Setelah merasa penat karena kesibukan, saya beranjak dari kursi dan berjalan menuju ke kamar mandi, mau melihat kesibukan suami sampai dimana. Saat mata tak melihat hati masih bisa merasa tenang, begitu melihat kekacauan alat-alat yang telah dipindahkan dari posisi semula dan kabel-kabel yang berserakan dalam kamar mandi, hati merasa sangat jengkel. Karena itu, saya mulai mengeluh tidak seharusnya alat-alat itu digeser dari tempatnya, menyalahkan tidak seharusnya mencari masalah sendiri, menyalahkan peralatan yang semula bersih dan rapi sekarang kacau semua, menyalahkan ini dan itu…
Suami saya tertawa, dia hanya mendorong saya supaya keluar dari kamar mandi, dan berkata agar saya menunggu dia selesai, baru masuk untuk melihat. Sesungguhnya saya juga malas untuk melihat, maka saya kembali lagi ke ruang baca. Kira-kira dua puluhan menit kemudian, suami saya memanggil untuk melihat. Ternyata benar, sama seperti apa yang dia katakan, kamar mandi itu sudah kembali seperti keadaan semula yang membuat orang merasa enak dipandang.
Saya membuka kran air, merasakan lebih sesuai jika dibandingkan dari posisinya yang semula. Masih ada beberapa pajangan setelah posisi dari pajangan itu diganti, serasa ruangan kamar mandi menjadi lebih luas.
Seperti apa yang telah dikatakan oleh suami saya, walaupun dalam prosesnya terlihat agak kacau, tetapi hal kekacauan ini hanya berada dalam mata orang yang tidak mengerjakan hal itu, suami saya sendiri yang mengerjakan dia mengontrol situasinya, dan akhir dari kekacauan itu akan menjadi bersih dan rapi yang tidak bisa disamakan dengan sebelumnya.
Saya setuju dengan mengangguk-anggukkan kepala. Ini merupakan suatu kesalahan yang mudah kita langgar, menjadikan ketidak selarasan hati sesaat atau kegagalan sebagai rintangan yang tidak bisa dilewati, sebenarnya didalam proses apapun bisa terjadi, asalkan kita bisa mempertahankan berusaha keras diarah yang menuju keberhasilan, hal tersebut sudah cukup.
Sebuah proses selamanya tidak sama dengan hasil, maka dari itu tidak perlu takut akan pengorbanan lebih besar, kesengsaraan lebih banyak, asalkan kita selalu mencamkan dalam hati keindahan dari hasil. [Lenna Wang / Samarinda]