Si penebang pohon menunjuk rumah gubuknya dan berkata. "Kau boleh sembunyi di dalam sana."
Kancil menuruti nasehatnya, lalu menyelinap masuk gubuk dan bersembunyi di sebuah sudut gelap.
Tak lama kemudian rombongan pemburu tiba di tempat penebang pohon. Mereka bertanya apa dia melihat kancil yang mereka buru?.
"Tidak," kata penebang pohon, tapi salah satu jarinya menunjuk kearah gubuk rumahnya. Maksudnya menunjukkan arah sembunyi si kancil, tapi para pemburu tidak mengerti sinyal yang diberikan penebang pohon. Mereka hanya memahami kata yang diucapkannya, Jadi mereka bergegas meneruskan perjalanan memburu kancil.
Kancil setelah tahu para pemburu dan anjing-anjingnya pergi, dan keadaan sudah aman, segera keluar dari persembunyiannya dan meninggalkan gubuk si penebang pohon.
Melihat kancil pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun, penebang pohon menegurnya. "Kancil, kau pergi tanpa pamit dan tanpa mengucapkan terimakasih padaku! Padahal aku telah menyelamatkanmu!"
"Hai, penebang pohon!" kata kancil sambil memalingkan muka, "Andai perbuatanmu sebaik kata-katamu, aku pasti akan bersyukur dan berterimakasih kepadamu!"
Kisah Kancil dan Penebang pohon diatas mengisahkan tentang sungguh culasnya orang yang tidak sama kata-katanya dengan perbuatannya.
Aesop adalah seorang pendongeng (storyteller) yang hidup di Yunani sekitar 600 tahun sebelum Masehi. Keistimewaannya Aesop adalah, ia menuangkan kebijakan-kebijakan atau kadang kritikannya dalam bentuk cerita binatang atau fabel. [Jesisca Pang / Bekasi]