Beberapa hari yang lalu saya mengikuti acara temu alumni di perguruan tinggi yang telah lulus 20 tahun lalu. Teman kuliah yang hadir dalam acara itu hampir 20 orang, sebagian besar dari mereka datang seorang diri, hanya beberapa orang saja yang membawa keluarganya.
Yang agak berbeda dengan temu reuni alumni sebelumnya adalah, melihat foto pesta alumni yang diadakan 4-5 tahun sebelumnya, sebagian besar peserta membawa anak-anak yang masih TK atau SD untuk turut serta. Dan keadaan pada waktu itu bisa dibayangkan, orang dewasa berbincang-bincang, sekelompok anak-anak berlari kesana kemari, suasananya sangat meriah.
Namun kali ini, keadaan sudah jauh berbeda, setelah diselidiki penyebabnya, tak lain adalah anak-anak sudah tumbuh dewasa, sudah tidak harus selalu dibawa serta untuk diurusi lagi, dan alasan lain yang tak kalah pentingnya karena para orang dewasa berharap agar memiliki waktu yang bebas untuk berbincang-bincang. Agar dapat bercakap-cakap dengan leluasa dengan teman kuliah, setelah sajian utama disantap, masing-masing mengambil minuman dan pencuci mulut dan bertukar tempat.
Waktu berlalu sangat cepat, setiap orang sudah memasuki usia 40 tahun, di tengah percakapan, umumnya diawali tentang pekerjaan, setiap orang sudah menduduki posisi penting, dan kebanyakan ada di level manajerial, setelah itu pasti akan membahas masalah anak-anak.
Para kaum hawa setiap kali membicarakan masalah anak, umumnya tidak bisa berhenti, di antaranya ada seorang teman kuliah, sekarang ia tidak bekerja, menjadi ibu rumah tangga, yang sempat membuat kami sekelompok wanita karir ini sangat kagum serta iri. Melihat cincin yang dikenakan di jari tangannya teman-teman kuliah pun menertawakannya, apakah itu hadiah permata mahal yang dibelikan oleh suami Anda.
Dengan ringan ia menjawab, "Jelas bukan, ini adalah hadiah dari putra saya, harganya cuma seratus ribu saja, dia bahkan meminta saya agar selalu memakainya setiap hari." Melihat wajahnya yang menyiratkan kebahagiaan, telah membuat kami merasakan, meskipun hadiah itu tidak berharga, akan tetapi nilainya yang sesungguhnya justru jauh melebihi emas permata mahal yang dibelikan oleh suami.
Saya sebenarnya juga mempunyai suatu barang yang lucu, yang selalu saya bawa atas permintaan putra saya. Pernah suatu kali, ia ikut serta dalam perlombaan catur taman kanak-kanak, meskipun tidak mendapatkan prestasi yang baik, namun semua orang yang telah ikut ambil bagian tetap mendapatkan hadiah hiburan.
Hadiah hiburan tersebut berupa sebuah hiasan kecil yang terbuat dari plastik yang ditempelkan pada sebuah penggaris. Dengan serta merta, ia secara khusus melepaskan hiasan kecil itu, dan berkata, "Mama, ini untuk Mama, bisa digantungkan di handphone Mama, bagus sekali."
Maka, sejak itu, hiasan kecil dari plastik itu, yang di atasnya ada sebuah bentuk hati, dan sekumpulan anggur, senantiasa menyertai saya setiap hari di handphone yang tidak pernah jauh dari saya, meskipun harganya hanya sepuluh ribu saja, tapi setiap hari melihatnya, saya selalu teringat akan putra saya yang lucu, hati saya pun dipenuhi kebahagiaan. [Amanda Lim / Makassar]
Silahkan klik menu kategori lain di bawah ini:
http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com
Atau ngajak teman Tionghoa anda ikut gabung disini http://www.facebook.com/chinese.indo bersama ribuan teman Tionghoa lainnya.