"Tidak salah, saya adalah seorang pemberani," jawabnya.
"Saya mempunyai semua keberanian ini adalah melalui berbagai pengalaman dan ajaran dari beberapa mentor. Beberapa tahun yang lalu, saya pernah menjadi sukarelawan di rumah sakit Stanford, pada saat itu saya bertemu dengan seorang pasien cilik bernama Sally," ceritanya.
"Dia menderita penyakit berat, penyakit ini adalah sejenis penyakit aneh, satu-satunya cara untuk menyelamatkannya adalah melalui transfusi darah yang diberikan oleh adiknya yang berumur 5 tahun, karena adiknya pernah menderita penyakit yang sama, entah bagaimana secara ajaib diselamatkan sekarang didalam tubuhnya memproduksi antibodi untuk melawan virus ini."
Dokter menjelaskan kepada adiknya tentang penyakit Sally, menanyakan kepadanya apakah ingin menolong kakaknya Sally melalui transfusi darah. Anak lelaki itu hanya sangsi selama satu setengah menit, lalu dia menarik nafasnya dalam-dalam dan berkata, "Jika dapat menyelamatkan kakak saya Sally, saya akan melakukannya."
"Ketika dalam proses transfusi darah, anak lelaki kecil ini dengan diam-diam terbaring di sebelah kakaknya, dia melihat perlahan-lahan pipi kakaknya mulai merona merah, dengan senang wajahnya memancarkan senyum. Tetapi sebentar kemudian senyumannya hilang, wajahnya berubah menjadi pucat pasi, dengan suara gemetar dia bertanya kepada dokter, "Apakah saya akan segera meninggal dokter?""
"Rupanya karena usianya terlalu muda, dia salah paham terhadap penjelasan dari dokter, dia beranggapan seluruh darah ditubuhnya akan ditransfusi kepada kakaknya."
"Benar, saya telah belajar dari dia apa itu keberanian." Lalu dia menambah berkata, "Karena saya telah melihat contoh tersebut." [Natalia Lim / Cirebon]
* Sumber: Google Search Engine