Kabut sedimen dalam kota sepanjang tahun akhirnya dipukul hancur oleh guntur dalam badai, tertiup bubar oleh angin besar yang berhembus, kemudian beberapa hari berturut-turut muncul awan putih di langit biru, yang membuat orang takjub, memandang kebiruan langit yang hampir-hampir terlupakan, benar-benar merasakan bahwa fenomena langit benar-benar sedang berubah.
Karena itu, seperti seorang anak dungu yang tak puas-puasnya memandang awan di langit biru. Segerombol awan putih yang tak begitu besar sedang bergerak, bagaikan perahu layar di lautan yang meluncur ringan di laut biru. Segerombol awan yang berpinggiran rapi mengambang kesana kemari, permukaannya persis seperti pantai yang baru saja diguyur oleh air laut.
Dari pinggir cakrawala bermunculan banyak sekali gumpalan awan, segerombol demi segerombol, seperti kuda sedang berlari, seperti kumpulan domba, seperti gunung yang aneh. Awan-awan tersebut begitu indah, ringan tipis bagai kain sutera, tebal berat bagaikan gunung. Awan-awan yang beraneka gaya itu berubah seiring dengan tiupan angin, seakan ingin mengulang lagi semua corak awan yang pernah saya lihat.
Sungguh sangat menyenangi awan-awan yang bentuknya sangat menarik ini. Ketika tanpa kita sadari mengalihkan sinar pandangan dari bangunan-bangunan kelabu ke lautan awan yang berada di langit, hati ini serasa juga ikut melayang. Tidak ada kesibukan yang membosankan di dalam kota, yang mengisi perasaan hati hanyalah lautan, pegunungan dan pandang rumput, yang dirasakan hanyalah alam paling nyata dan paling santai di antara langit dan bumi ini.
Seketika memahami sebab mengapa orang-orang mengemari tamasya. Bukankah bertamasya itu adalah mencampakkan khayalan yang penuh hiasan dalam kota modern, mencari warna asli yang telah tertutupi waktu di padang rumput yang luas, menemukan kembali sumber yang pernah kita lupakan dalam ruang alam semesta ini, mengingat kembali serta meleburkan segala ikatan jodoh dari dahulu hingga sekarang?
Dengan demikian, mau tidak mau teringat lagi akan nostalgia dan ingatan, serta orang-orang pengenang dahulu yang bersembunyi dibelakang nostalgia. Sebenarnya, tidak peduli itu tamasya, nostalgia ataukah menyimpan, orang-orang hanyalah melalui bentuk dan cara permukaan ini dalam situasi tanpa kesadaran menggali citra spirit peradaban dunia yang kuno, mengejar untuk mengetahui makna paling konkrit dan nyata akan keberadaan diri kita di dunia ini, mencari dan menyelidiki sumber asal yang sebenarnya di alam, bumi dan lahirnya umat manusia. Sekarang, fenomena alam telah berubah, jawaban yang selalu dicari dan diselidiki manusia dari dulu hingga kini mungkin terbang melayang di atas langit, tertulis didalam awan.
Kalau begitu, ikutlah bertamasya bersama langit biru dan awan putih, ke tempat suci yang tak pernah tercemari untuk memahami fakta sebenarnya dunia, pergi ke tempat terdalam alam semesta nan jauh untuk mencari sumpah janji lama yang kita tinggalkan disana. Hingga saat itu, manusia pasti akan kembali pulang ke kampung halaman indah mereka. [Soi Lan / Pontianak]
--
Berita | Internasional | Budaya | Kehidupan | Kesehatan | Iptek | Kisah | Kontak
BACA DIBAWAH INI
Di bagian bawah artikel ini kedepan akan ditampikan iklan-iklan baris Maksimal 100 huruf dengan tarif Rp.5.000,- per artikel (Min.100 artikel) dan bagi yang berminat bisa kontak email: tionghoanews@yahoo.co.id