Sudah begitu banyak dokter yang dia datangi, tetapi tidak ada satupun dari mereka yang bisa membantunya.
"Apa gunanya semua uang saya?" dia mengerang. Akhirnya, ia menjadi begitu putus asa dan mengirim seseorang untuk menyebarkan berita ke kota dengan menawarkan hadiah bagi siapa saja yang bisa menyembuhkan matanya.
Di kota itu ada seorang tua yang menjual permen dengan berkeliling di jalan-jalan. Dia begitu baik hati, kadang ia sering memberikan permen pada anak-anak sehingga hidupnya selalu miskin.
Ketika penjual permen itu mendengar pengumuman tentang hadiah dari orang kaya itu, ia teringat sesuatu tentang perkataan ibunya yang pernah bercerita tentang ramuan obat ajaib yang baik untuk mata.
Maka ia pun mengemas keranjang permennya dan pulang kembali ke rumahnya. Ketika ia mengatakan rencananya pada istrinya, istrinya memarahinya serta berkata, "Jika Anda pergi untuk untuk mencari obat penyembuhan ini, bagaimana kita bisa makan?" Biasanya penjual itu menyerah pada istrinya, tapi kali ini ia keras kepala dan berkata, "Ini ada dua keranjang permen, Aku akan kembali sebelum keranjang permen itu habis. "
Keesokan paginya, setelah para prajurit membuka pintu gerbang, ia orang pertama yang meninggalkan kota. Dia tidak berhenti berjalan, walaupun dia sudah begitu jauh masuk di dalam hutan. Sewaktu kecil, ia sering berkeliaran di sana. Dia suka berpura-pura bahwa hutan gelap adalah laut hijau dan ia bagikan ikan yang tergelincir dalam perairan dingin.
Saat ia memperhatikan tanah, ia melihat banyak semut yang berkeliaran. Di punggung mereka ada larva seperti sebutir beras putih. Sebuah batu jatuh ke sungai, sehingga air tumpah ke sarang semut. Penjual yang baik hati merasa bahwa hal ini akan membuat malapetaka buruk bagi semut dan berkata, "Kita semua sama."
Jadi dia mengarungi aliran air yang dangkal dan meletakkan batu pada tempatnya. Lalu dengan tongkat tajam, ia menggali parit dangkal yang mengalirkan sisa air kembali ke sungai. Tanpa pemikiran lain tentang perbuatan baiknya untuk semut, ia mulai mencari ramuan obat itu melalui hutan. Dia mencari di mana-mana setiap harinya, sehingga membuatnya mengantuk.
"Ho-hum ngantuknya, masih terlalu dini. Aku akan beristirahat tidur dulu sebentar," pikirnya. Kemudian dia pun berbaring di bawah naungan pohon tua yang menjadi tempat tidurnya. Dalam mimpinya, penjual tua itu mendapati dirinya sedang berdiri di tengah kota besar. Gedung-gedung tinggi yang sangat tinggi. Dia bahkan tidak bisa melihat langit ketika ia miringkan kepalanya ke belakang. Banyak prajurit tentara yang sedang berbaris hingga menimbulkan suara bunyi yang keras.
"Ratu kami ingin bertemu denganmu," kata kapten tentara itu. Penjual permen yang ketakutan itu hanya bisa menurut dan membiarkan tentara itu membawanya ke istana yang bersinar. Di sana, ada seorang wanita dengan mahkota tinggi yang duduk di singgasananya. Dengan gemetar, penjual tua itu jatuh berlutut dan menyentuh dahinya ke lantai.
Tapi sang ratu memerintahkan dia untuk berdiri dan berkata, "Seperti Yu, Kaisar besar lama, Anda telah menyelamatkan kami semua dari banjir besar yang melanda. Anda hanya perlu berkata, maka saya dan prajuritku akan datang untuk membantu Anda ".
Penjual tua berdeham dan berkata, "Saya sedang mencari ramuan tertentu yang akan menyembuhkan segala penyakit mata."
Ratu menggeleng kepalanya dan menjawab, "Saya tidak pernah mendengar tentang ramuan yang anda sebutkan tadi, tetapi Anda pasti akan menemukannya jika Anda terus mencarinya.."
Kemudian penjual lama terbangun. Ketika duduk, dia melihat bahwa dalam pengembaraannya ia datang kembali ke sarang semut. Di sanalah ia telah tidur siangnya. Kota impiannya adalah sarang semut itu sendiri.
"Ini adalah pertanda baik," katanya pada dirinya sendiri, dan dia mulai mencari lebih keras lagi.
Dia begitu bertekad untuk menemukan ramuan itu, sehingga ia tidak menyadari betapa waktu telah lama berlalu. Dia terkejut saat melihat bagaimana cahaya itu memudar. Dia kemudian melihat ke sekeliling, tapi tak ada pemandangan kota itu lagi, kecuali hanya sebuah bukit. Dia menyadari bahwa selama ini dia telah tersesat.
Malam datang dengan cepat dan hawa mulai terasa dingin. Penjual tua itu mengusap-usap kedua telapak tangannya dan pergi untuk mencari tempat tinggal. Dalam mata senjanya, ia bisa melihat sebuah atap ubin hijau. Dia tersandung melalui kegelapan malam sampai ia mencapai sebuah kuil hancur. Lumut tumbuh melalui retakan di batu dan sebagian besar atap itu sendiri telah jatuh ke dalam. Namun, kuil itu akan memberikannya perlindungan.
Saat dia mulai masuk ke dalam, ia melihat seekor kelabang yang berwarna kulit jeruk cerah dan jumbai merah bulu sepanjang punggung. Titik-titik kuning menutupi sisi-sisinya seperti mata kecil.
Hal itu membuatnya bergegas masuk ke dalam rumah secepat mungkin, tapi ada seekor burung yang menukik ke arah itu. Penjual tua melambaikan tangannya dan berteriak untuk menakut-nakuti burung itu agar pergi. Lalu ia meletakkan telapak tangannya di depan serangga itu dan berkata, "Kami semua adalah satu, kau dan aku." Kaki kelabang yang banyak itu mulai merayap kulit penjual supaya bisa naik ke tangannya.
Di dalam kuil itu, dia mengumpulkan daun kering dan ranting tua yang ditemukannya dan segera ia membuat api. Penjual itu bahkan mengambil beberapa daun segar bagi kelabang dari semak dekat ambang pintu kuil dan kemudian berkata kepada kelabang, "Saya mungkin harus menahan lapar, tetapi Anda tidak akan lapar temanku.".
Penjual tua itu berbaring di samping perapian dengan berbantalkan lengan di kepalanya. Dia begitu lelah sehingga ia segera tertidur, tetapi dalam tidurnya ia bermimpi bahwa ia masih mencari ramuan di hutan. Tiba-tiba ia merasa mendengar suara langkah kaki di dekat kepalanya. Dia seketika terbangun dan melihat sekeliling, tetapi ia hanya melihat seekor kelabang yang berwarna cerah.
"Saya mulai gugup, Siapakah Anda, teman?" Penjaja tua itu bertanya sebelum berbaring lagi dan menutup matanya.
"Kita adalah satu, Anda dan saya," kata sebuah suara samar-samar, seolah-olah dari jarak jauh. "Jika Anda pergi ke selatan, maka Anda akan menemukan pohon pinus dengan dua batang dengan akarnya, Anda juga akan menemukan manik sihir.. Seorang sepupu saya meludahi manik itu tahun lalu. Larutkan manik itu dalam anggur dan beritahu orang kaya untuk meminumnya jika dia ingin menyembuhkan matanya. "
Penjual tua gemetar ketika ia mendengar suara itu, karena ia menyadari bahwa kelabang itu adalah kelabang ajaib. Dia ingin lari dari kuil tersebut, tetapi ia bahkan tidak bisa bangun. Seolah-olah ia terpaku di lantai. Tapi kemudian penjual tua itu menyadari bahwa jika kelabang itu ingin menyakiti saya, mana mungkin saya bisa bertahan begitu lama. Sebaliknya, tampaknya dia ingin membantu saya.
Penjual tua tetap tinggal di tempat itu, tapi dia tidak berani membuka matanya. Ketika sinar matahari pertama jatuh melalui atap, ia membuka salah satu kelopak matanya dengan hati-hati. Tidak ada tanda kelabang. Dia kemudian duduk dan melihat sekelilingnya, tetapi kelabang gaib itu sudah pergi.
Dia lalu mengikuti instruksi-pesan suara tadi ketika dia meninggalkan kuil untuk pergi ke selatan. Matanya terus mencari pohon pinus dengan dua batang. Dia berjalan sampai sore, tetapi yang dilihatnya hanyalah pohon pinus normal. Dengan letih dia duduk dan menghela napas. Bahkan jika ia menemukan pohon pinus, ia tidak bisa yakin bahwa dia akan menemukan manik-manik.
Orang lain bahkan mungkin dapat menemukan itu sejak lama. Tapi sesuatu membuatnya tampak sedikit lebih lama. Tepat ketika ia sedang memikirkan jalan untuk kembali, ia melihat sebuah pohon aneh. Entah bagaimana kaki lelahnya berhasil membawanya ke pohon itu, dan dia berlutut. Tapi tanahnya tertutup dengan jarum pinus dan mata tuanya terlalu lemah. Penjual tua itu hampir menangis karena frustrasi, tetapi kemudian ia teringat janji semut ratu untuk membantunya.
Dia mulai memanggil, "Semut, semut, kita semua adalah satu." Tak lama kemudian dengan segera, ribuan semut datang entah dari mana. Dengan perasaan senang, orang tua itu mengangkat jarinya dan berkata kepada mereka, "Aku sedang mencari manik-manik yang mungkin sangat kecil."
Kemudian, untuk tidak menghancurkan setiap pembantu kecilnya maka orang tua itu duduk menunggu. Dalam waktu singkat, semut itu muncul kembali dengan manik-manik kecil. Dengan jari gemetar, orang tua itu mengambil manik dari mereka dan memeriksanya. Manik itu berwarna oranye dan tampak seolah-olah memiliki mata kuning di sisinya.
Tidak ada yang sangat khusus tentang manik-manik itu, tapi penjual tua memperlakukannya seperti sebuah permata halus dengan menempatkan manik tersebut ke dalam kantongnya. Penjual lama menundukkan kepalanya dan berkata, "Aku berterima kasih dan saya berterima kasih pada ratu kalian." Setelah semut itu menghilang di antara daun pinus, penjual tua itu berjalan keluar dari hutan.
Hari berikutnya, ia menemukan rumah orang kaya itu dengan pakaiannya yang compang-camping karena miskinnya, sehingga pembantu orang kaya itu hanya menertawakannya dan berkata, "Bagaimana mungkin seorang pengemis tua seperti Anda bisa membantu tuanku?"
Penjual tua mencoba untuk berdebat pembantunya dengan mengatakan, "Pengemis atau orang kaya, kita semua adalah satu." Tapi Kebetulan orang kaya sedang keluar lewat pintu gerbang. Dia menjumpai penjual tua dan berkata, "Aku pernah berkata bahwa setiap orang dapat menyembuhkan mata saya. Tapi itu berarti tongkat di punggung Anda jika Anda membuang-buang waktu saya."
Penjual tua kemudian mengeluarkan kantongnya dan berkata, "Larutkan manik ini dalam anggur dan minum dari bawah." Lalu, dia membuat kantong itu menjadi terbalik, kemudian penjual itu mengguncang manik kecil itu ke telapak tangannya dan menyerahkannya kepada orang kaya. Orang kaya segera mengambil minuman anggur dan melarutkan manik itu ke dalamnya. Dia menunggu sejenak dan kemudian meminumnya dari bawah. Seketika rasa sakit itu lenyap. Tak lama setelah itu, matanya sembuh.
Orang kaya sangat senang dan bersyukur karena matanya bisa sembuh juga. Dia pun memberi hadiah dua kali lipat pada penjual tua itu. Penjual tua dan keluarganya kemudian bahagia selama sisa hidup mereka. [Ernawati H / Medan] Sumber: Kebajikan