KEHIDUPAN | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Kamis, 26 April 2012

SURGA DAN NERAKA

Kehidupan nyata dan masyarakat adalah tidak sempurna, keduanya memiliki kekurangan. Kekurangan membuat orang menderita, juga membuat orang mendambakan kesempurnaan dan keindahan. Apakah surga itu? Surga adalah dunia yang indah dan sempurna.

Sebuah cerita tentang surga dan neraka pada relief di Angkor Wat Thailand.

Surga yang didambakan oleh manusia ada 2 macam, pertama ialah surga dunia, lainnya ialah dunia kerajaan langit. Yang pertama merujuk pada masyarakat ideal di dunia, yang disebut belakangan ialah dunia yang jauh melampaui dunia manusia dimana Sang Pencipta bersemayam.

Dunia fana adalah tempat tinggal manusia, sedangkan kerajaan langit adalah dunia para malaikat dan Sang Pencipta. Manusia begitu memasuki dunia kerajaan langit, berarti orang tersebut telah berhasil berubah menjadi makhluk surgawi.   

Maka sesungguhnya bisakah seorang manusia menjadi makhluk surgawi? Banyak orang tidak mempercayai akan kemungkinan ini, namun terdapat cukup banyak juga orang yang mempercayainya, bahkan rela mengorbankan jiwanya untuk hal tersebut. Beberapa ribu tahun ini, di dalam berbagai agama tercatat aneka kejadian tentang tercapainya kesempurnaan, semuanya dapat membuktikan tentang kemungkinan ini.

Prinsip dunia kerajaan surga adalah terbalik apabila dibandingkan dengan prinsip dunia manusia, hal yang dinilai benar oleh manusia, di mata Sang Pencipta bisa saja salah, segala hal yang dikejar oleh manusia dipandang tidak berarti oleh Dewata. Oleh karena itu, hendak memasuki dunia kerajaan langit maka harus dengan tuntas mengubah pandangan hidup ala manusia, melepas segenap hal yang dianggap penting dan dikejar oleh manusia, dibicarakan dengan menggunakan konsep kebudayaan timur, itulah yang dinamakan kultivasi (Xiulian, menempa diri untuk memperoleh pencerahan hidup).

Sejatinya, hendak melalui kultivasi mencapai dunia kerajaan surga bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan. Selain tidak mudah, bahkan masih harus mengalami berbagai ujian yang sulit dibayangkan, harus mencicipi penderitaan yang bagaikan menusuk kalbu dan mengerok tulang.

Namun kultivasi sama sekali dan juga mutlak tidak mungkin menimbulkan pengaruh negatif bagi manusia dan masyarakat, karena hal yang dianggap penting oleh semua orang tetapi tidak penting bagi kaum kultivator, segala hal yang dikejar oleh manusia, tidak dikejar oleh semua kultivator, bagaimana mungkin kultivasi bisa mempengaruhi dan menghambat orang lain dan masyarakat?

Selain tidak bakal berpengaruh dan menghambat, malahan hanya akan bermanfaat bagi orang lain dan masyarakat, karena proses kultivasi secara keseluruhan diawali dengan menjadi orang baik, ada proses pelepasan hati keterikatan secara terus menerus, suatu proses yang tak henti-hentinya menuju kebajikan.

Berbeda dengan dunia kerajaan surga, surga dunia bukan di atas dunia manusia melainkan di dalam dunia manusia. Berangkat dari titik tolak ini mendirikan surga dunia seolah-olah lebih mudah, namun sebetulnya tidak. Bagi seseorang yang bertuhan, manusia boleh saja menggambarkan surga dunia, boleh saja mendambakannya, juga boleh mendekatinya, tetapi manusia selamanya tidak mungkin mendirikan dan merealisasikannya di dunia fana ini. Bagi manusia, dunia ideal yang mutlak indah dan sempurna hanyalah sebuah utopia (dunia impian).

Alasan melakukan kesimpulan ini ialah, baik secara individu maupun secara berkelompok, segala hal di dalam dunia, semuanya diputuskan oleh Sang Pencipta berdasarkan besar kecilnya karma baik dan karma buruk (bahasa Sansekerta, karma ialah hasil perbuatan).

Karma baik (selanjutnya disebut: berkah) mendatangkan rejeki, karma buruk (selanjutnya disebut: karma) mendatangkan kemalangan. Berkah besar, banyak rejeki; berkah kecil maka rejekinya kecil pula. Demikian pula, karma besar, maka kemalangannya besar. Karma sedikit, maka kemalangannya juga sedikit.

Manusia bereinkarnasi di dalam enam jalur samsara, diatur oleh konsep manusia, dan manusia tidak mungkin tidak berbuat dosa, perbedaannya selalu terletak pada besar-kecil dan banyak sedikitnya saja. Oleh karenanya, setiap manusia pasti memiliki penderitaan dan kesulitan, masyarakat umat manusia juga tidak luput dari dalil ini.

Dunia yang mutlak serba indah dan sempurna tidak mungkin diturunkan ke dunia manusia, ia hanya bisa eksis di ruang dimana Sang Pencipta berada, karena Sang Pencipta memiliki tingkat moralitas ultra jauh di atas manusia, ia murni bersih tak tercela, selamanya tak akan berbuat dosa.

Ditilik dari sudut pandang lainnya, karakter manusia ada yang baik ada yang buruk, dan baik-buruk ini dibawa semenjak lahir. Meskipun kuantitas mereka bisa berubah, namun tidak dapat hilang dengan tuntas - bagaimanapun, kebaikan maupun keburukan, semuanya demikian halnya.  

Kebajikan di dalam karakter manusia mendorong manusia di dalam dunia fana mendambakan dan mengejar dunia idealnya sendiri, tetapi ketika mereka mengharapkan dan mengejar dunia yang satu ini, di dalam badan mereka, sedikit banyak tak dapat dihindari serta merta membawa bagian buruk yang ditolak dan saling berkontradiksi dengan dunia ideal yang mereka kejar dan dambakan. Hal ini membuat dunia ideal yang mereka kejar dan dambakan pasti terdegradasi, sehingga telah pula ditakdirkan meskipun mereka barangkali telah dapat mendekati tanah emas impian sendiri, namun untuk selamanya mustahil tiba di dunia nun jauh tersebut.

Semenjak terdapat peradaban, bangsa dan negara yang berbeda, era yang berbeda, selalu saja terdapat orang yang berkhayal mendirikan surga di dunia, namun dunia ideal manakah yang telah berhasil menjadi kenyataan?

Selain tidak terealisir, dunia yang kita tempati ini saja malah seiring dengan pergerakan waktu dan kemajuan teknologi berubah semakin lama semakin amburadul, semakin lama semakin menjauh dari karakter alam semesta: Sejati-Baik-Sabar.  Ini dari satu sisi juga telah membuktikan karakteristik mendasar dari utopia surga dunia.  

Tuntutan surga dunia oleh umat manusia selain tidak pernah ada contoh yang berhasil, selain itu pernah pada tahapan sejarah tertentu membawa bencana yang bersifat memusnahkan bagi peradaban manusia sendiri, selama jangka waktu tertentu telah menimbulkan kesewenang-wenangan oleh kejahatan, revolusi komunisme adalah ciri khas dalam bidang ini.  

Masyarakat komunisme yang dilukiskan oleh Marx dan Engels tak pelak lagi adalah semacam perwakilan dari surga dunia, ia seperti dunia idealisme yang pernah dilukiskan oleh pelaku-pelaku sejarah, memiliki karakteristik mutlak indah dan sempurna.

Meminjam kata-kata yang dikatakan sendiri oleh mereka berdua, bahwa masyarakat komunisme adalah sebuah masyarakat yang tidak ada penghisapan, tidak ada penindasan, terjadi kesetaraan sepenuhnya antar manusia, setiap orang memberikan yang terbaik darinya dan menerima sesuai apa yang dibutuhkan. Selain itu, perkembangan kebebasan individu adalah premis bagi perkembangan kebebasan semua orang. Dunia yang begitu indahnya, siapa yang tidak mendambakannya?

Mari kita saling memperbandingkan dunia idealisme tersebut dengan masyarakat nyata ini. Yang disebut belakangan tentu saja adalah sebuah kegelapan, karena masyarakat nyata selamanya adalah sebuah dunia yang eksis dengan berbagai cacat dan kejahatan termasuk penghisapan dan penindasan di dalamnya.

Akan tetapi, ketika kaum komunis di bawah panggilan idealismenya, sesudah akhirnya dengan sukses menggulingkan "masyarakat lama yang gelap", ternyata dengan terperangah orang-orang menemukan bahwa "masyarakat baru yang cemerlang" yang mereka hadapi adalah sebuah dunia yang memiliki lebih banyak cacat dan kejahatan daripada "masyarakat lama".

Penghisapan dan penindasan selain tidak dimusnahkan, malahan bertambah hebat; beraneka ragam ketidakadilan selain tidak termusnahkan malah menjadi lebih parah. Kebebasan rakyat selain tidak diperluas, malahan telah hilang tuntas.

Marx dan Engels pada penutupan "Manifesto Komunis" mengatakan, "Biarkan kelas penguasa menggigil di depan revolusi komunisme. Kaum proletariat di dalam revolusi ini yang terlepas hanyalah rantai. Namun yang bakal mereka peroleh adalah segenap dunia."

Realitanya, yang menggigil di depan revolusi komunisme bukan hanya kelas penguasa saja, melainkan termasuk berbagai kelas dari kelas yang  mereka kuasai. Yang kehilangan rantai borgol dan yang memperoleh segenap dunia bukannya kaum proletar, melainkan hanyalah orang komunis.

Secara tak berlebihan bisa dikatakan, dari negeri Uni Soviet sebagai negara pertama yang didirikan oleh kaum komunis (dan kini sudah tiada), hingga hari ini negara komunis yang masih saja hidup segan mati tak mau adalah RRT, Korea Utara, Vietnam dan lain-lain, hampir satu abad lamanya yang dibawa oleh komunisme bukan turunnya surga dunia melainkan adalah sebuah bencana yang tak terhingga yang taraf kekejamannya bahkan lebih parah bila dibandingkan dengan fasisme.

Realita membuktikan, hasil akhir  revolusi komunisme dengan target yang mereka publikasikan secara terbuka, selain tidak mirip sama sekali, bahkan total bertolak belakang, ia berkoar hendak membebaskan seluruh umat manusia, pada kenyataannya malah memperbudak orang. Ia menjanjikan hendak membawa orang-orang memasuki dunia idealisme yang indah, akhirnya malah menyeret orang-orang memasuki neraka dunia dimana kejahatan merajalela. Kontradiksi ekstrim antara teori dan praktek semacam ini membuat komunisme dipenuhi sifat absurditas.

Penyebab pokok yang menimbulkan absurditas ini terletak pada revolusi komunisme itu sendiri (atau dikatakan jalan menuju surga komunisme) dan dua ciri utama yang terbawa semenjak kelahirannya yaitu:

Kesatu, ia dengan tuntas mengaduk-aduk nilai universal umat manusia, telah menginjak-injak bottom line peradaban manusia.

Kedua, ia selalu menggunakan kekerasan sebagai senjata, gemar membunuh dan hobi pertumpahan darah.

Seperti diketahui, masyarakat umat manusia terbentuk oleh suku bangsa dan negara yang berbeda, para negara dan bangsa ini juga mempunyai struktur masyarakat dan sistem peradabannya sendiri, sistem dan struktur ini dari zaman kuno hingga zaman kini masih sedang berubah.

Tetapi tak peduli perbedaan dan perubahan mereka ada seberapa besar, masyarakat umat manusia membutuhkan eksis, kesinambungan dan perkembangan, pasti harus menyediakan sejumlah prasyarat, salah satunya ialah orang-orang dengan latar belakang suku bangsa dan negara berbeda, sistem masyarakat dan struktur peradaban berbeda harus secara bersama-sama mentaati standar dan norma tersebut, yang juga disebut sebagai nilai universal, atau yang dikatakan hal-hal yang secara bersama-sama memiliki standar baik-buruk.

Misalnya, menghormati Tuhan, langit dan bumi, tidak dikarenakan nafsu pribadi lantas membunuh, tidak mencuri dan merampok, tidak berdusta, yang diri sendiri tidak berkenan jangan diperlakukan kepada orang lain, dan lain sebagainya.

Standar dan norma-norma itu adalah semacam batasan dan ikatan yang dibutuhkan bagi kehendak seseorang, mereka telah membentuk bottom line peradaban umat manusia, dengan lain kata adalah perwujudan kehendak Tuhan, juga adalah kebutuhan mendasar  karakter manusia.

Dilihat dari sejarah, nilai universal masyarakat umat manusia adalah ketika peradaban umat manusia cenderung menuju kematangan, ditentukan oleh orang arif bijaksana dari berbagai bangsa dan diwariskan generasi demi generasi.  Tak peduli zaman dan negara apapun, nilai universal begitu mengalami  pengrusakan, akan terjadi metamorfosa dan kekacauan di dalam masyarakat itu, bahkan menuju kehancuran.

Namun, dilihat dari sudut pandang seorang komunis, segala nilai universal hanyalah borgol usang yang membelenggu kaki dan tangan revolusi, sedangkan menggunakan kekerasan menghancurkan dengan tuntas borgol itu adalah perwujudan komunisme, pembebasan seluruh umat manusia dan memimpin umat manusia memasuki jalan yang harus dilalui untuk memasuki kerajaan idealis.

Pendek kata, di dalam kamus komunisme, baik itu revolusi, ataupun pemberontakan, tidak saja berarti penggunaan kekerasan untuk mengobrak-abrik segala tatanan masyarakat yang telah eksis, bersamaan itu juga berarti menggunakan kekerasan memusnahkan segala hasil peradaban yang termasuk di dalamnya norma dan nilai-nilai universal.

Ditilik dari sudut pandang ini, revolusi komunisme sesungguhnya adalah sebuah revolusi yang dari awal hing-ga akhir memusuhi dan  menginjak-injak nilai-nilai universal. Sebuah ajang yang disebut revolusi dengan wajah bengis, pasti menghancurkan landasan dimana masyarakat umat manusia bisa eksis, berkesinambungan dan berkembang, di bawah nama idealisme telah membesarkan dan menebar serta menghamburkan kejahatan ke dalam karakter manusia.

Coba Anda pikirkan, di bawah kondisi semacam ini, bagaimana mungkin masyarakat dapat berubah semakin lama semakin indah, dan pada akhirnya memasuki kerajaan idealis? Hanya bisa semakin lama semakin gelap, semakin lama semakin jahat, dan pada akhirnya diseret ke neraka dunia.

Melalui kekerasan menghancurkan peradaban tradisional dan nilai universal, selain tidak mungkin membawa umat manusia memasuki surga, bahkan dapat dipastikan bakal tertimpa musibah atas negara dan rakyatnya, membawa bencana yang tak terhingga bagi umat manusia. Ini adalah hikmah yang tak terlupakan dari gerakan komunisme yang sudah berlangsung 1 abad lebih lamanya yang diwariskan kepada kita.  

Yang bisa dituju Revolusi komunisme hanyalah neraka, mutlak tak mungkin adalah surga.

Surga sesungguhnya jauh di atas sana, ia hanya eksis di ruang lebih tinggi dan melampaui manusia biasa, yaitu dunia tempat tinggal para dewata dan sang Pencipta. Jalan yang dipakai hanya ada satu, yakni kultivasi.

Semoga semua orang yang baik hati, bisa semakin awal tersadar dari dalam mimpi buruk komunisme; semoga pula semua orang yang berjodoh, pada bisa berkultivasi semakin dini, untuk menapaki surga yang sejati! [Betty Oei / Pekanbaru]

* Sumber: Google Search Engine

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA