Prajurit penjaga gerbang berkata, "Obat hidup abadi."
Pelayan istana bertanya lagi, "Apakah dapat dimakan?"
Prajurit penjaga gerbang menjawab, "Tentu dapat dimakan."
Setelah mendengar jawaban itu pelayan istana yang tidak percaya itu mengambil obat itu dari tangan prajurit penjaga gerbang langsung memakannya.
Setelah raja Zhu mengetahui kejadian ini menjadi sangat marah, memerintahkan prajuritnya menangkap pelayan istana ini, akan memenggal kepalanya, sedangkan pelayan ini dengan tenang berkata kepada raja Zhu, "Paduka tenang dulu, silahkan mendengar penjelasan saya, saya menanyakan kepada prajurit pintu gerbang ini apakah obat ini bisa dimakan, prajurit penjaga pintu gerbang menjawab tentu bisa dimakan, oleh sebab itu saya memakannya untuk mengujinya sebelum diberikan kepada paduka."
"Dapat dikatakan lagi, jika obat itu adalah benar obat hidup abadi, maka paduka tidak boleh membunuh saya, jika tidak, setelah membunuh saya dan saya mati, maka obat itu palsu belaka dan hal ini akan tersebar ke seluruh penjuru dunia. Disini dapat dilihat, orang yang mengantarkan obat mati ini sebagai obat hidup abadi, paduka masih akan mempersiapkan hadiah untuknya, dapat dikatakan dia sebenarnya telah menipu paduka."
Paduka jika membunuh seorang pelayan rendah seperti saya dan saya mati karenanya, bukankah mengatakan kepada seluruh dunia bahwa paduka telah ditipu orang, Paduka adalah seorang raja yang bijaksana mana mungkin bisa ditipu orang, lebih bagus Paduka mengampuni dan melepaskan saya, dengan demikian maka masyarakat akan mengatakan Paduka adalah seorang raja yang bijaksana dan murah hati."
Raja Zhu setelah mendengar penjelasan dari pelayan ini, merasa masuk akal, lalu membebaskan pelayan ini.
Sebenarnya pelayan ini dapat hidup, bukan karena keajaiban dari obat hidup abadi, tetapi karena mengandalkan kebijakan dan kecerdikan pelayan ini sendiri, dia dengan logika menyingkapkan kebohongan dari obat hidup abadi, yang tidak mungkin ada.
Cerita ini menceritakan kepada kita, hanya dengan otak yang jernih dan kecerdasan, "orang kecil" juga tidak perlu takut kepada kekuasaan dan kekerasan, akan berhasil dalam proses menegakkan keadilan. [Jelia Lin / Kupang]