Tuhan berkata, "Apakah engkau ingin memiliki suara yang dikagumi oleh orang?"
Burung merak segera menganggukkan kepalanya.
Oleh sebab itu Tuhan mengambil kembali semua bulu cantik dari merak, memberikan kepadanya sebuah suara yang merdu. Sejak saat itu, walaupun merak menggunakan suaranya bernyanyi, tetapi karena dia kehilangan bulunya yang cantik sehingga dia berubah menjadi seekor burung yang tidak menarik perhatian orang, sama sekali tidak ada orang yang memperhatikannya. Burung merak mulai menyesal, dia sangat merindukan saat-saat dimana ketika bulunya masih cantik dikagumi dan dipuji oleh orang,
Burung merak pergi kembali memohon kepada Tuhan mengembalikan bulunya. Tuhan sambil menasehatinya berkata, "Bulu aslimu adalah bagaikan pelangi berwarna-warni sangat indah, ketika engkau muncul dihadapan orang lain, mereka seperti melihat batu permata yang memancarkan cahaya yang terang. Engkau begitu cantik, kenapa masih bisa iri kepada burung kepondang yang pintar berkicau?" Burung merak setelah ditegur merasa sangat malu hanya bisa menundukkan kepalanya.
Tuhan berkata lagi, "Saya memberikan kepada masing-masing orang kelebihan dan bakat yang berbeda, setiap orang memiliki karakteristik mereka sendiri, tapi tidak ada yang sempurna, tidak secara bersamaan memiliki semua keuntungan , misalnya engkau memiliki bulu yang cantik, burung elang mempunyai gerakan yang lincah,cepat dan gagah, burung kepondang mempunyai suara yang merdu…. kita semua saling melengkapi dengan satu sama lain untuk hidup berdampingan. Oleh sebab itu engkau tidak boleh mempunyai pikiran yang iri terhadap orang lain, jika tidak saya akan selamanya menarik kembali bulumu yang indah tersebut. Mulai saat ini, apa yang harus engkau lakukan, engkau harus berpikir baik-baik!" setelah selesai berkata Tuhan mengembalikan bulu yang indah kepada merak.
Mulai saat itu, burung merak tidak berani lagi iri terhadap orang lain, didalam hatinya merasa sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan.
Iri hati adalah sebuah pikiran yang sangat tidak baik, dia akan mencelakakan orang lain dan diri sendiri. Dari pada iri terhadap orang lain, lebih baik dengan bijaksana memperbaiki hati kita sendiri, mengembangkan bakat dan kelebihan dan kemampuan diri sendiri, sehingga kita dapat hidup lebih gembira. [Linda Lim / Denpasar] Sumber: Erabaru