Nenek itu mengajarkan sebuah pelajaran yang sangat berharga. Dia mengajarkan kepada saya cara memaafkan dan toleransi kepada orang lain. Mengingat hal tersebut seperti baru kemarin terjadi.
Pada suatu akhir minggu, saya bersama dengan teman saya berada di tempat tersembunyi, di belakang beranda rumah nenek tua ini kami melempar batu ke beranda belakang rumahnya. Saat itu kami ingin membuat percobaan bagaimana jika batu yang kami lempar melewati atap rumah, lalu seperti sebuah meteor jatuh di beranda belakang rumah.
Saya menemukan sebuah batu yang licin dan melemparnya melewati atap rumah. Tetapi karena batu terlalu licin, dia terlepas dari tangan saya, terbang ke jendela kaca rumah nenek tua. Suara nyaring kaca yang pecah oleh batu itu terdengar sangat keras, kami bergegas lari, kecepatannya seperti melebihi kecepatan lemparan batu itu tadi.
Malam harinya, saya sangat ketakutan, takut ditangkap oleh nenek tua tersebut. Setelah beberapa hari berlalu, saya memastikan tidak adayang mengetahui perbuatan saya, tetapi dalam hati saya tetap merasa bersalah.
Setiap kali saya mengantarkan koran, nenek itu tetap tersenyum dengan lembut dan menyapa saya, tetapi saya sendiri tidak dapat seperti dahulu lagi menghadapinya, saya tidak berani memandang langsung ke matanya, merasa kikuk di hadapannya.
Saya memutuskan akan menabung uang upah mengantar koran. Setelah 3 minggu, saya mempunyai uang sebanyak 7 dollar, saya memperhitungkan uang tersebut cukup membayar kerugian kaca jendela yang pecah tersebut.
Lalu saya memasukkan uang tersebut ke dalam amplop dan menulis sebuah memo menyatakan saya sangat menyesal memecahkan kaca jendalanya, saya berharap uang ini cukup untuk mengganti kaca jendela yang pecah.
Saya menunggu sampai hari gelap, lalu pergi ke rumah nenek tersebut dan menyelipkan amplop tersebut dipintu rumahnya. Saya merasa seperti jiwa saya telah tertolong, sepertinya sudah merasa bebas lagi, saya tidak usah menghindari pandangan mata nenek tua lagi.
Keesokkan harinya, ketika saya mengantar koran kepadanya, saya membalas senyuman lembutnya dengan senyum lepas. Dia berterima kasih kepada saya karena telah mengantar koran kepadanya sambil berkata, "Saya akan memberikan bingkisan ini kepadamu."
Setelah membuka bingkisan yang diberikan nenek itu, rupanya sebungkus biskuit. Setelah mengucapkan terima kasih saya berlalu dari sana. Sambil mengantar koran, saya memakan biskuit tersebut.
Setelah memakan beberapa potong, saya menyadari di dalam bungkusan biskuit ada sebuah amplop, saya mengeluarkan amplop tersebut dan membukanya, saya langsung terbengong. Di dalamnya ada uang 7 dollar serta sebuah memo, di memo tersebut tertulis, "Saya bangga kepadamu." [Anastasia Kang / Dumai]
* Sumber: Google Search Engine