Pada suatu hari seorang pendeta Tao dari gunung Lu datang ke kota Jiujiang, di rumah seorang penduduk yang bernama Lei Tao menempelkan sehelai kertas, diatas kertas tertulis : "Jika ingin memusnahkan siluman buaya, maka harus melatih kungfu sampai bisa melayang dan menghilang dalam sekejab. Rahasianya terletak di tetesan air yang bisa menembus batu.
Lei Tao memegang kertas ini merenung sampai lama, melayang dan menghilang dalam sekejab, kenapa harus melayang dan menghilang dalam sekejab? Tetesan air menembus batu apa arti kalimat ini?
Pada saat ini, Lei Tao tiba-tiba melihat sebuah dahan pohon liu tertiup oleh angin daun-daunnya berterbangan, di bumbungan atap rumahnya yang terbuat dari batu ada air yang menetes, dan tetesan air tersebut membuat batu tersebut menjadi sebuah lubang genangan air, dia segera sadar. Bahwa hanya dapat memanah batang dan daun pohon liu yang tenang, bukan ketrampilan yang tertinggi, tetapi jika dapat memanah dan mengena ke sasaran semua dahan dan daun-daun pohon liu yang tertiup angin kencang.
Menyaksikan hal tersebut, maka itu melupakan ilmu dan ketrampilan memanah yang tak terkalahkan. Sedangkan untuk dapat melatih sampai demikian terampil harus seperti tetesan air yang menembus batu, harus percaya diri, harus gigih, mempunyai keyakinan dan ketekunan; hal tersebut baru bisa berhasil. Maka mulai saat itu Lei Tao siang malam dengan rajin dan tekun berlatih memanah.
Setelah puluhan tahun berlalu, akhirnya Lei Tao dapat berlatih memanah dengan kecepatan yang seperti melayang dan menghilang. Ketrampilan yang tak terkalahkan dan akhirnya dia bisa memusnahkan siluman buaya. Sedangkan batu di atas atap rumahnya menjadi lambang yang menginspirasi orang harus bekerja keras, tekun dan gigih. [Merry Huang / Menado]