Setelah mendengar celaan orang akhirnya bapaknya turun dari keledai. Hanya anaknya yang menunggang keledai bapaknya sambil berjalan menarik keledainya, orang di jalan mencela lagi, "Lihat anak ini sungguh tidak berbakti, membiarkan bapaknya menarik keledai, dia sendiri dengan santai duduk diatas keledai."
Akhirnya anaknya turun dari atas pelana keledai membiarkan bapaknya naik, ada lagi orang dijalanan yang mencela lagi, "Lihat bapak ini sungguh kejam, membiarkan anak kecil ini menarik keledainya."
Akhirnya bapaknya juga turun dari keledai, mereka berdua menarik keledai ini berjalan, didalam hati mereka berpikir, "Sekarang tidak ada orang yang akan mencela lagi!
Tetapi, setelah mereka berjalan kemudian ada lagi orang yang mencela, "Lihat kedua bapak dan anak ini sungguh bodoh, menarik keledai ini tanpa menunganginya, sungguh tolol! "
Apa yang dilakukan salah atau benar, masing-masing orang mempunyai kesimpulan masing-masing.
Tetapi, jika hal ini dilihat dari pandangan kultivator akan menjadi adegan yang berbeda, karena bagi kultivator adalah berkultivasi pada kebaikan, hati harus senantiasa penuh kasih, niat pikiran harus selalu mengandung kebaikan, jika hati sudah berubah baik, visi memandang dunia juga akan berbeda.
Seperti cerita diatas, jika seorang kultivator yang mengamati kedua bapak dan anak sedang menunggang keledai dia akan dengan bijaksana berkata, "Keledai ini sungguh berbakti kepada majikannya, walaupun menanggung beban berat masih dapat berjalan!" Ketika melihat anak menunggang keledai, ayahnya menarik keledai maka dia akan berkata, "Sungguh seorang bapak yang penuh kasih sayang! Lebih baik dirinya sendiri capek berjalan daripada keledai menanggung beban yang terlalu berat." Ketika bapak menunggang keledai, anak menariknya akan berkata, "Anak ini sungguh patuh! Masih kecil sudah tahu berbakti kepada orang tua, lebih baik diri sendiri menderita daripada orang lain menderita." Ketika bapak dan anak menarik keledainya, maka akan berkata, "Bapak dan anak ini sungguh dua orang yang baik hati! Takut keledai kecapekan, sehingga mereka berdua berjalan kaki."
Kejadian yang sama tetapi menimbulkan kesimpulan yang berbeda, karena orang dijalanan tidak mempunyai niat pikiran yang baik, memandang sesuatu hal atau seseorang dari sisi yang buruk, sehingga tidak menyadari sisi baik orang lain. Sedangkan seorang kultivator dihatinya selalu mengandung belas kasih, selalu hanya memandang sisi baik dari seseorang, sehingga kesimpulan yang ditimbulkan juga akan berbeda.
Orang yang baik hati tolak ukur didalam hatinya adalah kebaikan, setiap benda dan hal didunia ini dalam matanya adalah bagaikan syair yang indah, pemandangan yang indah, musim semi yang sejahtera. Sedangkan orang jahat tolak ukur didalam hatinya adalah kejahatan, betapa indahpun pemadangan dihadapan matanya tetapi yang terlihat olehnya adalah kejelekan dan ketidakpuasan. [Natalia Lim / Cirebon]
EMAIL KAMI
Anda juga bisa mengirim berita Tionghoa atau artikel lain untuk tampil dalam situs ini, dengan cara kirim ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id
MENU LINKS
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com