KEHIDUPAN | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Kamis, 04 Oktober 2012

BERANI MENGAKUI KESALAHAN DAN MEMINTA HUKUMAN

Lian Po (廉頗) adalah seorang prajurit yang terkenal dari Negara Zhao selama periode Negara Berperang. Dia sangat berani dalam pertempuran dan bijaksana.  

Karir politiknya maju dengan cepat berkat kepandaian dan kemahirannya dalam pertempuran sehingga dia memenangkan reputasi besar dan dikenal sebagai Empat Terbesar Jenderal di Negara-negara Berperang.

Lian Po juga seorang yang jujur ​​dan lugas dan mampu memperbaiki kesalahannya ketika ia menyadari kesalahannya pada Lin Xiang ru. Ini adalah sebuah kisah "Harmonis antara seorang Jenderal dan Menteri". Hal ini telah mendapatkan pujian semua orang dan telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Lin Xiangru (蔺相如) adalah seorang menteri negara Zhao. Ketika negara Qin berambisi ingin mendapatkan dan mengambil keuntungan besar dari negara Zhao, maka Raja Qin memaksa negara Zhao untuk membangun perdagangan dan menukar lima belas kota-kota negara Qin dengan batu giok pusaka langka negara Zhao yang tak ternilai harganya.

Di bawah perintah, Lin Xiangru akhirnya pergi ke negara Qin dengan membawa batu giok pusaka walaupun beresiko kehilangan hidupnya. Tetapi ia yakin akan mampu untuk membawa batu giok itu kembali. Pada akhirnya ia mampu meyakinkan Raja Qin untuk tidak berdagang dengan Zhao dan membawa kembali batu giok yang telah diambil oleh Qin, yang dikenal dalam sejarah sebagai "mengembalikan batu giok secara utuh ke Negara Zhao." 

Beberapa waktu kemudian, pada "Pertemuan Mianchi," Raja Qin telah menghina Raja Zhao. Lin Xiangru kemudian sekali lagi mempertaruhkan nyawanya dengan menggunakan kebijaksanaannya untuk mencegah hal itu terjadi, sehingga dia berhasil menyelamatkan wajah Raja Zhao.

Setelah kembali ke negara Zhao, maka atas jasanya itu Raja Zhao mengangkat Lin Xiangru sebagai pejabat Menteri senior yang peringkatnya bahkan lebih tinggi dari Senior Lian Jenderal Po. Banyak orang yang memberi selamat pada Lin atas pencapaiannya yang luar biasa, namun beberapa orang menaruh iri hati dan dengki padanya. Salah satunya adalah Jenderal Lian Po. Lian merasa kesal karena dirinya yang telah mempertaruhkan jiwa dan raga dalam pertempuran sejak muda hingga sekarang saja kedudukannya belum setinggi itu. 

Dia juga membandingkan dirinya dengan Lin Xiangru yang lahir dalam keluarga sederhana, bagaimana bisa Lin Xiangru ditempatkan lebih tinggi dalam peringkat tinggi hanya dalam waktu kurang dari satu dekade padahal dia hanya berdasarkan karena kemampuannya dalam berbicara ?

Lian Po merasa cukup tertekan dalam hatinya, dia bermaksud jika nanti ia bertemu dengan Lin Xiangru, ia akan memberinya pelajaran dan tidak menghormati dia. Tetapi setiap kali ia pergi ke pengadilan bahkan ia tidak pernah melihat Lin Xiangru sehingga membuatnya lebih marah lagi.

Akhirnya Lian Po secara terang-terangan menunjukkan sikap permusuhan terhadap Lin, bahkan ia sering menyerangnya dalam rapat-rapat kenegaraan. Orang-orangnya juga sering melakukan provokasi dan cari gara-gara pada Lin dan pengikutnya. Namun Lin tidak pernah meladeni provokasi itu. Terhadap harapan, ia tidak pernah melihat Lin Xiangru setiap kali ia pergi ke pengadilan, membuatnya bahkan lebih marah.

Setiap kali kereta yang ditumpanginya berpapasan dengan iring-iringan Lian Po, Lin akan memerintahkan kusirnya untuk mengambil jalan memutar demi menghindari Lian, ia juga menghimbau pada para staff maupun pelayannya agar sebisa mungkin tidak terlibat konfrontasi dengan Lian dan orang-orangnya.

Hal ini lama-lama menimbulkan rasa tidak puas di antara para pengikut Lin, sehingga mereka menganggap atasan mereka begitu pengecut padahal kedudukannya lebih tinggi dari jenderal Lian. Dalam suatu kesempatan, mereka pun menyampaikan protes ini pada Lin. 

Dengan tenang, Lin kemudian bertanya kepada mereka " Sebenarnya yang lebih kuat jenderal Lian Po atau Raja Qin ?." Para pengikutnya menjawab bahwa Raja Qin lebih kuat. Lin mengatakan, "Meskipun Raja Qin begitu kuat, tapi saya berani mengecam dirinya di depan umum dan mempermalukan menteri dan pejabatnya."

Meskipun saya tidak mampu di pertempuran, bukan berarti saya takut bertemu dengan Lian. Saya hanya berpikir bahwa Negara kuat seperti Qin tidak berani untuk menyerang Zhao karena ada Lian Po dan aku. Jika kita bertengkar satu sama lain, bukankah itu akan menjadi seperti pertarungan dua harimau dan keduanya akan sama-sama terluka parah bahkan mungkin salah satunya mati. 

Saat itulah serigala yang telah mengincar dari kejauhan akan memangsa anak-anak harimau yang tidak lagi terlindungi. Jika intel-intel Qin atau negara-negara lain mengendus kabar bahwa konflik internal di negara kita memanas mereka akan berusaha mengail di air keruh yang pada gilirannya akan membawa kehancuran bagi negeri kita, hal itu lah yang saya takuti bukannya Jenderal Lian dan orang-orangnya. 

Jadi begitu juga permasalahan yang terjadi antara saya dengan Jenderal Lian, Perseteruan Jenderal Lian dengan saya itu adalah masalah pribadi, sebagai seorang pejabat tidak sepantasnya mencampur adukkan urusan masalah pribadi dengan pemerintahan yang dapat membawa kekacauan pada negara.

Hal inilah yang membuat Aku selalu menghindari untuk bertemu dengan Lian Po, karena saya lebih menempatkan keselamatan Negara sebagai prioritas utama daripada konflik pribadi ?

Mendengar penjelasan itu, para bawahan Lin berdecak kagum akan kebijaksanaan dan jiwa besar atasan mereka. 

Cerita itu dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut hingga akhirnya terdengar oleh bawahan Lian yang menyampaikannya pada atasannya. Mendengar semua itu, arogansi dan kebencian Lian seketika berubah menjadi rasa malu. Lian pun memutuskan untuk minta maaf secara pribadi pada Lin Xiangru. Maka ia pun mendatangi kediaman Lin dengan bertelanjang dada dan mengikatkan ranting berduri pada punggungnya sebagai tanda penyesalan

Di depan gerbang rumah Lin, Lian Po menjatuhkan diri dan berlutut. Ketika Lin keluar menemuinya ia berkata, "Saya sangat menyesal atas sikap saya terhadap anda selama ini, saya hanyalah orang kasar yang cuma tahu berperang, wawasan saya sangat jauh di bawah anda sehingga berlaku kekanak-kanakan seperti itu. Mohon anda menghukum saya dengan ranting berduri yang saya bawa ini atas kelancangan saya!"

Namun Lin Xiangru yang berjiwa besar itu buru-buru menghampirinya dan menyuruhnya berdiri.
"Jenderal, anda orang yang terhormat, tidak perlu sampai seperti ini, semua hanyalah kesalah pahaman, tidak ada yang perlu dimaafan, kita sama-sama pejabat negara, bukankah seharusnya saling membantu demi negeri ini ?"

Sejak saat itu, semua konflik pribadi antara mereka menghilang dan dua menjadi teman seumur hidup. Lin Xiangru, seorang yang berwawasan luas sehingga mengingat kepentingan negara sebagai yang terpenting, tidak peduli tentang kerugian pribadi.

Ada sebuah peribahasa China yang berasal dari peristiwa ini mengatakan, "Memanggul ranting berduri meminta hukuman" (负荆请罪 fu jing qing zui), yang artinya berani mengakui kesalahan dan meminta hukuman pada pihak lawannya. [Ernawati H / Medan] Sumber: Kebajikan dalam kehidupan

PESAN KHUSUS

Silahkan kirim berita/artikel anda ke ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

MENU LINKS

http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA