KEHIDUPAN | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 29 Oktober 2012

RASIO IMAN

"Halo siang, saya baru saja salah mengisi pulsa ke nomor HP Anda, pulsa yang saya isi sebesar 50-ribu, bisakah Anda mengisikan pulsa ke nomor HP saya? Cukup 30-ribu saja." Sebuah telpon dari seorang pemuda entah dari mana, menelepon Lao Wang.

Lao Wang tercengang mendengarkan telepon seperti ini, setelah sadar dan memeriksa pulsa yang tersisa di HPnya ternyata memang benar kelebihan 50-ribu. Lao Wang, seorang bapak tua yang berusia hampir 60 tahun, beberapa tahun ini dia tinggal seorang diri, karena rajin dan terampil maka kehidupannya juga baik. Lagi pula dia berperangai baik.

Dalam telepon, Lao Wang sengaja menggoda dengan berkata: "Bagi Anda bukan uang besar? Saya sering kesulitan uang, bantu-bantulah saya ini, jangan suruh saya mengisikan pulsa untuk Anda. Usia saya hampir 90 tahun, beli HP hanya untuk main-main, tidak seberapa bisa mengoperasikan, lihatlah usia saya begitu uzur masih harus mengisikan pulsa untuk Anda?"

Anak muda lawan bicaranya juga sangat berhati-hati menjawabnya. Ia bilang bagaimana jika pulsa itu dikembalikan hanya 30-ribu saja, sepertinya takut kalau Lao Wang menolaknya. Menghadapi anak muda yang terus memohon itu, kali ini Lao Wang kehilangan akal, pulsa itu apakah perlu dikembalikan? Jika tidak dikembalikan, bagaimanapun juga Lao Wang masih mempunyai sedikit konsep moral, nurani tidak tahan dihantui perasaan dosa.

Namun jika pulsa dikembalikan ada sedikit ketidak relaan. Dalam kebimbangan, dia menelepon kemenakan perempuannya. Di dalam telepon, kemenakannya itu secara tegas menyarankan pulsa tidak perlu dikembalikan. Alasannya, dia sendiri juga sering salah isi pulsa ke nomor HP orang lain, dan selama ini tidak ada satu orang pun yang mengembalikannya.

Mendengar perkataan kemenakannya ini, dalam hati Lao Wang memutuskan untuk tidak mengembalikan pulsa anak muda itu. Tetapi saya bisa memastikan, sedikit banyak dalam hati Lao Wang pasti merasa bersalah, batinnya bisa tidak nyaman.

Permasalahannya bukan terletak pada banyak atau sedikitnya uang, tetapi ini mencerminkan masalah moralitas seseorang. Orang zaman sekarang, kebanyakan tidak mau mengembalikan uang itu kepada orang lain, menganggap hal menguntungkan adalah yang baik.

Jika dilihat sebaliknya, sebagai pihak yang tidak sengaja kehilangan harta, pasti berpikir untuk bisa mengambil uang itu kembali. Dapat dikatakan setiap orang akan berdiri pada sudut pandang dia sendiri untuk memikirkan permasalahan, tidak berdiri disudut pandang orang untuk memikirkan orang lain, beginilah lingkaran setan moral dari seluruh masyarakat. Ini juga disebabkan oleh doktrinasi dari ateisme, membuat orang tidak percaya dengan keberadaan Tuhan, tidak ada hukum batin yang mengekang, karena itu tidak ada rasa takut terhadap perbuatan jahat.

Masalah Lao Wang tersebut membuat saya teringat akan kisah Bibi Lin. Suatu hari Bibi Lin pergi berbelanja di sebuah supermarket kecil. Selesai membayar dan keluar dari pintu, dia menemukan bahwa kasir memberi lebih uang kembalian. Karena itu Bibi Lin segera kembali ke supermarket itu, khusus memanggil kasir yang melayani dia, menjelaskan duduk permasalahannya lalu mengembalikan uang kelebihan kepada kasir tersebut.

Saya bertanya kepada Bibi Lin mengapa harus memanggil keluar kasir itu dan mengembalikan uang kelebihannya, bibi Lin menjawab dia kuatir memengaruhi reputasi kerja kasir tersebut. Hingga sekarang saya masih terharu oleh tindakan Bibi Lin yang baik dan teliti tersebut. Bibi Lin juga memberitahu saya, bahwa kejujuran dan ketulusan hati serta kebaikannya itu bersumber dari keyakinannya.

Kelihatannya, kekuatan keyakinan itu memang benar-benar sangat besar. Dia tidak membutuhkan peraturan tertulis tetapi bisa membuat hati manusia mengarah pada kebaikan. Sedangkan hukum dalam keadaan yang makin lama semakin matang dan sempurna, akan tetapi manusia yang melakukan kriminalitas bukan makin berkurang malahan semakin bertambah.

Dalam kehidupan ini, pada umumnya masih ada sebuah teori tak tertulis yang mengatakan kehilangan sesuatu itu karena pemilik sendiri yang ceroboh, dan menganggap mendapatkan sesuatu itu adalah suatu keberuntungan, kehilangan sesuatu itu adalah ketidakberuntungan atau kesialan. Kalau begitu jika dipikir secara mendalam bukankah 'keberuntungan' itu adalah kehendak Langit, dan kehendak Langit itu bukankah kehendak dari Tuhan? [Linda Lim / Denpasar] Sumber: Epochtimes

Catatan: Ayo kita dukung Tionghoanews dengan cara mengirim email artikel berita kegiatan atau kejadian tentang Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id dan jangan lupa ngajak teman-teman Tionghoa anda ikut gabung disini, Xie Xie Ni ...

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA