Jika dipikir secara seksama, ramalan seperti ini bukanlah isapan jempol.
Menetap di sebuah dunia yang serba buram seperti ini, setiap orang harus tetap sadar dan waspada, dan harus tahu betul membedakan baik buruk, benar salah. Hanya hati yang terus memiliki niat baik, menjalankan perintah Tuhan, adalah jalan yang dapat menuntun kita memahami makna kehidupan umat manusia ini yang sebenarnya.
Mungkin teknologi sendiri pada dasarnya bukanlah sesuatu yang buruk, teknologi juga merupakan produk yang muncul pada salah satu periode perkembangan sejarah peradaban manusia. Para pengembang teknologi awalnya memiliki misi untuk menciptakan satu demi satu keajaiban yang dapat "mendatangkan kebahagiaan, mendatangkan kenyamanan bagi umat manusia dan juga berdasarkan niat baik "demi umat manusia" inilah.
Tetapi Teknologi juga adalah semacam kekuatan dan metode yang berdampak dan bisa mengubah kehidupan manusia dalam proses perkembangannya.
Akan tetapi, jika hati dan pikiran manusia tidak lurus, hanya mementingkan keuntungan sesaat, hanya memuaskan hawa nafsu yang timbul akibat sifat rakus dan kesombongan semata-mata, maka teknologi yang lebih canggih pun, hanya akan menjadi perusak moralitas manusia dan menjadi pemicu konflik di masyarakat.
Terlalu bergantung dan terikat secara berlebihan pada kemakmuran permukaan dari teknologi, atau menjadikan teknologi sebagai alat untuk meraup keuntungan pribadi, menyingkirkan orang yang tidak sepaham, bahkan menjadikannya sebagai alat untuk mencelakakan orang lain yang bertentangan dengan prinsip kemanusiaan dan agama, maka sisi negatif yang timbul akibat teknologi akan jauh melampaui apa yang dapat dibayangkan manusia pada umumnya.
Oleh karena itu, hal yang sepantasnya menjadi sandaran bagi manusia untuk bertahan hidup pada dasarnya adalah peningkatan moralitas, dan bukan pada perkembangan teknologinya.
Seperti mainan elektronik sekarang yang begitu canggih, bukankah hanya akan memicu kekacauan masyarakat, juga menambah kesedihan dan kekalutan saja.
Ketika sebuah keluarga duduk di sebuah meja makan, sepertinya mereka terlihat sebagai suatu keluarga yang bahagia, namun di meja tersebut sama sekali tak ada suara. Ketiga orang tersebut hanya sibuk mengutak-atik ponsel black bery dan ipadnya masing-masing.
Melihat pemandangan seperti itu, kita patut bertanya pada diri sendiri, apakah ini semacam kebahagiaan ataukah justru hal yang menyedihkan? Rumah ada, anggota keluarga ada, uang ada, tapi tidak ada percakapan dan sentuhan jiwa.
Jika tidak ada produk teknologi tinggi seperti itu, bukankah sang ibu akan mengajarkan etika di meja makan kepada anak, dan sang ayah akan mengajarkan filosofi dan prinsip hidup kepada anak, atau mengisahkan sebuah cerita ringan yang inspiratif?
Marilah kita sikapi segala sesuatunya tanpa berlebihan, pergunakanlah semuanya pada waktunya. [Ernawati H / Medan] Sumber: Kebajikan
PESAN KHUSUS
Silahkan kirim berita/artikel anda ke ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
MENU LINKS
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com