Dalam menyuguhkan kopi kepada tamu, khususnya kepada leluhur atau pada saat sembahyang, selalu ada 2 cangkir berbeda. Pernahkah Anda berpikir mengapa orang zaman dulu selalu menyuguhkan maupun minum kopi tersedia 2 cangkir berbeda?
Suatu hari, saya iseng-iseng bertanya kepada seorang tua di kampung saya, karena sering saya perhatikan dia minum kopi selalu ada dua cangkir, pahit dan manis. Saya penasaran mengapa dia minum seperti itu.
"Pak, bolehkah saya tahu mengapa Bapak minum 2 cangkir kopi, satu manis dan satu pahit?"
"Coba kemari Dik, minum bareng sama Bapak," ajaknya dengan ramah. Saya pun diundang untuk minum bersamanya.
"Nah, minum yang pahit dulu, lalu minum yang manis." Saya mengikuti apa kata Bapak itu.
"Bagaimana rasanya, enak bukan?" tanya Bapak itu sambil tersenyum.
Saya menganggukkan kepala sambil berkata, "Rasanya memang enak sekali."
Kemudian Bapak itu menjelaskan, "Minum kopi dengan cara begini, sama seperti hidup, minum yang pahit dulu, baru kemudian yang manis. Dalam kehidupan manusia juga begitu, kita harus berusaha keras dulu, pahit dulu, baru bisa menikmati hasilnya, baru manisnya."
Saya tersenyum mendengar penjelasan Bapak itu. Ternyata orang zaman dulu, seringkali menerapkan filosofi hidup dalam kegiatan sehari-harinya. Segera saya habiskan kopi saya yang tersisa, kemudian berterima kasih kepada Bapak itu, karena telah memberi dua cangkir kopi hangat dan pelajaran dalam hidup. [Renata Koh / Jakarta]