Dalam perjalanan pulang, ayahnya bertanya, "Anakku, apakah engkau senang dengan perjalanan kali ini?"
"Sangat senang, papa!"
"Sekarang engkau tentu sudah mengerti apa itu miskin?"
"Benar, anjing di rumah kita hanya seekor, anjing di rumah mereka empat ekor, disamping rumah kita hanya ada sebuah kolam renang, disamping rumah mereka ada sebuah sungai yang tidak terlihat dasarnya; di taman kita adalah barisan lampu taman, mereka memiliki seluruh bintang di langit; di rumah kita sekilas memandang dari teras dapat melihat seluruh kebun, dir umah mereka sekilas memandang terlihat hamparan hijau yang tak terbatas…..
Ayahnya tertegun tidak bisa mengucapkan apapun.
"Terima kasih papa, engkau membiarkan saya menyadari betapa miskinnya saya!"
* Wanita Petugas kebersihan
Ketika 2 minggu setelah kuliah dimulai, dosen melakukan sebuah ujian. Saya adalah mahasiswa pintar, soal ujian ini tentu tidak akan menjatuhkan saya. Tetapi ketika membaca soal yang terakhir saya menjadi tertegun. Pertanyaannya adalah : Coba sebutkan nama petugas wanita bagian kebersihan di kampus ini?"
Bukankah ini adalah sebuah pertanyaan lelucon? Saya selalu bertemu dengan petugas wanita tersebut; orangnya tinggi, agak hitam, berumur sekitar 50-an, tetapi bagaimana saya mengetahui namanya? Saya mengosongkan pertanyaan ini, lalu menyerahkan kertas ujian.
Setelah selesai kuliah, salah seorang mahasiswa bertanya kepada dosen apakah pertanyaan yang terakhir termasuk dalam ringkup hasil ujian? Dosen menjawab tentu saja. Dosen berkata lagi, "Di dalam hidup ini engkau akan bertemu dengan banyak orang, mereka adalah orang yang hebat, patut diperhatikan dan mendapat perhatian—walaupun hanya dengan sebuah senyum dan sapaan sederhana."
Saya tidak pernah melupakan pelajaran tersebut. Tentu saja, terakhir saya berteman dengan wanita petugas kebersihan, namanya Mbak Mirna.
* Bergoyang bersama saya.
Di rumah jompo tinggal seorang nenek, selamanya tidak pernah mengucapkan sepatah katapun, juga tidak ada permintaan. Selama bertahun-tahun dia selalu duduk disebuah kursi goyang bergoyang terus. Kursi goyang ini bergoyang perlahan-lahan sambil mengeluarkan suara.
Nenek ini tidak pernah dijenguk siapapun, tetapi 2 hari sekali, ada seorang perawat muda pagi-pagi sudah datang ke kamarnya. Perawat ini tidak mengucapkan sepatah katapun, juga tidak bertanya kepadanya, hanya mengambil sebuah kursi goyang yang lain, duduk disamping nenek ini. Lalu bunyi kursi goyang terdengar, seperti 2 orang yang sedang mengobrol dengan asyik.
Setelah beberapa bulan berlalu, nenek tiba-tiba berkata kepada perawat ini, "Nona, terima kasih telah bergoyang bersama saya." [Amanda Lim / Makassar] Sumber: Erabaru
