Mereka berdua sangat akrab, sang kakak sangat menyayangi adiknya dan si adik sangat menghormati kakaknya. Ibu mereka juga menyayangi mereka berdua.
Sang kakak menanam pohon labu dan dengan rajin memeliharanya hingga tumbuh besar. Ketika pohon labu berbuah sang kakak menyadari kalau ada buah labu kembar yang berdampingan.
Suatu hari mereka mendengar kabar bahwa raja negeri mereka sedang sakit parah, tabib istana mengatakan bahwa labu kembar dapat menyembuhkan penyakit raja. Maka diadakanlah sayembara, barangsiapa yang memiliki labu kembar akan mendapatkan satu peti emas. Sang kakak sangat senang mendengarnya, dia segera memberitahu kepada keluarganya.
Pada hari keberangkatan sang kakak ke ibukota, sang ibu memanggil si adik kedalam dapur. Kemudian sang ibu memberi 2 buah kue kepadanya dan berkata, "Ada 2 buah kue, yang satu polos dan satunya lagi bergambar bunga. Berilah kakakmu kue yang bergambar bunga, sebab ibu telah memberi racun didalamnya."
"Kenapa ibu ingin membunuh kakak? Bukankah ibu juga menyayangi kakak?" tanya si adik keheranan,
"Ibu memang menyayanginya, tetapi kamu adalah anakku dan aku tidak rela bila kakakmu mendapatkan emas itu, maka biarlah dia memakan kue beracun ini"
Kemudian si adik membawa kue itu ke kakaknya. Sang kakak yang dari tadi mencari adiknya senang melihat adiknya, dipeluknya dan kemudian berkata, "Adikku, tunggu kakak ya, kakak berjanji akan segera pulang, kakak akan membeli banyak oleh- oleh untukmu dari kota dan hadiah uang emasnya untuk kita bersama!"
Sang adik terdiam, kemudian berkata kepada kakaknya, "Kakak, ibu memberi kita berdua kue, makanlah...tapi aku ingin makan kue yang bergambar bunga." Setelah itu si adik dengan lahap memakan kue beracun itu. Setelah kepergian kakaknya, dia berkata kepada ibunya, "Ibu, kue beracun itu telah kumakan, kakak sangat baik kepadaku, mana mungkin aku tega membunuhnya. Setelah aku mati, sayangilah dia seperti ibu menyayangiku..."
Ibunya yang mendengarnya kemudian memeluknya "Anak bodoh, tidak ada racun sama sekali di kue bergambar bunga itu. Ibu hanya menguji rasa sayangmu kepada kakamu, ibu kuatir kamu menjadi iri dengan kemujuran kakakmu..."
Orang-orang yang mengetahui kisah mereka kemudian mengabadikannya dengan membuat bermacam- macam aksesori labu kembar seperti layangan, dll sebagai lambang keberuntungan dan persaudaraan.
Pesan Moral, "Di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri, maka di situ akan timbul kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." [Ernawati H / Medan] Sumber: Kebajikan
Catatan: Ayo kita dukung Tionghoanews dengan cara mengirim email artikel berita kegiatan atau kejadian tentang Tionghoa di kota tempat tinggal anda ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id dan jangan lupa ngajak teman-teman Tionghoa anda ikut gabung disini, Xie Xie Ni ...