KEHIDUPAN | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Rabu, 14 November 2012

BERBICARA BAGI DIRI ANDA

Kebiasaan buruk yang umum dalam budaya bisnis kita adalah apa yang kita sebut dengan universal speaking : termasuk orang lain di dalam percakapan kita seolah mereka berpikir seperti yang kita lakukan.

Sebagai contoh, "Ketika bangun pagi, yang Anda butuhkan pertama-tama adalah kopi..."

"Ketika Anda bertemu dengan seorang klien baru, anda harus membangun sebuah hubungan..."

Tak Berbahaya? Saya rasa tidak begitu.

Perilaku ini tepatnya menciptakan jarak antara kita dengan orang lain. Dengan menganggap semua orang menjadi kesatuan dengan "Anda", kita nyatakan bahwa semua orang sudah merasa dan bertindak identik. Kita memutuskan hubungan dengan yang lainnya, karena menolak kemungkinan bahwa mereka memiliki pengalaman berbeda dan mungkin tidak memberikan nilai dan titik pandang kita.

Anda tidak berbicara demi saya dan saya tidak berbicara demi Anda. Berbicaralah untuk diri Anda sendiri dan ajaklah lainnya untuk melakukan hal serupa.

Jika Anda meragukan pernyataan ini, cobalah pergi nonton satu film dan dengarlah apa komentar orang-orang. Mereka semua menonton film yang sama tetapi memiliki pengalaman yang berbeda.

Tanyakan pada diri Anda, "Bagaimana rasanya menjadi orang lain? Bagaimana pandangan mereka terhadap melakukan berbagai hal?"

Dr. John Geier PhD, penulis Personal Profile System, berkata:

- Anda tidak dapat memotivasi orang lain, tetapi anda dapat memberikan sebuah lingkungan kondusif yang dapat memotivasi diri mereka sendiri.

- Setiap orang memiliki cara berpikir masing-masing yang membuat hal tersebut terasa masuk akal bagi kita tanpa peduli betapa anehnya tindakan kita itu bagi orang lain.

- Orang-orang selalu mengejar kepuasan pribadi.

Sebuah pandangan keliru yang mendunia adalah, untuk berperforma di tingkat tinggi, orang-orang perlu berbagi apa yang kita yakini. Anggapan ini menyeret kita dalam jalur menjual apa yang kita yakini, dimana sering menjadi semakin buruk saat menjualnya menjadi pandangan yang mendunia.

Dalam sisi yang kontras, orang dengan keyakinan berbeda sering kali mengapai hasil yang spektakuler tanpa pernah mengubah keyakinan mereka sendiri.

Sebagai contoh, jika kita percaya secara fundamental orang menolak perubahan, tindakan kita mencerminkan kepercayaan tersebut. Sebagai hasil, kita mendesain berbagai strategi dan mengambil tindakan untuk menghadapi penolakan yang mungkin kita ciptakan. Rangkaian reaksi ini terhadap tindakan kita kelihatannya akan memperkuat keyakinan kita.

Sayangnya, banyak literatur bisnis menyatakan bahwa penolakan pada dasarnya adalah "kesalahan" dari para penolak. Ketika para penolak dikecam, diasingkan, dialog mengalami kesulitan. Tetapi apakah pembabaran ide dapat dimengerti atau diutarakan secara buruk?

Ayo pertimbangkan jika kita mensimulasi dialog konstruktif dengan sungguh-sungguh atau kita dengan sederhana menguatkan sebuah iklim akan kekuasaan dan kontrol.

Jika Anda mau menghadapi kenyataan dengan dukungan, dengarkan berapa banyak kali Anda dan lainnya, tidak hati-hati berubah menjadi tipe manipulatif. Tanyakan pada diri Anda.

- Apakah saya mencoba membuahkan hasil, atau hanya ingin menggunakan caraku saja?

- Apakah saya mencoba orang lain "membeli" pandangan saya, atau apakah saya mendengarkan perbedaan dan komitmen yang menyajikan pandangan segar ke atas meja?

- Apakah saya berusaha orang lain untuk memercayai sesuatu, atau menyelesaikan sesuatu?

Sangatlah kritis untuk menghubungkan berbagai aspirasi terdalam orang lain dan nilai tertinggi bagi aspirasi sebuah perusahaan.

Berikut nasehat manajer umum tim sepakbola profesional lokal. "Sangatlah penting untuk melihat kembali rekaman permainan sepakbola, jadi Anda bisa menyelesaikan apa yang benar-benar terjadi, bukan apa yang Anda pikir akan terjadi. Emosi dari momen ini sering mengganggu objektivitas Anda."

Jelas dengan apa yang sebenarnya terjadi, memiliki pilihan untuk berikutnya, dan mengembangkan berbagai kompetensi yang diperlukan untuk menyelesaikan berbagai tugas secara efektif adalah faktor-faktor kritis dalam menghasilkan hasil yang kita inginkan. [Veronica Lim / Bogor] Sumber: Epochtimes

PESAN DARI ADMIN

Mari kita dukung kiriman artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan ke dalam halaman facebook, twitter & googleplus Anda, serta pastikan Anda juga bisa mengirim artikel berita kegiatan / kejadian tentang Tionghoa di kota tempat tinggal Anda atau artikel bermanfaat lainnya ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA