Hati Ayah dan Ibu sangat gembira mendengar sekolah sebentar lagi menyelenggarakan acara Menjadi Dewasa. Ayah memutuskan untuk menulis surat kepada ananda, mengutarakan perasaan Ayah.
Ketika Ayah mulai memegang batang pena untuk menulis, mendadak merasakan jari-jari tangan terasa kaku sekali, sesaat itu ternyata tidak tahu harus menulis apa, yang Ayah tahu dengan jelas bahwa ananda telah tumbuh dewasa, akan segera meninggalkan orangtua untuk mulai menapaki kehidupan barumu sendiri.
Tak terasa air mata Ayah menggenang di pelupuk mata, muncul pemandangan saat Ayah melihatmu lahir ke dunia, suara jerit tangismu yang keras sepertinya jelas terngiang di telinga Ayah, telah tertanam sangat mendalam dalam ingatan Ayah. Seolah seperti memberitahu bahwa Ayah telah menjadi seorang Ayah.
Sebentar lagi akan ananda akan merayakan Menjadi Dewasa, membuat Ayah merasa sudah semakin tua. Sudah sulit melindungimu dengan sepasang lengan yang makin melemah ini. Ayah berharap dirimu bisa seperti seekor elang yang gagah berani terbang ke angkasa, jangan seperti seekor burung murai kecil yang ada di rumah kita. Semoga Tuhan selalu melindungimu.
18 tahun....ya tak terasa sudah 18 tahun begitu saja terlewatkan. Selama ini, banyak sekali hal-hal yang menggembirakan dan banyak pula hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan, perjalanan hidup ini sangat-sangat tidak mudah! Begitu ananda lahir, kakek dan nenek sudah menjaga disampingmu setiap hari, membesarkanmu dari sesuap bubur dan air susu, boleh dikatakan telah menanggung berbagai macam kesukaran.
Ketika ananda mulai menuntut ilmu, ada berapa banyak guru yang telah mencurahkan perhatiannya bagaikan orang tua. Demi ananda bisa menguasai lebih banyak ilmu pengetahuan, mereka tidak mengenal lelah. Juga boleh dikatakan mereka berhati-hati dan bersungguh-sungguh.
Namun yang paling patut dibicarakan disini adalah Ibumu, masih bisakah ananda mengingat wajah ibumu belasan tahun yang lalu? Di dalam hati ayahmu, ibumu itu seorang bidadari yang tercantik, pandai, ceria dan menawan hati. Sejak ananda mulai bersekolah, Ibumu mencurahkan segenap perhatiannya untuk mendidik ananda. Sebelumnya, perilakumu terkadang tidak sopan, nakal, suka bermain, malas tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah, nilai raport tidak bagus. Demi hal-hal ini, ibumu menjadi khawatir, makan tidak bisa enak dan tidur tidak bisa nyenyak.
Ketika ananda mendapatkan sedikit nilai bagus saja, Ibumu akan menjadi bergairah dan bangga berkata, "Anakku tersayang, hari ini kamu sudah tumbuh dewasa, mulai berubah menjadi berbudi, apalagi masalah belajar sudah ada kemajuan yang pesat, Ibu bangga padamu." Atas hal tersebut, ananda harus berterima kasih kepada jasa-jasa agung ibumu yang tanpa pamrih, lebih dari itu boleh dikatakan kasih ibumu yang mengguncangkan bumi dan mengharukan langit. Camkanlah baik-baik! Ananda selamanya harus selalu mempunyai perasaan bersyukur.
Memahami anak tidak lebih baik dari seorang ayah, karena di dalam tubuhmu mewarisi gen Ayah. Dalam keseharian mungkin ada tuntutan Ayah yang keras, ada sebagian Ayah juga tidak bisa melakukannya. Justru karena tidak bisa melakukannya, membuat Ayah banyak salah jalan dan melalui jalan berliku. Acapkali diantara kita bisa terjadi konflik dan timbul kemarahan karena hal-hal tersebut. Menuntut ananda dengan keras karena Ayah takut ananda mengulangi jalan salah yang pernah Ayah lalui.
Ayah ingin sekali menunjukkan pada ananda satu jalan pintas menuju kesuksesan yang Ayah tak bisa raih, karena Ayah bukan seorang Dewa, tidak tahu masa yang akan datang. Tuntutan-tuntutan keras yang ditujukan kepadamu, jika ananda masih mengingatnya maka gantilah tuntutan itu sebagai usulan, hanya sebagai bahan perbandingan untuk ananda. Perjalanan hidup harus dijalani sendiri, perjalanan ribuan kilometer dimulai dari langkah kaki, anakku engkau mengemban harapan yang mendalam dari beberapa generasi, beban berat dan perjalanan jauh, harap ananda camkan sekali lagi!
Lurus, berani, dan berbakti adalah perangaimu yang terbaik. Terburu nafsu, suka bermain adalah sifat malas ananda. Harus mengembangkan kelebihan, menanggulangi sifat malas. Manusia itu bukan orang suci, mana bisa tidak berbuat kesalahan, tahu salah dan bisa diubah, dengan berani menanggung segala tanggung jawab. Tak peduli kelak ananda bisa mendapatkan hasil yang bagaimana dalam menuntut ilmu dan pekerjaan, juga tidak peduli dalam situasi yang lancar atau situasi buruk, ananda harus menjadi anak lelaki yang teguh, bermurah hati, berbakti dan baik hati, camkanlah ini!
Terakhir, Ayah mendoakan ananda berhasil dalam ujian hidup, dan impianmu menjadi kenyataan. [Lie Cu / Jakarta]
--
Berita | Internasional | Budaya | Kehidupan | Kesehatan | Iptek | Kisah | Kontak
BACA DIBAWAH INI
Di bagian bawah artikel ini kedepan akan ditampikan iklan-iklan baris Maksimal 100 huruf dengan tarif Rp.5.000,- per artikel (Min.100 artikel) dan bagi yang berminat bisa kontak email: tionghoanews@yahoo.co.id