KEHIDUPAN | TIONGHOANEWS


Selamat datang berkunjung dalam situs blog milik warga Tionghoa Indonesia. Disini kita bisa berbagi berita tentang kegiatan/kejadian tentang Tionghoa seluruh Indonesia dan berbagi artikel-artikel bermanfaat untuk sesama Tionghoa. Jangan lupa partisipasi anda mengajak teman-teman Tionghoa anda untuk ikutan bergabung dalam situs blog ini.

Minggu, 20 Mei 2012

PERADABAN, MASYARAKAT DAN PENYAKIT MODERN (2)

Orang kuno percaya lima elemen seperti logam, kayu, air, api, dan tanah membentuk semua materi di alam semesta, termasuk tubuh manusia.

Orang kuno meyakini setiap orang harus menyeimbangkan kelima rasa, tidak boleh terikat pada satu rasa pun. Lima jenis biji-bijian menyediakan nutrisi utama. Lima ragam buah-buahan yang seimbang memberi bantuan. Lima jenis hewan ternak yang seimbang memberi manfaat. Lima jenis sayuran yang seimbang menyediakan suplemen.

Ini berarti tubuh memerlukan keseimbangan nutrisi, dan tidak boleh menyukai satu makanan lebih dari makanan lain.

Jika salah satu dari kelima rasa tidak seimbang, akan menyebabkan penyakit tertentu. Jika seseorang mengonsumsi makanan asin terlalu banyak, denyut nadi akan terblokir, dan corak kulit akan berubah.

Jika seseorang mengonsumsi makanan pahit terlalu banyak, kulit akan mengering, dan rambut cenderung rontok. Jika seseorang mengonsumsi makanan pedas terlalu banyak, tendon (urat daging) akan menonjol dan tangan akan mengalami atrofi (simtoma penyusutan jaringan atau organ).

Jika seseorang mengonsumsi makanan asam terlalu banyak, otot-otot akan merana, dan bibir akan terlihat pucat. Jika seseorang mengonsumsi makanan manis terlalu banyak, tulang akan terasa sakit, dan rambut rontok.

Dewasa ini, banyak orang yang menekankan diet seimbang, tetapi makanan yang mereka konsumsi sudah terlanjur tidak seimbang. Misalnya, tentang lima jenis biji-bijian, orang kuno meyakini ada lima jenis biji-bijian utama yakni gandum, broomcorn (sorgum, sapu-jagung), milet, beras, dan kacang. Di masa kini, berapa banyak orang yang dapat menemukan kelima jenis biji-bijian tersebut? Sebenarnya, lima rasa yang disebutkan oleh orang-orang kuno adalah konsep dasar ilmu gizi kuno. Konsepnya jauh lebih luas daripada ilmu gizi saat ini.

Ilmu gizi modern memahami ada lebih dari 20 elemen gizi, beragam vitamin, trace element (substansi kimia yang ditemukan dalam jumlah yang ekstrim kecil), protein, kalsium, fosfat, dan lain sebagainya. Sebenarnya, komposisi kehidupan di alam semesta ini sangat rumit dan tidak sesederhana yang dikenal oleh ilmu pengetahuan modern.

Ilmu gizi modern mengacu pada unsurunsur gizi yang tidak teridentifikasi sebagai faktor yang tidak diketahui. Banyak faktor gizi yang tidak diketahui. Diyakini sejumlah gejala fisik yang timbul disebabkan oleh makanan yang tidak seimbang. Hanya dengan melengkapi nutrisi tertentu, seperti kalsium, seng, atau sejenisnya, tidak dapat menyembuhkan gejala tersebut.

Orang kuno meyakini tubuh manusia merupakan alam semesta kecil. Dari perspektif makroskopik, kita dapat memahami dan berhubungan dengan tubuh manusia berdasarkan Yin, Yang (Dalam filosofi Tiongkok, konsep Yin dan Yang biasanya digunakan untuk mendeskripsikan sifat kekuatan yang saling berhubungan dan berlawanan di dunia ini dan bagaimana mereka saling membangun satu sama lain), dan lima unsur.

Kita dapat menjelaskan fenomena fisik tubuh manusia berdasarkan pergerakan qi (energi), darah, dan saluran energi, serta interaksi antara lima elemen dan keseimbangan yin dan yang.

Perawatan medis Tiongkok kuno tidak menargetkan fenomena di permukaan, tetapi lebih pada mekanisme tubuh manusia di tingkat yang lebih mendalam. Ini sangat ilmiah.

Ilmu pengobatan modern mengetahui bahwa tubuh manusia adalah sistem yang sangat rumit, namun hanya mempelajari gejala di permukaan dan fenomena yang terkait. Pemahaman tentang tubuh manusia memiliki pendekatan yang berbeda dan tidak mendalam. Pengobatannya juga bersifat langsung dan dangkal.

Karena pengobatan modern menargetkan pada permukaan, maka efeknya terlihat di permukaan dan mudah diterima oleh masyarakat. Tetapi tidak dapat menyembuhkan akar penyebab penyakit.

Dalam masyarakat modern, segalanya fokus pada produktivitas dan efisiensi. Di bidang pertanian pun muncul beragam tanaman hibrida dan ternak baru. Umumnya mereka memiliki siklus hidup yang pendek dan tumbuh sangat cepat. Baik tanaman maupun ternak baru ini diproduksi secara massal.

Berdasarkan pandangan tradisional, tanaman dan ternak yang tumbuh sedemikian rupa pasti tidak cukup banyak menyerap esensi langit dan bumi. Jika Anda menganalisis kandungan protein dan tingkat energi yang mereka miliki, kemungkinan hasilnya tidak rendah, tetapi mereka tidak memiliki keseimbangan "lima rasa." Saat seseorang mengonsumsi makanan semacam ini, maka mereka pun akan mendapatkan "lima rasa" yang tidak seimbang.

Banyak orang berpendapat ayam kampung berasa lebih gurih dan kaya gizi. Sedangkan tanaman atau ternak yang diproduksi industri secara masal rasanya telah terdistorsi.

Berdasarkan prinsip "saling menghidupi dan saling membatasi," dengan pertumbuhan yang dipercepat, sifat lain, seperti gizi, mesti diturunkan. Sehingga, tingkat gizi dan kualitas makanan semacam itu tidak pernah sesuai dengan makanan yang diproduksi secara alami. Dengan siklus produksi massal yang berkelanjutan, selisih perbedaannya pun akan semakin membesar.

Demikian pula ginseng yang dibudidaya tidak pernah dapat dibandingkan dengan ginseng yang tumbuh alami. Jika masyarakat terus-menerus mengonsumsi makanan artifisial hasil rekayasa, lantas apa akibatnya? [Renata Koh / Jakarta]

ARTIKEL YANG BERKAITAN

Mari kita dukung kiriman artikel-artikel dari teman-teman Tionghoa, dengan cara klik "SUKA" dan teruskan artikel kesukaan Anda ke dalam facebook, twitter & googleplus Anda.

TERBARU HARI INI

ARTIKEL: INTERNASIONAL

ARTIKEL: BUDAYA

ARTIKEL: KESEHATAN

ARTIKEL: IPTEK

ARTIKEL: KISAH

ARTIKEL: BERITA