Konon pada zaman Dinasti Qing, ada saudara kembar laki-laki yang tinggal di Yuzhang yang kini bagian dari Provinsi Jiangxi, China. Mereka tidak hanya berwajah serupa, perilaku mereka juga sama.
Bahkan orang tua mereka tidak bisa membedakan diantara mereka. Orang tua mereka memberikan nama setelah mereka mulai berbicara.
Di sekolah pemahaman mereka terhadap teks dan tulisan juga sama. Menginjak usia 20, mereka menjadi siswa dari sebuah akademi pengadilan.
Setelah mereka dewasa, mereka berdua menikah. Orang tua khawatir bahwa istri mereka akan mengalami kesulitan membedakan mereka, sehingga mereka mengajar menantu perempuan mereka untuk membedakan berdasarkan perbedaan pakaian. Setahun kemudian, istri saudara kembar itu masing-masing melahirkan seorang putra.
Ketika si kembar berumur 31, mereka mengikuti ujian provinsi. Selama masa ujian, seorang janda muda yang cantik tinggal di rumah sebelah di mana si kembar tinggal. Setelah beberapa saat, dia mencoba merayu sang kakak. Tapi kakaknya menolak dengan tegas.
Kakak dari saudara kembar ini khawatir bahwa wanita ini akan menggoda adiknya, sehingga ia menceritakan kepada adiknya apa yang perempuan itu lakukan dan menasihatinya, "Wajah kita persis sama. Dia merayu saya. Dia kemungkinan besar akan mencoba untuk merayumu juga. Kamu jangan sempai tergoda padanya dan kehilangan De (kebajikan) kamu," katanya. Mendengar perkataan itu adiknya mengiyakan nasehat kakaknya.
Janda itu tidak tahu bahwa pemuda itu adalah saudara kembar dan mereka tampak persis sama. Dia berpikir pemuda itu hanya satu, jadi dia mencoba merayu lagi. Adiknya jatuh dan berzinah dengannya. Setelah beberapa saat, adiknya mengatakan kepada perempuan itu, "Jika saya sukses dalam ujian kekaisaran, saya akan menikahimu."
Ternyata, kakaknya berhasil, dan adiknya gagal. Jadi adiknya menipu lagi, dengan mengatakan, "Tahun ini, meskipun saya berhasil, saya masih perlu untuk mengikuti ujian musim semi. Setelah itu, saya akan menikah dan anda akan memiliki kehidupan yang kaya dan bahagia." Lalu ia mengatakan kepada janda itu bahwa ia telah kehabisan uang untuk mempersiapkan ujian.
Janda itu benar-benar percaya padanya dan memberinya seluruh simpanannya untuk membantunya. Musim semi berikutnya, kakaknya berhasil lagi. Wanita itu berpikir adalah sang adik yang melakukan dengan baik, dan ia menantikan untuk dinikahi. Namun, dia tidak pernah mendengar dari adiknya lagi, dan ia menjadi sakit. Kemudian ia menulis surat untuk mengungkapkan sakit hatinya. Tidak lama kemudian dia meninggal karena depresi.
Surat janda itu akhirnya jatuh ke tangan sang kakak. Kakak sangat terkejut setelah menyadari apa yang telah terjadi. Dia menanyakan adiknya tentang perbuatannya dan merasa sangat kecewa. Adiknya tidak dapat berkata apa-apa.
Tahun berikutnya, putra sang adik meninggal tiba-tiba. Adik pun demikian sedih sehingga terus menangis. Dia kehilangan penglihatannya karena hal itu dan tidak lama kemudian juga meninggal merana. [Anna Tjia / Jakarta]
Bahkan orang tua mereka tidak bisa membedakan diantara mereka. Orang tua mereka memberikan nama setelah mereka mulai berbicara.
Di sekolah pemahaman mereka terhadap teks dan tulisan juga sama. Menginjak usia 20, mereka menjadi siswa dari sebuah akademi pengadilan.
Setelah mereka dewasa, mereka berdua menikah. Orang tua khawatir bahwa istri mereka akan mengalami kesulitan membedakan mereka, sehingga mereka mengajar menantu perempuan mereka untuk membedakan berdasarkan perbedaan pakaian. Setahun kemudian, istri saudara kembar itu masing-masing melahirkan seorang putra.
Ketika si kembar berumur 31, mereka mengikuti ujian provinsi. Selama masa ujian, seorang janda muda yang cantik tinggal di rumah sebelah di mana si kembar tinggal. Setelah beberapa saat, dia mencoba merayu sang kakak. Tapi kakaknya menolak dengan tegas.
Kakak dari saudara kembar ini khawatir bahwa wanita ini akan menggoda adiknya, sehingga ia menceritakan kepada adiknya apa yang perempuan itu lakukan dan menasihatinya, "Wajah kita persis sama. Dia merayu saya. Dia kemungkinan besar akan mencoba untuk merayumu juga. Kamu jangan sempai tergoda padanya dan kehilangan De (kebajikan) kamu," katanya. Mendengar perkataan itu adiknya mengiyakan nasehat kakaknya.
Janda itu tidak tahu bahwa pemuda itu adalah saudara kembar dan mereka tampak persis sama. Dia berpikir pemuda itu hanya satu, jadi dia mencoba merayu lagi. Adiknya jatuh dan berzinah dengannya. Setelah beberapa saat, adiknya mengatakan kepada perempuan itu, "Jika saya sukses dalam ujian kekaisaran, saya akan menikahimu."
Ternyata, kakaknya berhasil, dan adiknya gagal. Jadi adiknya menipu lagi, dengan mengatakan, "Tahun ini, meskipun saya berhasil, saya masih perlu untuk mengikuti ujian musim semi. Setelah itu, saya akan menikah dan anda akan memiliki kehidupan yang kaya dan bahagia." Lalu ia mengatakan kepada janda itu bahwa ia telah kehabisan uang untuk mempersiapkan ujian.
Janda itu benar-benar percaya padanya dan memberinya seluruh simpanannya untuk membantunya. Musim semi berikutnya, kakaknya berhasil lagi. Wanita itu berpikir adalah sang adik yang melakukan dengan baik, dan ia menantikan untuk dinikahi. Namun, dia tidak pernah mendengar dari adiknya lagi, dan ia menjadi sakit. Kemudian ia menulis surat untuk mengungkapkan sakit hatinya. Tidak lama kemudian dia meninggal karena depresi.
Surat janda itu akhirnya jatuh ke tangan sang kakak. Kakak sangat terkejut setelah menyadari apa yang telah terjadi. Dia menanyakan adiknya tentang perbuatannya dan merasa sangat kecewa. Adiknya tidak dapat berkata apa-apa.
Tahun berikutnya, putra sang adik meninggal tiba-tiba. Adik pun demikian sedih sehingga terus menangis. Dia kehilangan penglihatannya karena hal itu dan tidak lama kemudian juga meninggal merana. [Anna Tjia / Jakarta]