KEHIDUPAN | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Kamis, 17 Mei 2012

SETELAH MENGALAMI, BARU MENGERTI CINTA SEJATI

Dulu, semua teman dan kerabat memberi nasihat agar tidak menikahinya. Alasan mereka, apa yang menarik dari pria itu? Kecuali memiliki tubuh atletis, tampan, keunggulan apa lagi yang bisa diandalkan? Pekerjaannya biasa-biasa saja, tidak punya rumah, tabungan, mobil, dan dalam waktu dekat masih belum terlihat apakah bisa mendapatkan kenaikan jabatan.

Keromantisan bukan milik kami, pesta perkawinan kami terlalu sederhana hingga kini saya enggan untuk mengenangnya. Saat musim hujan, rumah kami segera tergenang air. Teringat suatu hari, ketika terbangun dari tidur, menemukan seluruh buku-buku bahkan surat nikah semuanya mengambang diatas air. Rumah kami begitu kecil, hingga hanya bisa ditempati sebuah ranjang besar dan meja komputer kecil.

Saya menelpon suami, hanya dapat berbicara sepatah kata saja sudah menangis. Dia pulang bagaikan kilat, menjinjing celana langsung menguras air, dia menghibur saya, "Tetaplah diatas ranjang, jangan sampai terkena air." Mendengar perkataannya, saya jadi tak menangis lagi, dalam sekejap hati merasa tenang dan gembira.

Tak terasa pekerjaan saya semakin lancar, naik jabatan dan gaji bertambah, buku bisa diterbitkan dan menghasilkan uang, hari-hari juga berubah semakin santai dan ceria. Kami membeli sebuah mobil dan rumah di pinggir kota, saya mulai suka menghabiskan uang tanpa perhitungan, tetapi suami tidak terbiasa dengan hal itu. Orang lain semakin beranggapan dia tidak serasi dengan saya, kata mereka saya masih muda.

Ketenaran dan keuntungan telah tampak di depan mata, salah satu buku karangan saya berada dalam daftar buku terlaris selama 3 bulan penuh. Dalam usia yang tak muda lagi, tidak menyangka masih ada pria yang mengejar saya, dengan antusias ingin berhubungan dekat dengan saya.

Suami saya menjadi lebih diam dan lebih banyak membenamkan diri dalam pekerjaannya, pekerjaan kasar biasa. Hanya mengetik naskah di komputer, uang yang saya hasilkan sudah melampaui upahnya bekerja dalam beberapa minggu.

Hal ini tidak berlangsung lama, suatu hari dia berniat pergi ke Hong Kong untuk bekerja, karena uang yang dihasilkan dalam satu tahun lebih banyak dari uang yang dihasilkan di dalam negeri selama dua tahun. Satu-satunya persyaratan adalah tidak boleh membawa keluarga, dan menandatangi kontrak kerja paling pendek 5 - 8 tahun, selama kontrak, boleh pulang ke rumah.

Saya terdiam, kemudian kami membenamkan diri dalam kesibukan masing-masing, sibuk hingga suatu hari saya merasakan kepala pusing sekali. Saya terkena tumor ganas yang jarang sekali ditemukan.

Suatu hari saat dalam perawatan, suami menunggu di lorong rumah sakit yang penuh sesak, dia pura-pura membaca koran, tetapi saya melihat tetesan air matanya membasahi koran yang dia pegang. Sudah setengah tahun ini dia tidak bekerja, kehidupan kami mengandalkan uang tabungan dan uang hasil sewa rumah, kami berdua sama-sama tinggal di rumah ibu saya. Kekejaman nasib sepertinya sedang bersenda gurau dengan saya. Dalam sekejap mata saya kehilangan semuanya, usia sudah tidak muda lagi, kehilangan kesehatan tubuh, kehilangan kemampuan bekerja, tetapi saya masih ingin terus hidup...

Saya berkata kepadanya: "Saya masih ingin hidup." Dia menatapku dan berkata: "Kamu harus bertahan hidup, hidup terus hingga usia tua."

Dulu saya mengira tak akan bisa hidup lebih lama jika tidak mempunyai kehidupan yang terhormat, tidak mempunyai pekerjaan yang sempurna, bahkan jika tidak mempunyai cinta kasih yang berlimpah. Sekarang saya baru mengerti, sebenarnya bukan demikian, saya boleh tidak membeli busana, tidak berdandan, tidak minum kopi, tetapi saya harus hidup terus.

Beberapa tahun kemudian, saya keluar dari rumah sakit dan melanjutkan kehidupan normal. Tetapi saya sering berpikir, seandainya tidak mengalami musibah seperti ini, mungkin saya sudah berpisah dengannya, karena kami sudah tidak mempunyai alasan untuk terus bersama. Dia pergi ke Hong Kong untuk mendapatkan gaji tinggi, sedangkan saya juga bisa hidup seperti wanita lajang, mencari seorang pria yang status dan penghasilannya pantas dengan saya.

Tetapi pengaturan nasib itu bukan demikian, dia membuat saya menyadari bahwa kehidupan itu bukan seperti permainan spekulasi, karena Anda tidak tahu pengaturan dari nasib. Dia bisa membuat Anda kehilangan semuanya dalam sekejap mata.

Hingga saat itu, setelah saya telah membayar pengorbanan yang begitu berat, barulah saya mengerti ternyata cinta sejati itu tidak boleh diperhitungkan.

Jika seseorang benar-benar mencintai Anda, maka dia juga harus menyayangi jiwa Anda, jika bukan demikian, maka itu bukan namanya cinta, itu disebut "saat sadar bergembira bersama, setelah mabuk berpisah sendiri-sendiri". Cinta seperti itu, walaupun jadi tren, walaupun ringan tak terbebani, tetapi sama sekali tak bernilai.

Cinta sama seperti jiwa, membutuhkan kesabaran kita untuk menyayangi. Kadang kala Anda harus memegang teguh, menanggung penderitaan yang mau tidak mau harus ditanggung, kemudian Anda baru mungkin bisa merasakan kegembiraan hidup serta keindahan cinta. [Caroline Chan / Bandung]

* Sumber: Google Search Engine

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA