KEHIDUPAN | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Kamis, 19 Januari 2012

PELAJARAN HIDUP

Ketamakan manusia seperti seekor ular menelan gajah. Pepatah ini menjelaskan bahwa hasrat nafsu manusia selamanya tidak ada batas, sulit untuk merasa puas, seperti lautan keinginan yang sulit dipenuhi. 

Hal-hal yang tidak sesuai keinginan manusia, mencapai 80% - 90%. Artinya, beraneka ragam kegagalan dalam kehidupan tidak bisa dihindarkan. Kesimpulannya, bagaimana menghadapi dua hal, "lautan keinginan sulit dipenuhi, dan kegagalan tidak bisa dihindari", merupakan pelajaran dasar dari kehidupan kita.

Seorang psikolog Freud, pernah menciptakan sebuah ungkapan ternama yakni "membumbung". Menurut definisi dari Freud sendiri: Membumbung itu adalah menggunakan cara yang bisa diterima oleh masyarakat, untuk merealisasikan atau untuk mencapai suatu keinginan yang tidak bisa diterima oleh masyarakat.

Misalkan, seperti seseorang mempunyai dorongan hati untuk membunuh manusia, maka tidak ada salahnya jika orang tersebut menjadi seorang pejabat yang mengatur ketertiban dalam pengadilan, karena dia bisa membunuh orang tanpa melanggar hukum. Atau menjadi seorang dokter bedah, yang bisa membedah tubuh manusia dengan sekehendak hati. Dalam masyarakat sedang populer dengan tayangan sepak bola atau gulat ala Amerika, kedua ini adalah produk yang ditimbulkan karena efek membumbung. Karena mereka boleh menghajar orang secara legal, bahkan masih bisa menjadi ternama, sekali mendayung dua pulau terlewati.

Dulu ketika saya mencari seorang kekasih, perempuan itu harus seperti ibu saya yang memiliki sepasang kelopak mata indah, serta hidung mancung. Menurut teori Freud, ini merupakan hasil dari perasaan rindu terhadap ibu, mencari seorang  pendamping hidup seperti mencari pengganti ibu.

Melarikan diri dalam dunia ilusi juga semacam cara untuk memuaskan hasrat keinginan. Seorang gadis mudah berkhayal datang seorang pahlawan yang menolong gadis cantik. Orang yang dalam keseharian kurang berhasil, bisa berkhayal dirinya sukses menjadi seorang terhormat, menjadi pusat perhatian dari khalayak ramai.

Freud beranggapan bahwa, hasrat keinginan manusia tidak boleh dikekang, kalau tidak, akan sangat mudah sekali terjangkit penyakit mental. Selain itu, jika kehidupan berhadapan dengan kegagalan, maka acapkali perasaan negatif akan datang. Banyak artikel yang mengatakan perasaan negatif itu harus mendapatkan pelampiasan yang tepat, baru tidak sampai terkumpul menjadi terlalu besar, begitu meledak tidak dapat dibereskan lagi. Selain itu jika terkumpulnya perasaan negatif ini terlalu banyak, juga bisa menyebabkan pengaruh serius terhadap kesehatan tubuh kita. Maka itu, ada orang yang berpendapat, tidak ada salahnya jika kita tertawa terbahak ketika merasa senang, menangis tersedu ketika merasa sedih.

Haruskah hasrat manusia dipuaskan? Haruskah emosi perasaan itu dilampiaskan? Para ahli psikolog telah melakukan banyak sekali percobaan. Kesimpulan mereka: Jika membiarkan hasrat keinginan ini dipuaskan tanpa batas, maka orang tersebut akan terjerumus semakin dalam, akhirnya dia tidak bisa melepaskan diri. Emosional jika tidak mendapat pengekangan yang sesuai, dilampiaskan tanpa menghiraukan apapun, akhirnya juga akan tidak bisa dibereskan. Oleh karenanya para psikolog beranggapan, tujuh perasaan enam nafsu harus dikendalikan dengan tepat.

Seratus besar konglomerat di dunia yang kita ketahui, harta kekayaan mereka cukup untuk menghidupinya selama berabad-abad, tetapi kita jarang bisa menemukan adanya konglomerat yang ketika masih hidup sudah berhenti mencari uang, dan benar-benar menikmati kehidupan ini.

Sebenarnya mencari keuntungan itu adalah suatu cara, membuat kita memiliki perekonomian yang cukup, untuk menjalankan kehidupan dengan baik dan menyelesaikan misi kehidupan. Tetapi bagi para konglomerat ini, mencari keuntungan diubah menjadi tujuan hidup satu-satunya, akhirnya makna dan tujuan kehidupan ini menjadi kabur.

Karena hasrat keinginan manusia tidak bisa dipenuhi, taktik yang paling sesuai  adalah mengerti kepuasan dan selalu bergembira. Rumusan ringkasnya, menggambarkan segala macam bentuk dari mengerti kepuasan dan selalu bergembira dalam kehidupan ini. Saya telah menyalin rumusan seperti di bawah ini, pahamilah dengan baik mungkin kehidupan Anda akan mengalami perubahan besar.

Uang banyak, uang sedikit, cukup untuk makan sudah boleh. Paras cantik, paras buruk, asalkan enak dipandang sudah cukup. Sudah tua atau masih muda, asalkan sehat.

Kaya atau miskin, keramah-tamahan paling baik. Suami pulang larut malam, asalkan kembali kerumah sudah boleh. Istri mengomel, asalkan menjaga keluarga sudah boleh. 

Anak dari kecil sudah harus dididik. Baik Doktor maupun penjual sayuran, se-telah dewasa, asalkan dia alim dan patuh sudah cukup.

Rumah besar atau kecil, asalkan bisa ditinggali. Bermerek atau tidak, asalkan bisa dipakai sudah boleh. Dua roda atau empat roda, asalkan bisa dikendarai sudah boleh.

Majikan tidak baik, asalkan bisa sabar sudah cukup. Segala kerisauan asalkan bisa diuraikan sudah cukup. Mempertahankan keterikatan, asalkan bisa dilepaskan paling baik.

Seumur hidup manusia, bisa selamat sudah cukup. Bukan berduit pasti bisa baik. Hati dan kelakuan kita baik, nasib pasti bisa berubah jadi baik.

Siapa yang benar dan siapa yang salah, Tuhan yang mengetahui sudah cukup. Mengasuh keberuntungan dan kecerdasan diri, di kehidupan mendatang akan menjadi lebih baik. Segala hal dalam dunia, mengikuti nasib saja.

Banyak sekali permasalahan, dipandang hambar sudah boleh. Singkat kata, mengerti kepuasan adalah terbaik.

Pelajaran kedua dari kehidupan adalah tidak bisa menghindari kegagalan. Para ahli psikolog membagi kegagalan ini menjadi tiga jenis :

1. Jenis pertama disebut dengan tidak cukup. Ada orang pembawaan dari lahir kecerdasannya di bawah rata-rata, yakni yang biasa kita sebut dengan orang bodoh atau bloon. Ada orang yang dilahirkan dari keluarga miskin, seumur hidupnya kekurangan uang. Ada orang sejak lahir sudah tidak memiliki tangan atau kaki, bahkan semua anggota tubuh tidak ada. Ada orang yang lima inderanya tidak lengkap atau tidak cukup cantik. Ada orang yang umurnya tidak cukup panjang, sudah mati muda. Ada orang yang bernasib kurang, seumur hidup patah semangat. Sesempurna apapun kehidupan ini, pasti tak luput dari kekurangan.

2. Jenis kedua disebut kehilangan. Ada orang yang berkata, manusia sejak dilahirkan sudah mulai mendapatkan, contoh seperti seorang anak kecil berangsur-angsur akan mendapatkan kemampuan mengatur kehidupannya sendiri, selanjutnya dia akan memperoleh berbagai macam ilmu pengetahuan, kekayaan, pasangan hidup, anak, teman bahkan mendapatkan penggemar yang tidak bisa terhitung banyaknya.

Setelah melewati usia tengah baya dia mulai kehilangan, kehilangan kekayaan, kesehatan. Teman-teman lama layu dan berguguran, mungkin juga ditinggalkan oleh pendamping hidup. Usia kian bertambah, kecantikan juga mulai pudar, kemampuan yang didapatkan semasa muda juga kian hilang, akhirnya sampai kepandaian semuanya hilang, menjadi orang yang ling-lung, tua, menyendiri, lumpuh dan sakit-sakitan, sepertinya tidak ada siapapun yang bisa menghindar.

3. Jenis ketiga disebut kegagalan. Ketika kita mengejar suatu benda, tidak mendapatkan hasil seperti apa yang diperkirakan, maka itu yang disebut kegagalan. Kegagalan seperti ini, lebih-lebih tidak bisa dihindari dalam kehidupan. Ada sebuah pepatah, "Kehidupan itu sebenarnya adalah akumulasi dari serentetan kegagalan, ditambah dengan satu kali keberhasilan."

Setelah ditelaah dengan saksama, merasa perkataan ini sangat masuk akal. Lihatlah seorang anak kecil sudah terjatuh beberapa ratus bahkan ribuan kali baru bisa berjalan. Berapa banyak nasi dan sayuran yang terjatuh di lantai baru bisa memegang sendok dan sumpit.

Sebuah terowongan di Gunung Xue Shan, Taiwan, digali selama sebelas tahun baru berhasil, proses penggaliannya mengalami banyak sekali kesulitan. Semua ahli bangunan dari luar negeri menggunakan teknologi tinggi, namun semuanya gagal total, mereka pulang dengan kejengkelan, akhirnya proyek yang mustahil bisa dilaksanakan ini diselesaikan oleh para insinyur lulusan negeri Taiwan sendiri.

Kegagalan yang diuraikan di atas, semuanya akan membuat manusia timbul perasaan negatif yang sangat kuat seperti patah semangat, penyesalan, kemarahan, ketakutan dan lain sebagainya. Perasaan-perasaan negatif seperti ini sebenarnya mesti dilampiaskan dengan sekehendak hati ataukah dikendalikan dengan tepat?

Dalam ilmu psikologi, terdapat banyak sekali istilah indikator kecerdasan, yang paling awal disebut dengan IQ (Intelligence Quotient), mewakili taraf kepandaian seseorang. Kemudian ada indikator yang disebut EQ (Emotional Quotient), yang menunjukkan taraf kematangan seseorang dalam mengendalikan perasaan. Baru-baru ini muncul lagi indikator yang disebut dengan AQ, menunjukkan indeks kemampuan dari seseorang setelah mengalami kegagalan, berusaha menerobos keluar dari situasi buruk.

Tidak peduli itu EQ atau AQ, semuanya menggunakan kemampuan manusia dalam mengendalikan perasaan negatif, dipandang sebagai manifestasi kematangan dari kepribadian seseorang. 

Cara yang paling baik untuk mengendalikan perasaan negatif adalah bersabar. Ada sebuah karikatur yang sangat menarik, diberi judul "Jangan sembarang memotong pendek salib". Isinya melukiskan ada sekelompok orang berjalan sambil memikul salib yang besar dan kecil serta panjang dan pendeknya tidak sama.

Dalam perjalanan, ada salah seorang yang sudah dua kali memohon kepada Tuhan untuk memotong pendek salib yang dia pikul, agar tidak terlalu berat dalam perjalanan yang sangat jauh itu. Tuhan mengabulkan permohonan dia. Perjalanan itu akan melewati tebing curam, semua orang meletakkan salib mereka pada kedua ujung tebing, dengan lancar mereka menginjakkan kaki di atas salib dan melewati tebing itu. Hanya orang yang meminta pertolongan pada Tuhan itu yang akhirnya menemukan bahwa salibnya  terlalu pendek!

Orang Tiongkok membuat aksara sangat menarik, aksara Ren (忍), di atas aksara hati (Xin, 心) ada aksara sebilah pisau (Dao, 刀), bersabar sama saja dengan mengalami penderitaan. Menurut penjelasan dari aliran Buddha, mengalami penderitaan bisa menghilangkan karma, jika karma sudah dihilangkan secara tuntas, maka kehidupan ini juga sudah mencapai kesempurnaan.

Pepatah mengatakan, "Kehidupan ini bagai lautan kesengsaraan." Datang ke dunia fana ini, setiap orang memikul salib yang besar kecil, panjang pendeknya tidak sama. Tetapi bisa memikul salib berjalan dengan sabar, menyelesaikan perjalanan dalam hidup ini, bukankah sama dengan telah menuaikan tugas dari Tuhan yang diserahkan kepada kita? [Elisabeth Wang / Banda Aceh]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA