KEHIDUPAN | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Selasa, 01 Januari 2013

DIBALIK KEHIDUPAN PERNIKAHAN

Ketika Anda belum berniat memikul tanggung jawab, sebaiknya jangan melamar kekasih Anda atau menyetujui lamaran kekasih Anda. Di sekitar kita banyak contoh seperti ini…

Misalnya, pendamping hidup Anda yang selalu kecanduan dengan hiburannya sendiri, dan mengabaikan tanggung jawabnya pada keluarga. Mengambil kalimat dari film: menikah, bukanlah urusan yang sederhana.

Sebuah perkawinan jika tidak dikelola sepenuh hati, bagaimana Anda berhak mengeluhkan perkawinan yang tidak bahagia? Sungguh-sungguh mencintai seseorang itu, dibutuhkan selalu memikirkan dan menjaga pihak lain, bukan dibiarkan saja setelah menikah, mengira jika sudah memberi sandang pangan dan tempat tinggal adalah kebahagiaan paling sempurna yang diberikan kepada pendamping. Apakah pernah Anda benar-benar memperhatikan perasaan sa-yang dan hormat dari pihak lain?

Ada seorang teman mengeluhkan suaminya yang begitu pulang kantor langsung bermain game, tidak menghiraukan istri dan anak-anaknya. Terkadang si istri sangat sibuk dengan pekerjaan rumah, meminta tolong suaminya untuk menjaga anak-anak, sang suami marah dan berkata: "Masakan saya tidak boleh mempunyai hiburan sendiri? Saya harus ke kantor, pulang kantor tak boleh punya waktu pribadi, bisakah kamu mengerti saya?"

Mau tak mau saya harus mengatakan kepadanya, bahwa kehidupan seperti ini adalah pilihan dia, ketika sudah memutuskan menuju perkawinan, berarti sudah harus siap memikul segala tanggung jawab dan kewajiban yang dibutuhkan, rumah tangga tidak bisa ditopang oleh seorang diri. Lingkungan keluarga, juga tidak harus ditanggung dan dirapikan oleh satu orang.

Di zaman sekarang, tidak perlu dikatakan siapa yang bertanggung jawab atas pekerjaan ini, siapa yang berhak untuk tidak melakukan pekerjaan rumah tangga, hanya mengangkat kaki bermain game atau menonton TV, menyuruh pendamping hidup Anda yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga, jikalau dua orang yang bekerja, berdasarkan apa Anda boleh tidak mau tahu? Tak peduli itu suami atau istri, saya kira keduanya harus saling berbagi.

Tentunya, pasangan yang satu mau memikul yang lain mau menerima, saya tidak bisa mengatakan apa-apa, tetapi karena hidup bersama dalam lingkungan yang demikian, kebersihan dan kerapian lingkungan harus ditanggung bersama, persis seperti ingin makan nasi, sudah sewajarnya harus mencari uang sendiri! Sudah menikah, tentunya juga boleh memiliki hiburan sendiri, jika begitu menikah lalu tidak ada ruang waktu untuk diri sendiri, bukankah sangat menyedihkan?

Hanya saja ketika keluarga sudah menjadi dua orang, bahkan tiga orang atau empat orang, yang butuh Anda pertimbangkan, sudah mutlak hanya diri Anda sendiri. Yang butuh Anda perhatikan, juga bukan hanya Anda sendiri, jika tidak bisa menghayati akan hal ini, maka dari awal Anda sudah tidak seharusnya melangkah ke jenjang perkawinan.

Pernikahan mutlak bukan saya mencintaimu atau kamu mencintaiku, segala permasalahan sudah bisa dibereskan, diantaranya masih harus ditambahkan orang yang lebih banyak, orang tua kedua belah pihak, anak yang dilahirkan dikemudian hari semuanya adalah PR yang harus dipertimbangkan.

Saya tidak berani mengatakan bahwa saya seorang yang piawai dalam mengelola perkawinan, tetapi saya akan berusaha keras untuk menuntut diri saya sendiri, saya juga ingin bermain game di internet! Dulu saya juga termasuk yang tergila-gila akan game, hanya saja saya bisa mengekang diri. Saya juga tidak senang dengan pekerjaan rumah tangga. Dulu saya juga sering dimarahi ibu saya karena malas, hanya saja karena sudah memutuskan menikah, sudah waktunya mulai mengemban kewajiban rumah tangga, maka saya mengerti sudah tidak boleh bermalas-malas lagi. Saya juga sangat malas bekerja. Apalagi siapa yang menyenangi lingkungan pekerjaan yang seperti itu? Hanya demi sesuap nasi, tidak boleh selalu mengulurkan tangan meminta!

Saya juga sering bermain facebook, suami saya tidak terlalu melarang, suami juga bisa membantu saya menjaga anak-anak, tetapi saya tegaskan pada diri sendiri sebisanya mengurangi waktu berinternet, asalkan anak bangun, saya juga sebisanya mendampingi anak untuk bermain, asalkan saya ada waktu atau libur, pekerjaan rumah tangga juga sebisanya saya kerjakan, saya bekerja sama dengan suami dalam hal pekerjaan rumah tangga.

Dia bertanggung jawab menyapu dan mengepel lantai, saya bertanggung jawab kebersihan kamar mandi, mengenai bagian yang lain kami berdua jika siapa yang ada waktu siapa akan mengerjakan. Kami tidak perlu saling menuntut.

Suami saya sangat gemar menganalisa informasi perekonomian (saham), kami berdua akan memanfaatkan waktu dua hingga tiga jam ketika anak sudah tidur, kami akan membagi rata waktu untuk berinternet. Saya tidak akan mencampuri waktunya, hanya akan berpesan kapan sudah waktunya dia beristirahat, dia juga tidak akan berlama-lama, tiba waktunya dia segera beristirahat. Dia juga tidak mencampuri waktu saya, hanya mengingatkan waktunya hampir tiba.

Dia tidak akan meninggalkan saya seorang diri di rumah, kecuali ada perjamuan kantor, bertemu teman, pada dasarnya jika waktunya bisa diatur kami akan pergi bersama, kami tidak akan memaksa pihak lain untuk melakukan pekerjaan yang tidak dia senangi, kecuali pekerjaan itu harus dilakukan.

Sebuah perkawinan perlu dikelola, Anda harus sering berdiri pada posisi dan sudut pandang pihak lain untuk memikirkan permasalahan, hal tersebut bukan menyuruh Anda melepaskan diri sendiri, melainkan dalam keakuan bisa lebih banyak memikirkan orang lain. Anda berharap pendamping hidup bisa akrab dengan kerabat Anda, maka Anda harus mengemban kewajiban sebagai jembatan yang menghubungkannya, bukan sebagai penonton.

Percintaan dan perkawinan seharusnya adalah 1+1=1, tanggung jawab seperti ini, apakah Anda mengerti? Semua hal harus introspeksi diri, hal yang Anda tidak bisa melakukan, jangan menuntut pendamping hidup Anda untuk bisa melakukan.

Dulu suami saya pernah mengatakan perkataan yang membuat saya terharu. Waktu itu saya berkata padanya, "Burung elang terbang tinggi, tetapi saya akan mengikutinya dari belakang. Asalkan burung elang itu menolehkan kepala, langsung bisa melihat saya."

Karena suami selalu berpandangan lebih jauh dari saya, hal-hal yang belum terpikirkan, dia sudah memikirkan untuk saya, apa risikonya, baik dan buruknya terletak dimana, dia akan menganalisa dengan jelas untuk saya, saya pikir diri saya sulit menjadi sematang suami.

Akhirnya suami menjawab: "Kalau begitu kamu duduklah diatas sayapku saja! Kita terbang bersama-sama melihat pemandangan dunia, sama-sama menghayati dalam keterharuan!"

Kami berdua adalah tipe orang yang tidak bisa memaksa orang lain, banyak hal sudah terbiasa hanya diingatkan sudah cukup, jika saya membutuhkan analisa dari suami, maka dia baru mengatakannya. Saya telah mengenalnya sudah hampir 7 tahun, cepat sekali waktu berlalu! Tetapi kami berdua tidak pernah bertengkar, berdebat saja tidak. Semoga keadaan seperti ini bisa terus dipertahankan! [Erlina Goh / Jakarta]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA