KEHIDUPAN | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Senin, 04 Juni 2012

LEBIH BAIK JADI JANGKRIK

Ada sebuah kisah cerita perumpamaan: Ada seekor jangkrik setiap hari tak henti-hentinya bernyanyi, memberikan suasana musim gugur bertambah meriah, sedangkan semut-semut sibuk menjemuri makanan untuk melewati musim dingin...

Ketika jangkrik itu sangat lapar, dia mencari semut untuk meminjam makanan. Semut berkata: "Setiap hari hanya bernyanyi saja, tidak pernah mencemaskan kehidupan, sekarang kelaparan, tahu rasa!" Tak lama kemudian jangkrik itu mati kedinginan dan kelaparan, semut-semut itu bergegas datang dan menarik bangkai jangkrik itu ke sarang semut untuk dijadikan makanan besar yang lebih enak.

Sungguh malang sekali, kesedihan umat manusia entah sudah dipentaskan beberapa kali. Mungkin ada banyak musisi, pelukis, penyair dan pengarang, mereka semuanya adalah titisan dari jangkrik, ketika mereka masih hidup tidak bisa memenuhi kehidupannya sendiri, ada yang miskin dan sengsara hingga meninggal dengan mengenaskan. Seluruh antusiasme dan jiwa mereka tuangkan ke dalam pengejaran seni yang tiada batas, telah menciptakan kejayaan abadi bagi peradapan manusia dalam kehidupan manusia yang sangat pendek ini.

Setelah mereka meninggal, nyata-nyata ada sekelompok orang yang menggantungkan hidupnya dari mereka, orang yang menulis artikel kenangan, ilmuwan yang menulis makalah penelitian, kolektor barang-barang seni, jika orang-orang tersebut berpangku tangan ketika itu, sudah dapat dipastikan mereka adalah titisan dari semut.

Contoh tipikal seperti Cao Xueqin (penulis salah satu dari Empat Karya Sastra Termasyhur Tiongkok), siapapun tahu setelah ekonomi keluarga Cao jatuh miskin, Cao Xueqin mengarang novel berjudul Hong Lou Meng (Impian Paviliun Merah) dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan. Saat meninggal dunia, ia dimakamkan dengan sangat sederhana, sampai-sampai batu nisan yang layak pun tidak ada.

Coba kita lihat kini, ada pakar novel Hong Lou Meng mana yang hidup mereka lebih sengsara dari Cao Xueqin. Pelukis Tiongkok abad-20, Qi Baishi, menggantungkan hidupnya dari menjual lukisan, pada masa perang melawan Jepang. Biar bagaimanapun orang Jepang membujuknya, dia tidak mau melukis untuk orang Jepang. Walaupun dia masih memiliki sedikit simpanan, tetapi kehidupannya sederhana sekali, bahkan beras untuk keluarganya, juga dia yang mengaturnya sendiri, agar tidak terjadi pemborosan, tetapi sekarang lukisan Bai Shi semuanya bernilai diatas puluhan jutaan dollar, benar-benar menggemukkan generasi penerus.

Kelihatannya dunia ini tidak begitu adil, tidak tahu ada berapa orang yang menyuarakan ketidak-adilan bagi "jangkrik", tidak tahu ada berapa banyak pula orang yang diam-diam bergembira karena mereka menganggap dirinya sebagai "semut". Namun Anda bukan dia mana mungkin bisa tahu kegembiraannya.

Ada banyak komisaris dari perusahaan Barat, yang kekayaannya bisa setara dengan negara, malah sering pergi menjelajahi tempat-tempat yang jarang dijelajahi orang dengan tidak memedulikan keselamatan jiwanya sendiri, mengapa? Saya kira kenikmatan materi dalam kehidupan manusia hanya itu itu saja, tetapi kenikmatan secara batiniah, kenikmatan terhadap keagungan dan kejayaan hidup adalah tanpa batas. Tak peduli orang tersebut menghayati hidup hanya sedikit saja, sudah seperti Tuhan telah membukakan sebuah pintu bagi orang itu, setelah dia melihat pemandangan dunia yang sangat megah dibalik pintu itu. Orang itu akan maju terus pantang mundur bagaikan kupu-kupu menyambar api, seperti yang dikatakan dalam pepatah pemandangan yang indah selalu berada diatas tebing yang curam!

Mungkin benar ada surga, kalau begitu dari tanah kembalilah ke tanah, dari debu kembalilah ke debu, jika sudah menjadi "jangkrik" di dunia berarti sudah memilih surga yang suci dan murni. Yang beruntung menjadi seekor "semut" maka dia akan selamanya sibuk demi mencari nafkah dalam dunia fana ini, sibuk demi mencari isi perut - tak ada ide baru, selalu sibuk dalam kesibukan yang tiada ujung!

Mungkin ada orang bertanya: "Siapa yang tahu benar-benar ada surga atau tidak, mengapa harus mengambil risiko kehilangan keuntungan yang nyata?" Kalau begitu saya akan menjawab: "Jika Anda sama sekali tidak ada keberanian untuk melihat lingkup diluar mencari nafkah, maka meski Tuhan sudah membukakan pintu itu, Anda juga tidak tahu?"

Jika seseorang merasakan didunia yang amat luas ini tidak bisa hanya dipadati dengan kegembiraan mencari nafkah saja, dunia yang berada diluar pintu sana adalah sangat megah dan menakjubkan, maka beranikanlah diri Anda untuk menjadi seekor "jangkrik" didalam dunia ini! [Vinna Koh / Pangkal Pinang]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA