Ketika putra saya sudah besar, saya membiarkannya ikut bus sekolah, saya tetap mengantar putri saya yang duduk di kelas 2 SMP. Saya berpikir, semua orang tua di dunia ini pasti seperti saya, lama kelamaan, hal ini menjadi kebiasaan dan tanggung jawab saya.
Pada suatu hari saya terlambat bangun. Jam weker tidak bisa membangunkan saya. Saat dalam perjalanan ke sekolah putri saya karena terlambat sepanjang jalan dengan marah berkata, "Menjadi seorang ibu bagaimana bisa demikian tidak bertanggung jawab? Apa alasan yang saya harus katakan kepada guru saya kenapa saya terlambat?" sepanjang jalan saya diam saja.
Setelah dia selesai melampiaskan kemarahannya, saya berkata, "Apa yang engkau katakan memang sangat benar, orang yang tidak bertanggung jawab seperti saya ini, lebih bagus engkau tidak tergantung kepadanya. Mulai esok, engkau sendiri naik bus umum ke sekolah! Saya rasa supir bus pasti lebih bertanggung jawab."
Putri saya sangat cerdik, walaupun saya tidak membentaknya, tetapi dia segera tahu saya sedang marah. Dia langsung meminta maaf, tetapi sudah terlambat.
Keesokkan harinya, putri saya dengan manja membangunkan saya, setelah beberapa kali memanggil saya, melihat saya tidak bereaksi . Akhirnya dia menyerah, berjalan ke tempat bus umum berangkat ke sekolah. Dengan demikian saya dapat beristirahat beberapa lama, saya tidak usah mengantarnya. Setelah dia naik ke kelas 3 SMP menjelang ujian, saya mulai mengantarnya lagi. Dia sangat berterima kasih, tidak pernah lagi sembarangan marah lagi.
Kiat yang sama juga saya pergunakan terhadap putra saya. Sekolahnya agak jauh, saya membiarkannya naik bus sekolah. Pada suatu hari dia terlambat bangun, bus sekolah meninggalkannya, dia berjalan 15 menit pulang ke rumah, memohon saya mengantarnya. Saya menyuruhnya naik bus umum dengan uang sakunya.
Dengan wajah cemberut dia berkata, "Saya akan terlambat jika naik bus umum, akan ditegur dan mendapat hukuman dari guru."
"Jika memang demikian, tidak apa-apa sekali-kali dihukum oleh guru," jawab Saya dengan tenang dan serius.
Mulai saat itu, dia menyadari bahwa dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri, jika memang tidak dapat diselesaikannya sendiri dia baru meminta bantuan saya, maka saya akan membantunya.
Terhadap permintaan anak, saya harus mengkajinya terlebih dahulu, tidak setiap permintaan saya kabulkan, saya mengajarkan kepada mereka rasa tanggung jawab, cara menghormati dan menghargai cinta dan jerih payah orang lain. [Lily Kwok / Denpasar] Sumber: Erabaru