berbagai alasan dan keadaan yang terpaksa sehingga menjadi pencuri tetapi karena toleransi kakek membuat dia menyadari perbuatannya dan berubah menjadi baik. Jika kita mempunyai kebaikan hati dan toleransi, tidak hanya terhadap orang yang mempunyai kepentingan dan menguntungkan kita, tetapi bisa berbaik hati kepada orang yang menyakiti kita ini adalah toleransi dan kebaikan hati yang benar-benar sejati. [Lily Ng / Padang] Sumber: Erabaru