Ada seorang gadis yang bernama Elakeni, dia sangat mahir menenun, dengan cepat dan terampil dia menenun sehelai demi sehelai kain yang indah, karena kemahirannya ini membuat dia sangat sombong, dengan sesumbar berkata, "Tidak ada seorangpun di dunia ini walaupun Dewi Athena dapat menghasilkan kain yang demikian indah ini." Walaupun telah dinasehati oleh semua orang untuk tidak menghujat dewa , dia tetap sombong tidak peduli kepada nasehat orang lain.
Melihat hal ini Dewi Athena berubah menjadi seorang wanita tua yang berkerudung turun ke bumi, datang ke desa tempat tinggal Elakeni mencarinya. Berdiri dihadapan Elakeni dan berkata, "Nona, kain tenunanmu sangat cantik semua ini berkat ajaran Dewi Athena, ia yang menciptakan mesin tenun dan menurunkan sedikit keahliannya mengajarkan kepada kaum wanita."
Elakeni yang mendengar perkataannya dengan marah membentak, "Apa? Yang engkau maksud adalah "menurunkan sedikit keahliannya mengajar" Kain seindah ini jika Dewi Athena sekarang berada disini juga tidak dapat menandingi keahlian saya." Wanita tua jelmaan dewi Athena mendengar perkataannya menggeleng-gelengkan kepalanya berkata, "Nona, engkau tidak boleh berkata demikian, manusia tidak mungkin lebih hebat dari dewa, sudah saya katakan, walaupun keahlianmu cukup baik, tetapi tetap tidak bisa dibandingkan dengan Dewa." Melihat sifat Elakeni, Dewi Athena dengan nada sabar menasehatinya, "Saya telah berpengalaman, jangan meremehkan nasehat saya, jika engkau memang suka, pergilah berkompetisi dengan manusia lain, tetapi janganlah bersaing dengan Dewa."
Elakeni menghentikan tangannya menenun dengan mata melotot marah dia memandang kewanita tua ini, "Hentikan nasehatmu, simpan saja untuk anak atau pembantumu, saya tidak takut kepada Dewa, jika dia berani coba tunjukan dirinya saya akan bertanding melawannya."
Setelah mendengar perkataan sombong Elakeni, Dewi Athena berkata, "Dia sudah datang!" segera menjelma kembali dirinya menjadi Dewi Athena muncul dihadapan Elakeni dan semua orang. Semua wanita yang berada ditempat itu segera berlutut memberi hormat dan menyembah kepada dewi Athena, hanya Elakeni yang bersikap sombong yang tidak mau mengalah tetap ingin bertanding dengan dewi Athena. Akhirnya terjadilah pertandingan menenun antara dewi Athena dengan Elakeni.
Pertandingan dimulai, dengan cepat Dewi Athena sudah selesai menenun sebuah kain yang indah, di kain tersebut terdapat lukisan para dewa yang berwibawa dan megah, di empat sudut kain terdapat lukisan dimana para dewa menghukum orang yang berdosa, dan setiap sudut terdapat karangan bunga cantik yang terbuat dari daun pohon zaitun. Hasil karya yang luar biasa indah dan megah, pada saat bersamaan ini juga sebuah peringatan untuk Elakeni supaya dia bisa segera menyadari kesalahannya.
Lalu Dewi Athena membalikkan badannya menghadap ke Elakeni, dia melihat Elakeni memandangnya dengan benci dan iri, sifat keras kepalanya tidak mau mengalah sama sekali, kemudian memalingkan kepalanya tetap melanjutkan pekerjaannya. Dewi Athena memandang kain tenunan Elakeni walaupun cantik, tetapi tenunannya tidak menghormati Dewa bahkan menghujat Dewa.
Dewi Athena segera memusnahkan kain tenunan tersebut, lalu mengelus pundak Elakeni membuat dia menyadari kesalahannya, pada saat ini Elakeni segera sadar dia merasa menyesal dan malu. Tetapi dosanya menghina dewa sudah terlalu besar. Harus mendapat hukuman dari Dewa, Dewi Athena berkata,: "Wanita berdosa, untuk membuat anda selalu ingat pelajaran ini, Anda dan generasi anda akan selalu tergantung dan terusmenenun."Setelah berkata demikian menunjuk Elakeni, badan Elakeni segera tertabur dengan rumput sihir, tubuh Elakeni mulai berubah menjadi hitam dan mengecil, dan akhirnya berubah menjadi laba-laba. Mulai saat itu Elakeni berubah menjadi laba-laba tergantung di udara terus menerus membuat jaring seperti menenun kain. [Anastasia Kang / Dumai] Sumber: Erabaru