KEHIDUPAN | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 24 September 2012

PERASAAN BELAS KASIH

Cinta dan benci semua mempunyai latar belakang perjodohan, yang sangat sulit untuk dijelaskan.

Acapkali ketika cinta kita yang sangat dalam bertepuk sebelah tangan, maka perasaan itu bisa berubah menjadi dendam yang tidak terlupakan seumur hidup. Adakah manusia yang bisa benar-benar menguak sebab musabab ini? Marilah kita melihat cerita tentang sakit hati yang disebabkan oleh Qing (baca: jing = perasaan hati) yang tertulis di bawah ini.

Sejak Sakyamuni (Sidharta Gautama) mencampakkan harta, kedudukan dan istrinya yang sangat cantik untuk pergi ke gunung guna mencari jalan pencerahan, istrinya yang belia akhirnya kehilangan masa-masa remaja, kecantikan dan kasih sayang.

Ketika Putra Mahkota Sidharta (Sakyamuni) yang berada di gunung itu menjadi kurus kering karena kelaparan, tuan putri yang hidup menyendiri dalam istana juga tidak mau makan dan minum, dan ketika Sakyamuni pingsan lalu disuap secawan susu oleh seorang gadis penggembala, maka istrinya yang hidup menyendiri itu juga memaksakan dirinya memakan sesuap nasi karena melihat putranya yang masih balita.

Ketika Sakyamuni duduk lama di bawah pohon Bodhi dan terbuka kesadarannya, dan ketika Sakyamuni melakukan penyelamatkan  makhluk hidup secara luas dan kewibawaannya dihormati oleh semua orang, istrinya yang kesepian itu juga semakin menyendiri, dan wajahnya menjadi tua.

Ketika itu, Sakyamuni pulang ke kampung halamannya, untuk menolong seluruh kehidupan yang berada dalam negerinya. Raja tua beserta anak dan cucu-cucunya memimpin rakyatnya menyambut keluar, hanya istrinya yang tetap duduk dalam istana. Murid Sakyamuni memberi laporan, "Dia tidak ingin bertemu dengan Anda." Sakyamuni berkata, "Kalau begitu baiklah, saya yang akan pergi mencari dia." 

Sakyamuni lalu naik ke lantai atas, menutup pintu, di dalam ruangan hanya tinggal dua orang yang duduk saling berhadapan. Istrinya bungkam seribu bahasa. Dalam kehidupan ini, masa remaja telah ia sia-siakan dan telah mengubahnya menjadi butiran-butiran kebencian, menembus ke seluruh jiwa dan raga.

Sakyamuni berkata dengan lirih, "Saya tahu Anda membenci saya. Tetapi coba Anda lihat..."
Sakyamuni lalu menggunakan telapak tangan menunjukkan kepada istrinya akan kehidupan mereka di masa lalu, memampangkan pertalian mereka di kehidupan lalu.

Masa lalu itu adalah ketika Budha Ran Deng sedang berkultivasi, Sakyamuni adalah seorang pelayan kecil, dengan ketakziman seluruh jiwa dan raga dia mempersembahkan sekuntum bunga lotus kepada Budha Ran Deng. Budha Ran Deng tersenyum dan menganggukkan kepala, "Anda ditakdirkan mendapatkan jalan kebenaran pada kehidupan yang akan datang."

Ketika itu datang seorang gadis kecil yang berlutut dihadapan Budha Ran Deng, "Oh Sang Budha, saya dengan bawaan sifat kebudhaan saya, memohon kepada Anda agar saya dan dia bisa bersama-sama terselamatkan di dalam kehidupan mendatang!"

Budha Ran Deng berkata, "Di kehidupan yang akan datang dia akan ditakdirkan untuk menyebarkan Fa (hukum alam semesta) ke segala penjuru dunia. Sedangkan Anda akan hidup sebatang kara sebagai pengorbanan, apakah Anda bersedia?"

"Saya bersedia!"
"Anda akan kehilangan masa remaja Anda untuk seumur hidup."

"Saya bersedia!"
"Paruh hidup Anda akan digerogoti terus oleh sakit hati yang disebabkan oleh Qing (perasaan), hingga dia datang untuk menyelamatkan Anda."
"Saya bersedia! Bersedia! Bersedia!"

Karenanya, barulah ada rasa sakit hati dalam sepanjang hidupnya itu.
Ketika saya berkultivasi, cobaan yang paling besar dalam kultivasi saya adalah Qing (perasaan), setiap saat ketika tenang saya berpikir: unsur apa yang menyebabkan saya tidak bisa melewati rintangan Qing?

Setiap kali ketika saya tidak bisa mendapatkan keinginan saya akan menderita, bahkan hal yang sangat mustahil, masih tidak bersedia  melepaskan. Seandainya bisa mendapatkan keinginan itu lalu bagaimana pula ? Kegembiraan semacam itu hanyalah sesaat, setelah meninggal pada akhirnya juga harus berpisah.

Setiap orang dalam hidupnya senantiasa berketerikatan dengan impiannya. Perasaan semacam ini hanya berupa tuntutan kepada pihak lain. Setiap saat begitu kita mempunyai kesan yang sangat baik terhadap seseorang tidak lain karena ada hal-hal tertentu dari diri orang itu yang sesuai dengan pikiran kita, atau kita kagum akan kelebihannya.

Dan ketika Anda tidak bisa mendapatkannya, maka yang akan tersisa hanyalah penderitaan dan kebencian, sesungguhnya orang yang benar-benar Anda cintai adalah diri Anda sendiri, bukan orang yang Anda kagumi itu.

Sepanjang hidup kita telah diperbudak oleh pikiran kita sendiri, namun pikiran semacam ini semuanya adalah konsep yang terjadi sesudah lahir, konsep semacam ini adalah keegoisan, juga bukan diri kita yang sejati.

Saya berharap kepada semua orang yang mempunyai masalah yang sama dengan saya, yang terbelenggu oleh Qing (perasaan hati), untuk bisa segera melepaskan, jangan karena tidak mau melepaskan Qing ini lalu kehilangan kesempatan jodoh. [Murni Chan / Jayapura]

PESAN KHUSUS

Silahkan kirim berita/artikel anda ke ke alamat email: tionghoanews@yahoo.co.id

MENU LINKS

http://berita.tionghoanews.com
http://internasional.tionghoanews.com
http://budaya.tionghoanews.com
http://kehidupan.tionghoanews.com
http://kesehatan.tionghoanews.com
http://iptek.tionghoanews.com
http://kisah.tionghoanews.com

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA